Turun ke Jalan

Minggu, 27 Oktober 2019

Turun ke Jalan

Baca: Markus 2:13-17

2:13 Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka.

2:14 Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.

2:15 Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.

2:16 Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

2:17 Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa. —Markus 2:17

Turun ke Jalan

Para petugas dinas kesehatan kota San Francisco memutuskan untuk turun ke jalan guna menyediakan obat-obatan dan perawatan bagi kaum tunawisma yang kecanduan opium. Program tersebut dimulai sebagai respons atas meningkatnya jumlah tunawisma yang menjadi pecandu. Biasanya, dokterlah yang menunggu pasien datang ke klinik. Dengan program turun ke jalan ini, pasien tidak perlu lagi merogoh kocek untuk membayar ongkos ke klinik atau mengingat-ingat jadwal pemeriksaan dengan dokter.

Kerelaan para petugas dinas kesehatan untuk mendatangi mereka yang membutuhkan perawatan itu mengingatkan saya pada cara Tuhan Yesus yang datang kepada kita di saat kita membutuhkan-Nya. Dalam pelayanan-Nya, Yesus mencari orang-orang yang tidak dipedulikan oleh para pemuka agama: Dia makan bersama “pemungut cukai dan orang berdosa” (ay.16). Ketika ditanya mengapa Dia melakukannya, Yesus menjawab, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit” (ay.17). Dia lalu menyatakan bahwa Dia memang bermaksud memanggil mereka yang berdosa, bukan orang yang benar, untuk menjalin hubungan dengan-Nya.

Ketika menyadari bahwa kita semua “sakit” dan membutuhkan Sang Tabib (Rm. 3:10), kita akan semakin menghargai kesediaan Yesus untuk makan bersama “pemungut cukai dan orang berdosa”—yaitu kita. Kemudian, Yesus pun menetapkan kita untuk “turun ke jalan” guna membawa pesan keselamatan dari-Nya kepada setiap orang yang membutuhkannya. —Kirsten Holmberg

WAWASAN
Pemungut cukai dihujat dan dibenci oleh bangsa Yahudi karena mereka dipandang sebagai orang upahan dan pengkhianat yang bekerja bagi Romawi, bangsa penjajah. Mereka juga memungut pajak lebih banyak daripada ketentuan resmi, mengantongi selisihnya dan secara licik memperkaya diri di atas penderitaan bangsa mereka sendiri (Lukas 3:13-14). Istilah “orang berdosa” digunakan untuk menggambarkan mereka yang terkenal jahat—para pemberontak yang menolak hukum Allah. Orang Farisi juga menggunakan istilah “orang berdosa” untuk menyebut siapapun yang tidak sungguh-sungguh menjaga kekudusan ibadah ataupun mengikuti aturan mereka yang kaku. Para pemungut cukai sengaja digolongkan bersama para pendosa untuk memperlihatkan betapa bejat dan jahatnya mereka. Yesus diundang makan oleh berbagai jenis orang, bahkan oleh orang Farisi (Lukas 7:36; 11:37; 14:1). Namun, Dia justru sering makan bersama mereka terkucilkan secara sosial dan rohani—dianggap sebagai sampah masyarakat—sehingga Dia dikenal sebagai “sahabat pemungut cukai dan orang berdosa” (Matius 11:19). —K.T. Sim

Bagaimana cara Yesus mencarimu? Kepada siapa kamu dapat membawa kesembuhan dari Yesus?

Terima kasih, Tuhan Yesus, karena Engkau telah menemukanku di saat aku sangat membutuhkan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 12-14; 2 Timotius 1

Bagikan Konten Ini
12 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *