Saat Kita Memuji

Jumat, 18 Oktober 2019

Saat Kita Memuji

Baca: Kisah Para Rasul 16:25-34

16:25 Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.

16:26 Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.

16:27 Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.

16:28 Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: “Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!”

16:29 Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas.

16:30 Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?”

16:31 Jawab mereka: “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”

16:32 Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.

16:33 Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.

16:34 Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.

Seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. —Kisah Para Rasul 16:26

Saat Kita Memuji

Ketika Willie, yang masih berusia sembilan tahun, diculik dari halaman depan rumahnya di tahun 2014, ia tak henti-hentinya menyanyikan lagu rohani favoritnya Every Praise. Selama tiga jam yang mengkhawatirkan itu, Willie mengabaikan perintah si penculik yang berulang-ulang memintanya diam di dalam mobil yang terus melaju. Akhirnya, si penculik membiarkan Willie turun dari mobil tanpa melukainya. Willie kemudian menceritakan bagaimana ia merasa ketakutannya hilang dan berganti dengan keyakinan, tetapi penculiknya justru merasa gelisah mendengar lagu yang dinyanyikannya.

Reaksi Willie terhadap situasi yang mengerikan itu mengingatkan kita pada pengalaman Paulus dan Silas. Setelah dicambuk dan dijebloskan ke penjara, mereka bereaksi dengan “berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua” (Kis. 16:25-26).

Setelah melihat kedahsyatan yang begitu luar biasa tersebut, sang sipir penjara pun percaya kepada Allah yang disembah Paulus dan Silas, dan seluruh keluarganya dibaptis bersamanya (ay.27-34). Lewat puji-pujian, baik belenggu fisik maupun rohani dihancurkan malam itu.

Kita mungkin tidak selalu mengalami penyelamatan dramatis seperti yang dialami oleh Paulus dan Silas, atau Willie. Namun, kita tahu bahwa Allah menanggapi puji-pujian umat-Nya! Ketika Dia bekerja, semua belenggu pun lepas. —Remi Oyedele

WAWASAN
Siapakah Paulus? Paulus, yang juga dikenal sebagai Saulus dari Tarsus, adalah seorang yang gigih menganiaya gereja mula-mula, sebelum pertobatannya yang dramatis (Kisah Para Rasul 7:58; 8:3; 9:1-19; Galatia 1:13-14). Ia “disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat [ia] orang Farisi” (Filipi 3:5). Kota kelahiran Paulus, yaitu Tarsus, terletak di jalur perdagangan utama di provinsi Kilikia, Asia Kecil. Ia seorang Yahudi yang berkewarganegaraan Roma sejak lahir, artinya kemungkinan besar Paulus menerima pendidikan ala Yunani sejak kecil. Ia juga sangat memahami Perjanjian Lama dan hukum Taurat berkat pendidikannya di bawah pimpinan guru besar Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3). —Alyson Kieda

Pelajaran apa yang kamu dapatkan dari kisah tentang puji-pujian dan doa yang dinaikkan Paulus dan Silas? Bagaimana kamu dapat menerapkan pelajaran tersebut dalam situasi sulit yang kamu alami?

“[Allah], Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” Mazmur 22:4

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 53-55; 2 Tesalonika 1

Bagikan Konten Ini
18 replies
  1. Jemina Manalu
    Jemina Manalu says:

    Aku juga pernah mengalami hal yang serupa. Waktu itu aku mau bersihkan karang gigi dan itu kali pertama aku melakukannya. Pas tanya-tanya ke teman katanya ngilu sekali, dan aku pun takut. Lalu akhirnya memberanikan diri buat bersihkan karang gigi, tanganku dingin, kakiku gemetar. Nah sepanjang proses bersihkan karang gigi, aku nyanyi lagu yang liriknya, “Itu nama yang indah, nama Yesus. Itu nama yang indah dari surga mulia. Bimbang takut diusirNya, hati susah dihiburNya. Nama Yesus yang indah yang kucinta”. Dan benar gak terasa sakit ataupun ngilu sama sekali dan aku gak ketakutan lagi.

    Mungkin pengalamanku di atas terkesan sederhana, tapi bukan itu yang jadi pusat perhatiannya melainkan ada kuasa dari puji-pujian yang kita sampaikan pada Allah dan cara kerjanya yang kreatif dan unik. Terimakasih kepada penulis untuk renungan hari ini. Semangat melayani, Tuhan memberkati 💜

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *