Dikasihi Selamanya

Minggu, 30 April 2017

Dikasihi Selamanya

Baca: Mazmur 4:1-9

4:1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Daud.

4:2 Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!

4:3 Hai orang-orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai, berapa lama lagi kamu mencintai yang sia-sia dan mencari kebohongan? Sela

4:4 Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya.

4:5 Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela

4:6 Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada TUHAN.

4:7 Banyak orang berkata: “Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?” Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN!

4:8 Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur.

4:9 Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.

Ketahuilah, bahwa Tuhan telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya. —Mazmur 4:4

Dikasihi Selamanya

Mungkin ada di antara kita yang menjalani hari demi hari dengan perasaan tertolak, terabaikan, atau direndahkan. Terkadang kita bahkan melakukan semua itu terhadap diri sendiri. Para musuh berusaha menjatuhkan Daud—mengecam, mengancam, dan melontari dirinya dengan berbagai penghinaan. Harga diri dan kepercayaan diri Daud merosot drastis (Mzm. 4:2-3). Ia meminta Allah agar memberinya kelegaan dan melepaskannya dari “kesesakan”.

Kemudian Daud teringat, “Ketahuilah, bahwa Tuhan telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya” (ay.4). Sejumlah terjemahan Alkitab lain mencoba untuk menangkap esensi sepenuhnya dari penegasan Daud itu denganmenerjemahkan “seorang yang dikasihi-Nya” menjadi“ orang yang saleh”. Bahasa Ibrani yang digunakan di sini adalah hesed, yang secara harfiah mengacu pada ikatan kasih dari perjanjian Allah dan dapat juga diterjemahkan menjadi “orang yang dikasihi Allah terus-menerus hingga selama-lamanya”.

Inilah yang harus kita ingat juga: Kita ini dikasihi selamanya, dipilih secara khusus, disayang oleh Allah sebagaimana Dia menyayangi Anak-Nya sendiri. Dia telah memanggil kita menjadi anak-anak-Nya untuk selama-lamanya.

Daripada berputus asa, kita dapat mengingatkan diri kita sendiri tentang kasih yang kita terima secara cuma-cuma dari Allah Bapa kita. Kita adalah anak-anak yang sangat dikasihi-Nya. Akhir dari segalanya bukanlah keputusasaan, melainkan ketenteraman dan sukacita (ay.8-9). Dia tidak pernah menyerah terhadap kita, dan Dia tidak akan pernah berhenti mengasihi kita. —David Roper

Bapa di surga, kata-kata orang lain memang dapat melukai hati kami. Namun perkataan-Mu dapat memulihkan dan menghibur kami, dan Engkau meyakinkan kami bahwa kami dikasihi selamanya.

Ukuran sejati dari kasih Allah adalah bahwa kasih-Nya itu tak terukur. —Bernard dari Clairvaux

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 8-9; Lukas 21:1-19

Artikel Terkait:

Lagi-Lagi Tentang Kasih …

Bagikan Konten Ini
15 replies
  1. hannaulfah
    hannaulfah says:

    Terpujilah kasih TUHAN kita kekal mulia sampai selama lamanya amen.God Bless Us☺

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *