Kemerdekaan Rohani Yang Terutama

Oleh Victor Prahara

17 Agustus 2010, Indonesia memperingati Hari Kemerdekaannya yang ke-65. Pada tanggal tersebut, banyak kantor, sekolah dan tempat lainnya memperingati proklamasi kemerdekaan dengan mengadakan upacara bendera. Aku percaya, upacara yang pernah kamu ikuti meninggalkan kesan pribadi bagi dirimu. Mungkin hatimu pernah bergetar dan merasakan dengan sungguh-sungguh bahwa Indonesia adalah bangsa dan negaramu, sekalipun kamu melihat masih banyak kekurangan dan kejelekan yang ada pada bangsa kita ini. Mungkin kamu menyanyikan lagu kebangsaan dengan sungguh-sungguh, menghayati setiap kata yang terdapat di dalamnya dan jiwa nasionalisme kamu terbakar ketika menyanyikannya. Mungkin kamu mengikuti jalannya upacara dengan bangga karena kamu menjadi salah satu bagian dari bangsa ini. Ya, memang itulah yang harus ada dalam diri kita. Perasaan bangga menjadi salah satu warga negara dari suatu bangsa yang telah merdeka dan yang berdaulat penuh.

Tentu saja, selama 65 tahun perjalanan bangsa ini, ada banyak tantangan dan hambatan yang telah berhasil diatasi, namun masih banyak tantangan di depan yang akan dihadapi. Bagaimana sikap ktia dengan kondisi bangsa yang ada sekarang ini? Marilah kita melihat hal-hal yang baik yang ada pada bangsa ini dan bersyukurlah untuk apa yang telah dicapai tiap anak bangsa. Jika kamu melihat ada hal yang buruk, doakanlah. Bertindaklah sebagai seorang warga negara yang baik, dan janganlah kemerdekaan yang sudah kita terima sejak 65 tahun itu disia-siakan.

Namun bagi kita sekalian, pertanyaan yang lebih penting adalah, apakah kita sudah merdeka secara rohani? Kemerdekaan rohani sudah di tangan bila kita mempercayai Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita. 2 Korintus 3:17 mengatakan,“Sebab Tuhan adalah Roh, dan dimana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.” Menurutku, jika seseorang belum dimerdekakan secara rohani, maka sulit bagi orang itu untuk ambil bagian dalam mengisi kemerdekaan bangsa ini.

Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus mengatakan, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Gal. 5:13). Layanilah seorang akan yang lain dengan kasih, itulah yang menjadi dasar bagi kita orang Kristen dalam mengisi kemerdekaan ini. Melayani dengan kasih, untuk berpartisipasi memperbaiki bangsa ini. Melayani dengan kasih, untuk terus memerdekakan jiwa-jiwa yang masih terbelenggu dosa. Melayani dengan kasih, untuk membawa orang lain dan Indonesia mengenal Sang Kebenaran itu.

Oleh sebab itu, selain mampu melihat kondisi dan pergumulan bangsa kita, kita juga harus mampu melihat apakah orang-orang yang mengurusi bangsa ini sudah merdeka secara rohani. Sudahkah orang-orang yang mengurusi bangsa ini mengenal Sang Kebenaran yang sejati itu. Jika Indonesia ini menjadi gelap, di manakah orang-orang percaya di Indonesia? Di manakah orang-orang yang seharusnya membawa terang? Di manakah orang-orang yang berperan sebagai garam yang mencegah pembusukan? Di manakah kita?

Bagikan Konten Ini
0 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *