Posts

Apakah Kita Hidup dengan Tangki yang Kosong?

Penulis: Joy-Ann Wood, Hindia Barat
Artikel asli ditulis dalam bahasa Inggris: Are You Running On An Empty Tank?

Are-You-Running-on-an-Empty-Tank

Aku sedang bersiap-siap pergi suatu hari ketika papaku mengingatkan, “Sebaiknya kamu isi bensin dulu, jangan sampai mobilmu mogok di tengah jalan….” Aku tertawa mendengarnya dan menjawab, “Enggak bakal mogok, Pa… Bensinnya cukup kok untuk aku pulang pergi.” Namun, papaku tetap bersikeras agar aku mengisi bensin.

Di tengah perjalanan aku memikirkan kembali nasihat ayahku. Apakah bensinku benar-benar cukup untuk perjalananku pulang-pergi? Aku sudah mendengar cerita beberapa teman yang kehabisan bensin saat sedang berkendara. Sesuatu yang sebetulnya tidak perlu terjadi karena setiap mobil dilengkapi dengan indikator yang akan memberitahu kita kapan bensin akan habis.

Peristiwa hari itu membuat aku memikirkan perjalanan hidup kita sebagai seorang Kristen. Seringkali kita juga nekat berjalan dengan “tangki yang kosong”. Kita tahu bahwa kita seharusnya menyediakan waktu lebih banyak bersama Tuhan dan diisi kembali dengan firman-Nya. Namun, kita mengabaikan peringatan yang diberikan Roh Kudus. Kita merasa “baik-baik saja” dan biasanya kita tidak terlalu memikirkan hal ini saat banyak terlibat di dalam berbagai kegiatan rohani. Padahal, bila kita tidak memiliki waktu-waktu berkualitas bersama Yesus, kita akan sama seperti mobil yang tangki bensinnya kosong, kapan saja bisa mogok di tengah jalan. Betapa berbahayanya.

Adakalanya, jadwal kita yang terlalu padat menjadi penyebab kita hidup dengan tangki yang kosong. Kita sangat sibuk mengajar sekolah minggu atau membantu komisi remaja, ikut paduan suara, latihan menari dan drama di gereja. Kita pikir kita punya sumber kekuatan yang berlimpah, sebab itu kita terus saja menyibukkan diri dari satu acara ke acara lainnya. Kita terjebak dalam rutinitas yang membuat kita tidak bisa lagi menyediakan waktu pribadi bersama Tuhan. Kita berusaha mencari berbagai cara lain untuk mengisi kekosongan jiwa kita agar kita bisa tetap terus kuat dan aktif melayani. Namun, tiba-tiba saja kita menemukan diri kita sangat kelelahan dan kehilangan tujuan. Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Sama seperti mobil yang mogok di tengah jalan.

Yesus memanggil kita menyediakan waktu bersama-Nya supaya oleh Roh Kudus kita mendapat kekuatan yang kita perlukan untuk melayani dan memberikan yang terbaik bagi-Nya.

Ketika tangki kendaraan kita selalu penuh terisi, kita dapat menempuh jarak yang lebih jauh tanpa perlu berhenti tiba-tiba untuk mengisi bensin. Jika kita juga selalu mengisi penuh tangki rohani kita dengan menyediakan waktu bersama Tuhan secara teratur, Dia akan memperlengkapi kita untuk melayani dengan penuh kerendahan hati, untuk bertahan melalui rupa-rupa pencobaan, dan untuk tetap berfokus kepada-Nya sepanjang hidup kita.

Mari secara intensional kita menyediakan waktu bersama Yesus. Menjalani hidup dengan tangki yang kosong hanya akan membuat kita mudah tawar hati dan tidak bisa menjalani hidup kita bagi Tuhan sebaik mungkin.

Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.—Mazmur 63:2

Untuk direnungkan lebih lanjut:
Pernahkah kamu hidup dengan “tangki yang kosong”? Bagaimana kamu kemudian mengisinya kembali?

Waktu Terbaikku

Oleh: Dewi Simanungkalit

Waktu-Terbaikku

Kala pagi menjelang, ku buka jendela
rasakan hangatnya sinar surya
terpesona kunaikkan doa
memuji-Mu, Sang Pencipta
atas karya-Mu yang luar biasa

Kala senja menjelang, ku teduhkan kalbu
renungkan hari yang baru berlalu
terkagum kunaikkan syukurku
memuji-Mu ya Tuhanku
atas penyertaan-Mu setiap waktu

Ahhhhh… betapa berharganya
kesempatan-kesempatan dalam genggaman
menikmati indah-Mu
berbincang akrab dengan-Mu
waktu-waktu terbaikku
adalah waktu dekat-Mu