Berakar dalam Allah

Sabtu, 28 Oktober 2017

Berakar dalam Allah

Baca: Yeremia 17:5-8

17:5 Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!

17:6 Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.

17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!

17:8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air . . . yang daunnya tetap hijau. —Yeremia 17:8

Berakar dalam Allah

Ketika sepasang suami istri pindah rumah, mereka menanam pohon wisteria di dekat pagar rumah dan menantikan bunganya yang berwarna lembayung untuk mekar dalam waktu lima tahun. Selama lebih dari dua dekade kemudian mereka menikmati kehadiran pohon itu dan tekun memangkas serta merawatnya. Namun suatu saat pohon wisteria itu tiba-tiba mati, karena tetangga mereka telah menyiramkan cairan pembunuh rumput liar di sisi luar pagar. Pemiliknya menduga bahwa racun pada cairan itu terserap oleh akar-akar pohon dan menyebabkan kematian pohon itu. Namun yang mengejutkan, di tahun berikutnya beberapa tunas pohon muncul kembali dari tanah.

Kita melihat gambaran pohon yang tumbuh subur dan pohon yang mati dalam perkataan Nabi Yeremia. Ia mengaitkan gambaran itu dengan umat Allah yang mempercayai Tuhan atau yang mengabaikan perintah-Nya. Mereka yang mengikut Allah akan menancapkan akarnya ke dalam tanah di tepi aliran air dan kemudian menghasilkan buah (Yer. 17:8). Sebaliknya, orang yang mengikuti keinginan hatinya sendiri bagaikan semak bulus di padang belantara (ay.5-6). Nabi Yeremia menghendaki umat Allah untuk mengandalkan Allah yang hidup dan sejati, sehingga mereka akan menjadi seperti “pohon yang ditanam di tepi air” (ay.8).

Kita tahu Allah Bapa “adalah tukang kebunnya” (Yoh. 15:1 BIS). Kita dapat mengandalkan Dia dan berharap kepada-Nya (Yer. 17:7). Kiranya kita mengikut Dia dengan segenap hati agar kita menghasilkan buah yang kekal. —Amy Boucher Pye

Tuhan yang penuh kasih, aku ingin mengikut-Mu sepenuh hati, baik di musim kering atau di musim panen. Tolong aku untuk mengandalkan-Mu dan berharap kepada-Mu.

Ketika kita mengikut Allah, Dia akan membuat kita bertumbuh.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 15-17; 2 Timotius 2

Artikel Terkait:

Berlari Menuju Masa Depan