Dia Berkata, Kita Menjawab

Minggu, 26 Desember 2010

Baca: Yakobus 1:21-27

Dengan mengasihi Tuhan, . . . mendengarkan suara-Nya. —Ulangan 30:20

Ketika istri saya mengingat kembali peristiwa sepanjang hari yang dialaminya, ia menceritakan kejadian dengan Eliana, cucu kami yang sedang datang berkunjung. Eliana sedang bermain dengan sejumlah mainan, jadi ketika ia ingin beranjak ke bagian lain dari rumah kami, neneknya berkata, “Eliana, kau harus membereskan dulu mainanmu.” Serta merta Eliana menjawab, “Aku tak punya waktu.”

Ia baru berumur dua tahun saat itu, tentu saja ia tidak memiliki jadwal yang padat!

Kadang-kadang saya berpikir mungkinkah Allah agak terkejut dengan kita ketika Dia mendengar jawaban kita terhadap semua perintah-Nya.

Sebagai contoh, ketika Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat.” (Mat. 11:28), dan ketika kita menjawab, “Aku tak bisa. Terlalu banyak kesulitan dan masalah yang kualami,” saya bertanya-tanya apa yang dipikirkan-Nya. Ketika Dia berkata, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” (Mzm. 46:11), dan kita berkata, “Aku tak bisa melibatkan-Mu dalam jadwalku,” saya bertanya-tanya apa yang dipikirkan-Nya. Ketika Dia berkata, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Ptr. 1:16), dan kita menjawab, “Tetapi terlalu banyak kesenangan di dunia ini,” saya bertanya-tanya apa yang dipikirkan-Nya.

Allah telah bersabda. Ketaatan adalah cara terbaik untuk menghormati-Nya atas apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita dan untuk menunjukkan pada-Nya betapa kita mengasihi-Nya. JDB

Tuhan, bersabdalah dan buatku siap,
Ketika sungguh terdengar suara-Mu,
Dengan ketaatan yang bersukacita dan teguh,
Siap mengikut setiap sabda-Mu. —Havergal

Kerinduan kita untuk menyenangkan Allah merupakan motivasi terbaik untuk menaati Allah.