Seperti Tuhan Menyertai Yosua, Dia juga Menyertai Kita
Oleh Jenni, Bandung
Tahun 2022 telah berakhir! Sepanjang tahun kemarin pastilah banyak yang terjadi. Mungkin ada teman-teman yang merasakan transisi belajar atau bekerja dari online ke offline. Mungkin juga ada yang menemukan hal baru atau mengalami kehilangan. Tahun 2022 tidaklah mudah, tapi tahun 2023 pun tidak ada jaminan jadi lebih mudah. Malahan banyak prediksi mengatakan tahun ini akan diwarnai kesuraman dan ketakutan.
Belum lama ini aku mendapat kabar mengejutkan. Ayahku harus menjalani operasi pengangkatan kanker yang kedua kalinya. Operasi ini sebenarnya dihindari dokter onkologi karena berisiko tinggi, sehingga pengobatan yang disarankan adalah lewat metode terapi. Namun, kenyataannya terapi dinilai kurang maksimal. Mau tidak mau, pengangkatanlah yang jadi jadi solusi.
Jujur, hatiku ciut. Aku takut kehilangan ayahku. Jeda antara waktu pemberitahuan sampai tanggal operasi dilakukan hanyalah satu bulan. Di waktu yang singkat itu aku cuma bisa berdoa. Saat itu aku tidak bisa memperlihatkan ketakutanku pada keluargaku karena mereka pun butuh dukungan. Hanya pada Tuhanlah aku mengadu.
Pelan-pelan tetapi pasti Tuhan menolongku mengubah ketakutan jadi kekuatan. Walaupun aku gentar, tapi aku sanggup mengendalikan pikiran dan bekerja seperti biasa. Aku juga mampu memberi dukungan pada ayah dan ibuku. Aku percaya kekuatan ini berasal dari Tuhan yang selalu mendengar seruanku.
Pengalamanku ini lantas mengingatkanku akan peristiwa ketika Tuhan menuntun dan menyertai bangsa Israel menuju tanah perjanjian. Kisah ini pastilah sudah sering kita dengar sejak dari sekolah Minggu dulu. Buatku sendiri, kisah ini menyajikan pertanyaan menggantung: kenapa ya Tuhan malah membuat bangsa Israel mengitari padang gurun selama 40 tahun lebih?
Kubaca kembali Alkitabku dan kutemukan bahwa saat berada di Mesir dan ditindas, orang-orang Israel mengerang pada Tuhan dan seruan itu didengar-Nya. Tuhan mengingat janji-Nya pada Abraham dan Dia pun menuntun mereka keluar dari perbudakan. Tapi, jalan untuk sampai ke sana tidak mudah. Ada orang-orang Kanaan yang harus mereka perangi. Sebenarnya, mungkin jika mereka siap bertempur, mereka bisa saja tiba di Kanaan lebih cepat. Namun, ada pertimbangan lain: apakah bangsa yang baru keluar dari perbudakan ini mampu bertempur? Jangan-jangan nanti mereka malah memilih kembali ke Mesir.
Kita yang hidup di masa kini bisa dengan mudah memahami maksud dan rencana Tuhan bagi Israel dari teks yang kita baca. Tetapi, bagaimana jika kita adalah salah satu dari orang Israel pada masa pengembaraan itu? Mungkin kita juga akan merasa sulit memahami apa maksud dan rencana Tuhan. Dalam hidupku pun aku merasa sulit menemukan jawaban akan apa yang sebenarnya jadi tujuan Tuhan buatku. Aku tetap berdoa meskipun bingung dan setelah beberapa tahun aku mengalami bahwa Tuhan memanglah mendengar doa-doaku.
Dari situlah muncul keingintahuan untuk membaca Alkitab dari awal. Perlahan-lahan aku mulai melihat Pribadi Tuhan secara lebih utuh. Upayaku untuk mengenal dan menjalani ajaran Tuhan tidak hanya memperbaiki cara hidupku, tapi juga membantuku mengenal diri dan tujuan hidupku.
Kembali pada kisah bangsa Israel, ada satu momen ketika mereka menolak masuk Kanaan karena tidak percaya Tuhan akan sungguh-sungguh melaksanakan janji-Nya (Bilangan 13:1-33). Dalam benak mereka, bagaimana mereka bisa menang dari orang-orang Kanaan? Karena satu ketakutan, mereka lupa bahwa mereka telah menyeberangi Laut Teberau yang terbelah oleh kuasa Tuhan. Mereka juga sudah meminum air di Mara yang tadinya pahit tetapi diubah Tuhan menjadi manis. Masih banyak bukti penyertaan Tuhan yang ajaib, tetapi bangsa Israel mengabaikan semuanya dan terus melukai hati Tuhan dengan tidak mempercayai-Nya.
Sepanjang tahun kemarin, aku memiliki sejumlah pokok doa tentang masa depanku yang belum terjawab. Ketika aku mulai ragu, aku akan mengingat kembali kisah penyertaan Tuhan bagi bangsa Israel. Pada kitab Yosua pasal 1 dituliskan bahwa setelah Musa meninggal, Yosua dipilih untuk jadi pemimpin. Tugas ini tidak mudah dan Tuhan menguatkan Yosua dengan tiga kali berfirman:
“Bukankah telah kuperintahkan kepadamu: kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi” (Yosua 1:9).
Kisah perjalanan bangsa Israel menuju tanah Kanaan memberikan gambaran mengenai siapa Tuhan kita. Dia Tuhan yang setia, baik, juga pemerhati. Seperti bangsa Israel yang harus menghadapi prajurit-prajurit Kanaan yang perkasa, mungkin kita pun akan menghadapi kesukaran di tahun 2023. Kesukaran itu bisa saja berbentuk ketidakpastian, ketakutan, dan krisis. Akan tetapi, teman-teman, kita tak perlu merasa tak berdaya. Kita punya Tuhan yang hebat dan bisa dipercaya. Mari kita lakukan bagian kita dan berjalan bersama Tuhan.