Posts

Setiap Momen Berarti

Rabu, 20 Juni 2018

Setiap Momen Berarti

Baca: Filipi 1:12-24

1:12 Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil,

1:13 sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus.

1:14 Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut.

1:15 Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik.

1:16 Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil,

1:17 tetapi yang lain karena kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara.

1:18 Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita,

1:19 karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus.

1:20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.

1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.

1:22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.

1:23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus—itu memang jauh lebih baik;

1:24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. —Filipi 1:21

Setiap Momen Berarti

Ketika saya bertemu seorang wanita lanjut usia bernama Ada, ia telah hidup lebih lama dari semua sahabat dan kerabatnya. Ada kini tinggal di panti wreda. “Bagian tersulit dari bertambah tua,” katanya kepada saya, “adalah melihat satu demi satu kenalan kita berpulang dan meninggalkan kita.” Suatu hari saya bertanya kepada Ada apa yang membuatnya bertahan dan bagaimana ia mengisi waktunya. Ia menjawab dengan mengutip sebuah ayat Kitab Suci yang ditulis Rasul Paulus: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21). Kemudian ia berkata, “Selagi masih diberi napas, masih ada yang harus kulakukan. Jika kondisiku baik, aku bisa bercerita tentang Yesus kepada orang-orang di panti ini; jika kondisiku menurun, aku masih bisa berdoa.”

Penting untuk diketahui bahwa Paulus menulis surat kepada jemaat di Filipi saat ia berada di dalam penjara. Ia mengakui kenyataan yang dipahami oleh banyak orang Kristen menjelang kematian mereka: Sekalipun surga tampak begitu memikat, sisa masa hidup yang masih kita miliki di bumi sangatlah berarti bagi Allah.

Seperti Paulus, Ada menyadari bahwa setiap tarikan napasnya merupakan kesempatan untuk melayani dan memuliakan Allah. Jadi, Ada mengisi hari-harinya dengan mengasihi orang lain dan memperkenalkan mereka kepada Juruselamatnya.

Dalam momen-momen tergelap sekalipun, kita sebagai orang Kristen dapat berpegang pada janji bahwa kita akan menerima sukacita abadi bersama Allah di surga kelak. Namun, selama kita masih hidup, kita menikmati hubungan yang erat dengan-Nya. Dia menjadikan setiap momen dalam hidup kita berarti. —Randy Kilgore

Tuhan, berilah aku kekuatan untuk melayani-Mu dengan setiap tarikan napasku, supaya setiap momen dari sisa hidupku ini menjadi berarti bagi Kerajaan-Mu.

Ketika tiba waktunya Allah memanggil kita pulang, kiranya Dia menemukan kita sedang melayani-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 1-2; Kisah Para Rasul 5:1-21

Wajah

Jumat, 8 Juni 2018

Wajah

Baca: Galatia 5:22-26

5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,

5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,

5:26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.

Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. . . . kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. —2 Korintus 3:18

Wajah

Ketika cucu kami, Sarah, masih kecil, ia berusaha menjelaskan kepada saya apa yang terjadi ketika seseorang meninggal: “Yang masuk surga itu cuma wajah kita, bukan tubuh kita. Di surga nanti kita punya tubuh baru, tetapi wajah kita tidak berubah.”

Tentu saja, konsep Sarah tentang keberadaan manusia dalam kekekalan itu masih pemikiran kanak-kanak. Namun sebenarnya, ia telah menangkap satu kebenaran yang penting, yaitu bahwa wajah kita, bisa dikatakan, merupakan cerminan kasatmata dari jiwa kita yang tak terlihat.

Ibu pernah mengatakan bahwa jika saya sering memasang raut wajah yang galak maka itu bisa menjadi tampang saya seumur hidup. Ibu memang bijak. Alis yang berkerut, mulut yang menyeringai, dan tatapan culas dari mata kita mungkin menunjukkan bahwa jiwa kita sedang merana. Sementara itu, meski keriput, kerut, dan perubahan fisik lainnya mulai menghiasi wajah kita, tetapi sorot mata yang teduh, raut wajah yang tenang, senyum yang hangat dan ramah bisa menandakan adanya hati yang telah diubahkan.

Tidak banyak yang bisa kita lakukan terhadap wajah yang kita miliki sejak lahir. Namun, kita bisa melakukan sesuatu untuk bertumbuh menjadi pribadi yang kita inginkan. Kita dapat berdoa agar kita makin memiliki kerendahan hati, kesabaran, kebaikan, toleransi, rasa syukur, kerelaan mengampuni, damai sejahtera, dan kasih (Gal. 5:22-26).

Oleh anugerah Allah, dan pada waktu-Nya, kiranya hatimu dan saya bertumbuh semakin menyerupai Tuhan kita, dan keserupaan itu tecermin pada wajah kita seiring dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, seperti diungkapkan penyair Inggris, John Donne (1572-1631), kita bertambah tua “semakin indah hingga akhir hayat”. —David H. Roper

Tuhan Yesus, aku ingin semakin menyerupai-Mu dari hari ke hari. Tolonglah aku untuk rela dibentuk saat Engkau berkarya di dalam hatiku.

Tiada yang dapat menandingi keindahan hati yang penuh kasih.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 30-31; Yohanes 18:1-18

Dengan Pertolongan Allah

Kamis, 14 Desember 2017

Dengan Pertolongan Allah

Baca: Yosua 14:7-15

14:7 Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya.

14:8 Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.

14:9 Pada waktu itu Musa bersumpah, katanya: Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati.

14:10 Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini;

14:11 pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.

14:12 Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN.”

14:13 Lalu Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya.

14:14 Itulah sebabnya Hebron menjadi milik pusaka Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, sampai sekarang ini, karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati.

14:15 Nama Hebron dahulu ialah Kiryat-Arba; Arba ialah orang yang paling besar di antara orang Enak. Dan amanlah negeri itu, berhenti berperang.

Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini; . . . seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang. —Yosua 14:10-11

Dengan Pertolongan Allah

Memasuki usia lanjut, saya lebih sering mengalami nyeri sendi, terutama saat hawa dingin menerpa. Kadangkala saya merasa tidak berdaya menghadapi segala tantangan di usia senja.

Karena itulah, pahlawan saya adalah laki-laki tua bernama Kaleb—seseorang yang pernah dikirim Musa untuk mengintai Kanaan, Tanah Perjanjian (Bil. 13-14). Setelah para pengintai yang lain memberikan laporan yang kurang baik, hanya Kaleb dan Yosua—dari 12 pengintai—yang diperkenankan Allah untuk memasuki Kanaan. Di Yosua 14, tibalah saatnya bagi Kaleb untuk menerima bagian tanahnya. Namun, masih ada musuh-musuh yang perlu disingkirkan. Karena tidak mau menyerahkan tugas berperangnya pada generasi yang lebih muda, Kaleb yang menolak untuk pensiun itu menyatakan, “Engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin Tuhan menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan Tuhan” (Yos. 14:12).

“Tuhan menyertai aku.” Pola pikir itulah yang membuat Kaleb selalu siap berperang. Ia berfokus pada kekuatan Allah, bukan pada kekuatan-nya sendiri, dan juga bukan pada usianya yang lanjut. Allah saja yang akan menolongnya melakukan apa pun yang perlu dilakukannya.

Kebanyakan dari kita mungkin tidak terpikir akan mengerjakan sesuatu yang besar setelah mencapai usia lanjut. Namun sesungguhnya, kita masih dapat melakukan hal-hal besar bagi Allah, tak peduli berapa pun usia kita. Ketika kesempatan-kesempatan besar muncul, seperti kesempatan yang Kaleb terima, kita tidak perlu menghindarinya. Dengan pertolongan Allah, kita dapat menjadi pemenang! —Linda Washington

Bapa Surgawi, terima kasih karena Engkau telah memberiku kekuatan untuk menjalani hari demi hari. Tolong aku untuk setia melakukan kehendak-Mu.

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. —Filipi 4:13

Bacaan Alkitab Setahun: Yoel 1-3 dan Wahyu 5

The Red Hackle

Minggu, 27 November 2016

The Red Hackle

Baca: Mazmur 92:13-16

92:13 Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon;

92:14 mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita.

92:15 Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar,

92:16 untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.

Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar. —Mazmur 92:15

The Red Hackle

Beberapa tahun lalu saya tidak sengaja menemukan sedikit ilmu memancing dalam literatur yang ditulis oleh Aelian asal Yunani dari abad ke-2 SM. “Antara Boroca dan Tesalonika mengalir sebuah sungai bernama Astrakus, dan di dalamnya terdapat ikan-ikan dengan kulit bertutul (ikan Trout).” Ia kemudian menjelaskan tentang cara “membuat umpan pancing yang bisa memikat ikan-ikan itu. Mereka melekatkan benang wol berwarna merah tua di sekeliling mata kail dan menempelkan dua helai bulu. Kemudian mereka melemparkan umpan itu, dan ikan-ikan yang tertarik dengan warna pada umpan pancing tersebut akan berenang ke permukaan karena mengira akan memperoleh banyak makanan” (Tentang Natur Dunia Fauna).

Para nelayan dan pemancing masih menggunakan umpan pancing tersebut hingga saat ini. Umpan tersebut disebut Red Hackle (Bulu Merah). Sejak digunakan pertama kalinya pada 2.200 tahun yang lalu,umpan pancing tersebut masih berguna untuk memikat ikan-ikan Trout.

Ketika membaca tulisan kuno tersebut, saya berpikir: Tidak semua barang yang tua itu ketinggalan zaman—apalagi manusia. Jika usia senja dilalui dengan rasa puas dan gembira, dan melalui sikap itu kita menunjukkan kelimpahan dan kedalaman diri Allah kepada orang lain, maka hidup kita akan berguna sampai akhir hayat. Usia senja tidak harus selalu berpusat pada kesehatan yang menurun dan kenangan pada masa muda yang telah lalu. Usia senja bisa dipenuhi dengan damai sejahtera dan sukacita, keberanian dan kebaikan, segala buah yang dinikmati oleh mereka yang bertambah usia di dalam Tuhan.

“Mereka yang ditanam di bait Tuhan . . . pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar” (Mzm. 92:14-15). —David Roper

Tuhan, terima kasih untuk kesetiaan-Mu di sepanjang hidup kami. Tolonglah agar kami dapat mengakhiri hidup kami dengan baik dalam pelayanan kepada Engkau dan mengingat bahwa di usia senja pun kami masih bisa berguna.

Kesetiaan Tuhan terus berlipat ganda dari tahun ke tahun.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 30-32; 1 Petrus 4

Artikel Terkait:

Ketika Aku Mencari Tahu Bobot Segumpal Awan

Pernahkah kamu bertanya, berapa sebenarnya bobot segumpal awan? Aku tahu pertanyaan ini terdengar aneh, tetapi ketika aku mencari tahu jawabannya, aku dibuat terkagum-kagum dengan apa yang kulihat setiap hari.

Anugerah Ini

Selasa, 25 Oktober 2016

Anugerah Ini

Baca: 2 Korintus 12:6-10

12:6 Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.

12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

12:8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.

12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. —2 Korintus 12:9

Anugerah Ini

Beberapa tahun lalu saya pernah menulis sebuah esai tentang koleksi tongkat pembantu jalan yang saya miliki. Saya bercanda bahwa suatu hari nanti saya akan membutuhkan alat bantu jalan yang lebih canggih. Hari itu telah tiba. Kombinasi masalah tulang belakang dan kerusakan saraf perifer telah memaksa saya untuk menggunakan alat bantu jalan beroda tiga. Saya tidak dapat lagi menjelajahi alam. Saya tidak dapat lagi memancing. Saya tidak dapat lagi melakukan banyak hal yang selama ini memberikan kesenangan bagi saya.

Namun demikian, saya mencoba untuk menerima keterbatasan saya, apa pun itu, sebagai anugerah dari Allah, dan dengan anugerah inilah saya harus melayani Dia. Anugerah ini dan bukan yang lain. Itu juga berlaku bagi kita semua, entah kita mengalami keterbatasan dari segi emosi, fisik, atau intelektual. Dengan blak-blakan, Paulus mengatakan bahwa ia bermegah atas kelemahannya, karena justru dalam kelemahan itulah kuasa Allah dinyatakan di dalam dirinya (2Kor. 12:9).

Bila kita memandang segala sesuatu yang kita anggap sebagai kendala dengan cara seperti itu, kita akan dimampukan untuk melakukan tanggung jawab kita dengan penuh keberanian dan keyakinan. Daripada mengeluh, mengasihani diri, atau mengasingkan diri, lebih baik kita memberi diri untuk dipakai Allah menggenapi tujuan-tujuan yang telah ditentukan-Nya.

Saya tidak tahu apa yang dikehendaki Allah bagi kamu dan saya, tetapi kita tidak perlu mengkhawatirkannya. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah menerima saja segala sesuatu sebagaimana adanya dan merasa cukup, dengan menyadari bahwa di dalam kasih, hikmat, dan pemeliharaan Allah, keadaan inilah yang terbaik bagi kita. —David Roper

Ya Tuhan, aku tahu Engkau baik dan mengasihiku. Aku percaya Engkau akan memberikan segala sesuatu yang kuperlukan untuk hari ini.

Rasa cukup memampukan kita untuk bertumbuh di mana pun Allah menempatkanmu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 6-8; 1 Timotius 5

Artikel Terkait:

Pekerjaan yang Paling Ideal: Ibu Rumah Tangga

Ketika pemimpin kelompok diskusi pemuda Christine memintanya menuliskan sebuah pekerjaan yang menurutnya ideal, dia menuliskan satu pekerjaan ini: “Ibu rumah tangga”. Kemudian, Tuhan membukakan kepada Christine mengenai sebuah kisah dari seorang ibu rumah tangga yang menginspirasinya.

Perayaan Ulang Tahun

Sabtu, 7 Februari 2015

Perayaan Ulang Tahun

Baca: Mazmur 71:5-18

71:5 Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.

71:6 Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji-puji.

71:7 Bagi banyak orang aku seperti tanda ajaib, karena Engkaulah tempat perlindunganku yang kuat.

71:8 Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu, dengan penghormatan kepada-Mu sepanjang hari.

71:9 Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.

71:10 Sebab musuh-musuhku berkata-kata tentang aku, orang-orang yang mengincar nyawaku berunding bersama-sama

71:11 dan berkata: "Allah telah meninggalkan dia, kejar dan tangkaplah dia, sebab tidak ada yang melepaskan dia!"

71:12 Ya Allah, janganlah jauh dari padaku! Allahku, segeralah menolong aku!

71:13 Biarlah mendapat malu dan menjadi habis orang-orang yang memusuhi jiwaku; biarlah berselubungkan cela dan noda orang-orang yang mengikhtiarkan celakaku!

71:14 Tetapi aku senantiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu;

71:15 mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan keselamatan yang dari pada-Mu sepanjang hari, sebab aku tidak dapat menghitungnya.

71:16 Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya keadilan-Mu saja!

71:17 Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib;

71:18 juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang.

Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, . . . Engkau yang selalu kupuji-puji. —Mazmur 71:6

Perayaan Ulang Tahun

Dahulu saya suka merayakan ulang tahun. Saya masih ingat pada waktu berdiri dengan gembira di serambi depan untuk menunggu kedatangan teman-teman yang hendak merayakan ulang tahun saya yang ke-5. Saya tidak hanya bersemangat karena ada banyak balon, hadiah, dan kue ulang tahun. Saya begitu gembira karena saya tidak lagi berusia 4 tahun! Saya sedang bertumbuh.

Seiring dengan bertambahnya usia, terkadang ulang tahun lebih terasa mengecewakan ketimbang menyenangkan. Ulang tahun yang saya rayakan tahun lalu membuat saya merasa semakin tua saja. Istri saya, Martie, berusaha menyemangati saya dengan mengingatkan bahwa saya patut mengucap syukur untuk bertambahnya usia ini. Ia meminta saya untuk membaca Mazmur 71 di mana sang pemazmur berbicara tentang kehadiran Allah di sepanjang hidupnya. Pemazmur teringat bahwa Allah “telah mengeluarkan-[nya] dari perut ibu-[nya]” (71:6), dan ia menyatakan dengan penuh rasa terima kasih, “Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib” (ay.17). Dan kini, saat sang pemazmur bertambah tua, dengan mantap ia dapat memberitakan “kuasa [Allah] kepada angkatan ini, keperkasaan [Allah] kepada semua orang yang akan datang” (ay.18). Allah telah memberkati sang pemazmur dengan kehadiran-Nya sepanjang tahun demi tahun kehidupannya.

Sekarang ini, peristiwa ulang tahun mengingatkan saya akan kesetiaan Allah. Ulang tahun juga membawa saya semakin dekat dengan waktu dimana saya akan bertemu dengan Pribadi yang selama ini telah menyertai saya di sepanjang hidup ini! —JMS

Tuhan, ingatkan aku selalu bahwa bertambahnya usia berarti
aku harus bertumbuh semakin dekat kepada-Mu! Jagalah hatiku
agar senantiasa dipenuhi ucapan syukur atas banyaknya berkat-Mu,
dan arahkanlah pikiranku tetap memandang pada sukacita surgawi.

Hitunglah banyaknya berkat yang kamu terima setiap kali kamu berulang tahun!

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 1-3; Matius 24:1-28

Photo credit: Dr. RawheaD / Foter / CC BY-NC-SA