Posts

5 Hal dalam Dirimu yang Harus Selalu Kamu Upgrade

Oleh Joshua

Memasuki usia dewasa, dunia terasa bergerak begitu cepat. Kita melihat orang-orang berlomba untuk terus bergerak supaya tidak tertinggal, sehingga menciptakan persaingan yang ketat. Apakah kamu merasakannya juga?

Ikut dalam “persaingan” itu supaya kita menjadi seorang yang kompeten dan bertumbuh justru adalah hal yang baik. Tetapi, jika kita membaca tulisan-tulisan Salomo, dia memberikan kita satu pertanyaan: apakah arti dari semua pengejaran itu? Salomo dalam Pengkhotbah 1:2 menyebutkan bahwa segalanya adalah “…kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.” Salomo tidak asal menulis, karena dia telah membuktikannya. Salomo berusaha mengembangkan diri dengan mengejar pencapaian duniawi–istri, kekayaan, jabatan, dan pekerjaan-pekerjaan besar (Pengkhotbah 2:1-11), mencari dan mengembangkan hikmat serta pengetahuan (Pengkhotbah 2:12-16), hingga berujung pada perasaan membenci hidup, segalanya sia-sia karena berujung pada kematian (Pengkhotbah 2:17-18).

Jika kita membaca kitab Pengkhotbah tanpa memahami maksud sepenuhnya, pastilah kita akan putus asa dan kehilangan semangat untuk terus mengembangkan diri. Namun, jika kita melihat maksud utama dari Salomo, kita akan menemukan bahwa segala sesuatunya tidak akan menjadi sia-sia ketika kita menyadari semuanya adalah dari Allah. Kita mengembangkan diri untuk mempermuliakan nama-Nya dan kita menikmatinya di dalam Allah saja (Pengkhotbah 2:24-26).

Jadi, bagian apa sajakah dalam diri kita yang perlu kita latih dan upgrade?

1. Iman

“Hendaklah Saudara berakar di dalam Dia dan memperoleh kekuatan dari Dia. Berusahalah agar terus-menerus tumbuh di dalam Tuhan, dan menjadi kuat serta bersemangat dalam kebenaran yang telah diajarkan kepada Saudara. Semoga hidup Saudara berlimpah-limpah dengan sukacita dan rasa syukur atas segala yang telah dilakukan-Nya” (Kolose 2:7 FAYH).

Bertumbuh dalam iman hanya bisa kita lakukan jika kita memilih untuk terus berakar dalam firman-Nya. Caranya sederhana, mulai dari merenungkan firman setiap hari dan belajar untuk selalu mengambil setiap prinsip kebenaran-Nya sebagai prinsip hidup kita. Tetapi, perlu juga diingat bahwa pertumbuhan iman turut melibatkan dukungan dari saudara-saudari seiman. Kita bisa ambil bagian dengan mengikuti ibadah komunal atau persekutuan di gereja masing-masing dan dikuatkan melalui sharing, juga pelayanan dari rekan-rekan seiman.

2. Pengetahuan

“Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk dengan kebodohan” (Amsal 15:14).

Jika kita membaca kitab Amsal secara keseluruhan kita akan menemukan bagaimana hikmat dan pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang berhikmat, akan tergerak untuk belajar dan mengembangkan pengetahuannya, bahkan dituliskan bahwa pengetahuan lebih berharga daripada emas perak dan hal lainnya (Amsal 20:15, 24:5). Kita dapat mengembangkan pengetahuan kita dengan berani mencoba dan mempelajari hal-hal baru di usia kita saat ini, mengikuti berbagai seminar, webinar, atau membaca buku dan banyak hal lainnya.

3. Soft-skills

“Orang cerdik bertindak dengan pengetahuan, tetapi orang bebal membeberkan kebodohan” (Amsal 13:16).

Pengetahuan teori yang kita raih harus kita kombinasikan dengan keterampilan. Sekarang ini kita dapat dengan mudah mengetahui apa yang jadi bakat kita lalu berusaha mengembangkannya. Kita bisa ikut tes minat, tes bakat, juga mengambil kursus untuk mempertajamnya. Kita juga dapat mengembangkan setiap keterampilan dengan menekuni bidang yang kita sukai dan terus belajar dari orang-orang yang lebih ahli.

4. Relasi

“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang” (Amsal 13:20).

Mungkin beberapa di antara kita berada di circle pertemanan yang membuat kita tidak berkembang, menjadi lebih santai dan tidak termotivasi untuk mengembangkan diri. Lantas, bukan berarti kita harus meninggalkan mereka dan mencari circle lain. Sebaliknya, kita harus mengembangkan relasi kita, menambah kenalan-kenalan baru yang kelak memotivasi kita dalam mengembangkan diri. Kita dapat tetap bergaul dengan circle yang dianggap tidak membuat kita berkembang dan berusaha memberikan mereka pengertian dan menggerakkan untuk bertumbuh dan berkembang bersama.

5. Karakter

“Sebab semua orang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Roma 8:29a).

Karakter kita haruslah mencerminkan karakter Kristus. Tetapi, tentulah ini bukan hal mudah untuk kita wujudkan. Sebagai manusia yang telah jatuh dalam dosa, kita jauh dari sempurna. Namun, ketika kita peka dan mau belajar, kita dapat menjadikan setiap pengalaman entah itu baik atau buruk sebagai kesempatan untuk mengasah karakter kita.

Ketika kita menyadari bahwa hidup kita adalah milik Allah (1 Kor. 3:23), maka kita akan menyadari bahwa segala sesuatunya bukan tentang kita, melainkan tentang Dia. Apabila kita mengembangkan setiap potensi dan karunia yang Ia telah berikan pun, itu demi kemuliaan-Nya dan tidak ada hal yang sia-sia. Pengembangan diri bukan berfokus kepada hasil, melainkan prosesnya. Artinya, ketika kita berkomitmen untuk mau mengembangkan diri, kita harus siap untuk menjalani proses itu bersama Tuhan—proses seumur hidup kita. Mari kita merayakan kasih sayang dan anugerah-Nya dengan mau diproses, berproses, dan memproses sesama kita sehingga menjadi generasi-generasi yang mempermuliakan Tuhan lewat talenta-talenta yang telah Ia berikan.