Penderitaan yang Tak Akan Menjatuhkanmu
Oleh Toar Luwuk, Minahasa
Aku adalah seorang mahasiswa semester akhir, yang juga terlibat dalam pelayanan mahasiswa. Aku bersyukur karena terlibat dalam pelayanan ini mengajariku banyak hal yang menolongku bertumbuh bersama-sama dengan mahasiswa lain. Wadah pelayanan ini pun menjadi tempat perjumpaanku dengan Kristus. Aku menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.
Suatu saat, tim pelayanan kami sedang mempersiapkan suatu kegiatan dan membutuhkan dana. Kami memutuskan untuk mencari dana dengan menawarkan paket kue ke rumah-rumah warga. Selain melakukan pencarian dana, kami juga melakukan pelayanan doa bagi keluarga yang rumahnya kami sambangi. Di satu rumah, terjadi perbincangan.
“Jadi, selain kami melakukan pencarian dana, kami melakukan pelayanan doa bagi setiap keluarga yang telah dikunjungi. Jika ibu tidak sibuk, mari sama-sama berdoa”, kataku.
“Oh iya bisa, dek. Kebetulan baru selesai memasak”, jawab si ibu dengan penuh senyuman.
“Jadi, sebelum berdoa, apakah dari keluarga ada hal-hal khusus yang bisa didoakan?” tanyaku.
“Doakan saja semoga sehat-sehat dan semoga tidak mengalami masalah atau kesusahan”, jawab si ibu.
Setelah berdoa kami mengucapkan terima kasih dan melanjutkan kegiatan pencarian dana
Dan setelah beberapa rumah kami melakukan hal yang sama, terjadi obrolan yang serupa.
“Apakah dari keluarga ada hal-hal khusus yang bisa didoakan?” tanyaku.
“Doakan diberikan kesehatan dan diberikan kekuatan menghadapi pergumulan”, kata bapak dan ibu. Dari sharing singkat rupanya keluarga itu sedang mengalami pergumulan finansial.
Dari kedua jawaban di atas terdapat perbedaan sikap:
1. Yang pertama meminta untuk dijauhkan dari masalah/kesusahan
2. Yang Kedua meminta untuk dikuatkan dalam menghadapi pergumulan
Dari kedua jawaban tersebut, timbul kejanggalan dalam benak pikiranku dan memutuskan untuk merenungkan hal ini untuk mengetahui apa sebenarnya yang Tuhan ingin sampaikan kepadaku lewat kejadian hari itu.
Masalah selalu datang dalam bentuk penderitaan atau kesusahan. Oleh karena itu, semua orang tidak menyukainya. Banyak juga orang Kristen mengharapkan hidupnya selalu mulus tanpa mengalami masalah atau penderitaan. Bahkan ada yang melibatkan diri dalam pelayanan hanya karena meyakini hidupnya akan selalu diberkati hingga berlimpah-limpah dan enak-enak saja.
Aku pikir pemahaman seperti itu keliru dan itu bertentangan dengan Lukas 9:23 yang tertulis, “Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”
Penderitaan atau masalah bisa menjadi sarana kasih Allah kepada kita. Ibarat sebuah permainan yang untuk naik level kita perlu menghadapi tantangan, dalam hidup pun kadang rumus tersebut berlaku.
“Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun” (Yakobus 1:3-4).
Alih-alih membuat kita jatuh tak berdaya, tujuan dari penderitaan adalah supaya naik level. Untuk bisa naik tingkat, caranya adalah dengan taat dan berserah kepada Dia yang berdaulat atas hidup kita. Ujian-ujian hidup juga menjadi sarana agar kita terus dimurnikan dan dibentuk, supaya makin serupa dengan Dia. Kedagingan kita perlahan akan terkikis ketika kita tekun menghadapi penderitaan.
Sebagai orang Kristen, bagaimana sikap kita merespon masalah yang terjadi?
Tak mudah untuk menghadapi penderitaan. Aku pun sering emosi duluan jika ada masalah yang datang dan mungkin orang lain pun seperti itu. Seperti yang tertulis dalam kitab Yakobus 1:5-7, “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin.”
Ketika penderitaan datang, kita dapat berdoa minta hikmat dengan penuh kesungguhan hati dan jangan goyah. Seperti cerita di awal tulisan tadi, alangkah lebih baik jika kita berdoa bukan untuk menjauhkan masalah, tetapi meminta hikmat dan kekuatan menghadapi penderitaan. Kita tidak berjalan sendiri. Ada Tuhan yang setia menyertai kita, dan bersukacitalah jika kita berada dalam masalah. Dengan iman kita mengetahui bahwa penderitaan sementara ini adalah cara Tuhan membentuk kita makin serupa dengan Dia.