Posts

Pujian dalam Kekelaman

Minggu, 7 Mei 2017

Pujian dalam Kekelaman

Baca: Matius 26:17-30

26:17 Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: “Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?”

26:18 Jawab Yesus: “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.”

26:19 Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.

26:20 Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu.

26:21 Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”

26:22 Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?”

26:23 Ia menjawab: “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku.

26:24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.”

26:25 Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: “Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: “Engkau telah mengatakannya.”

26:26 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.”

26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.

26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

26:29 Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku.”

26:30 Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.

Sebab itu, dengan perantaraan Yesus, hendaklah kita selalu memuji-muji Allah; itu merupakan kurban syukur kita kepada-Nya, yang kita persembahkan melalui ucapan bibir untuk memuliakan nama-Nya. —Ibrani 13:15 BIS

Pujian dalam Kekelaman

Meskipun teman saya Mickey telah kehilangan penglihatannya, ia mengatakan kepada saya, “Aku akan terus memuji Allah setiap hari, karena Dia telah melakukan banyak kebaikan dalam hidupku.”

Yesus memberi Mickey, dan juga kita, alasan utama untuk terus memuji Allah. Pasal 26 dalam Injil Matius menceritakan tentang Yesus yang mengadakan perjamuan Paskah bersama murid-murid-Nya pada malam sebelum Dia disalibkan. Ayat 30 menyatakan bagaimana mereka mengakhiri perjamuan itu, “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.”

Bukan sembarang nyanyian yang mereka nyanyikan malam itu, tetapi nyanyian pujian. Selama ribuan tahun, orang Yahudi telah menyanyikan sekumpulan Mazmur yang disebut “Hallel” pada peringatan Paskah (hallel adalah kata Ibrani untuk “pujian”). Bagian akhir dari seluruh doa dan nyanyian pujian yang ditemukan dalam Mazmur 113-118 itu memuliakan Allah yang telah menjadi keselamatan kita (118:21). Pujian itu menyebut tentang batu yang dibuang dan yang telah menjadi batu penjuru (ay.22) dan pribadi yang datang dalam nama Tuhan (ay.26). Sangat mungkin mereka bernyanyi, “Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” (ay.24).

Sebagaimana Yesus bernyanyi bersama murid-murid-Nya di malam Paskah itu, Dia memberi kita alasan utama bagi kita untuk memandang melampaui keadaan yang ada di hadapan kita. Dia mengajak kita memuji kasih dan kesetiaan Allah yang tak pernah berakhir. —James Banks

Tuhan, Engkau selalu layak menerima pujian, bahkan saat aku sulit untuk melakukannya. Tolonglah aku untuk semakin rindu memuji-Mu.

Memuji Allah memampukan kita untuk mengingat kembali kebaikan-Nya yang tidak pernah berakhir.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 1-3; Lukas 24:1-35

Hal-Hal Kecil

Senin, 24 April 2017

Hal-Hal Kecil

Baca: Mazmur 116:1-9

116:1 Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku.

116:2 Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya.

116:3 Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan.

116:4 Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: “Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!”

116:5 TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.

116:6 TUHAN memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku.

116:7 Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu.

116:8 Ya, Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, dan mataku dari pada air mata, dan kakiku dari pada tersandung.

116:9 Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN, di negeri orang-orang hidup.

Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas. —Yakobus 1:17

Hal-Hal Kecil

Teman saya Gloria menelepon dengan suara yang penuh kegembiraan. Selama ini ia tidak pernah dapat keluar rumah kecuali untuk bertemu dokter. Jadi saya mengerti mengapa ia sangat bersukacita saat menceritakan bahwa putranya baru saja memasang perangkat pengeras suara di komputernya. Sekarang ia dapat mendengar dan menyaksikan siaran langsung dari kebaktian yang berlangsung di gerejanya. Ia sangat mensyukuri kebaikan Allah dan “hadiah terbaik yang kuterima dari putraku!”

Gloria mengajari saya tentang memiliki hati yang bersyukur. Walaupun ia memiliki banyak keterbatasan, ia bersyukur untuk hal-hal kecil—matahari terbenam, keluarga dan tetangganya yang suka menolong, waktu teduhnya bersama Allah, kesempatan untuk dapat tetap tinggal di apartemennya. Ia telah melihat pemeliharaan Allah di sepanjang hidupnya, dan kini ia menceritakan tentang Allah kepada siapa saja yang mengunjungi atau meneleponnya.

Kita tidak tahu kesulitan apa yang dihadapi penulis Mazmur 116. Beberapa tafsiran Alkitab mengatakan bahwa mungkin karena penyakit yang dideritanya ia berkata, “Tali-tali maut telah meliliti aku” (ay.3). Namun, pemazmur mengucap syukur kepada Tuhan karena kebaikan dan belas kasih-Nya pada saat ia “sudah lemah” (ay.5-6).

Ketika kita merasa lemah, sangat sulit bagi kita untuk memandang ke atas. Namun, bila kita memandang ke atas, kita akan melihat bahwa Allah adalah Pemberi dari setiap hal yang baik dalam hidup kita—besar dan kecil—dan kita pun belajar untuk mengucap syukur kepada-Nya. —Anne Cetas

Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikan-Nya kepadaku? . . . Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu. —Mazmur 116:12,17

Pujian kepada Allah akan muncul secara alami ketika kamu menghitung berkat-berkat yang kamu terima.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 19-20; Lukas 18:1-23

Artikel Terkait:

Ingat Kebaikan-Nya!

Dalam Segala Keadaan

Sabtu, 4 Februari 2017

Dalam Segala Keadaan

Baca: 1 Tesalonika 5:16-18

5:16 Bersukacitalah senantiasa.

5:17 Tetaplah berdoa.

5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. —1 Tesalonika 5:18

Dalam Segala Keadaan

Para penghuni di lingkungan kami mengeluhkan pemadaman listrik yang sering sekali terjadi. Listrik dapat padam tiga kali dalam seminggu dan kadang berlangsung hingga 24 jam, sehingga lingkungan perumahan kami sering menjadi gelap gulita. Ketidaknyamanan itu terasa berat ketika kami tidak bisa menggunakan peralatan rumah tangga kami sehari-hari.

Tetangga kami yang Kristen sering bertanya, “Apakah ini juga sesuatu yang patut disyukuri?” Ia merujuk pada 1 Tesalonika 5:18, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Kami selalu mengatakan, “Ya, tentu saja, kita bersyukur kepada Allah dalam segala hal.” Namun jawaban kami itu bertolak belakang dengan sikap kami yang bersungut-sungut setiap kali listrik padam.

Namun suatu hari, kami kembali memahami artinya bersyukur kepada Allah dalam segala hal. Sepulang kerja, saya melihat tetangga kami itu menangis sambil gemetar. Ia berkata, “Syukur kepada Tuhan Yesus karena listrik padam. Jika tidak padam, rumahku sudah pasti terbakar habis, dan kami sekeluarga pasti mati!”

Ternyata sebuah truk sampah telah menabrak tiang listrik di depan rumahnya dan memutus kabel listrik bertegangan tinggi sehingga kabel itu menggelantung di atas beberapa rumah. Seandainya ada arus listrik pada kabel bertegangan tinggi itu, peristiwa itu bisa berakibat fatal.

Kesusahan yang kita hadapi bisa membuat kita sulit mengucap syukur kepada Allah. Namun kita dapat bersyukur kepada Allah karena Dia melihat setiap situasi sebagai kesempatan bagi kita untuk mempercayai-Nya, entah kita memahami atau tidak maksud dan rencana-Nya. —Lawrence Darmani

Bapa, kami memuliakan-Mu dengan perkataan kami, tetapi perbuatan kami sering menunjukkan bahwa kami tidak sepenuhnya mempercayai-Mu. Tolong kami untuk melihat-Mu bekerja dalam setiap situasi, sesulit apa pun itu.

Oleh anugerah Allah, kita dapat mengucap syukur dalam segala hal.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 34-35; Matius 22:23-46

Artikel Terkait:

Lebih Baik Jadi Tikus Saja

Pernahkah kamu merasa hidup orang lain selalu lebih baik darimu? Alangkah enaknya jika hidupku seperti mereka. Kisah ini mengajak kita untuk melihat ulang kehidupan yang sudah Tuhan anugerahkan.

Baca cerita selengkapnya di dalam artikel ini.

Hidup Bersyukur

Minggu, 1 Januari 2017

Hidup Bersyukur

Baca: Mazmur 23

23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

23:5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.

23:6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku. —Mazmur 23:6

Hidup Bersyukur

Karena ingin bertumbuh semakin matang dalam kehidupan rohani dan semakin giat mengucap syukur, Sue membuat stoples yang diberinya label Hidup Bersyukur. Setiap malam ia menuliskan satu hal yang disyukurinya dari Allah pada secarik kertas kecil dan memasukkannya ke dalam stoples itu. Adakalanya dalam satu hari ia dapat menuliskan banyak ucapan syukur, tetapi di hari-hari yang berat, ia bergumul untuk menemukan satu hal yang membuatnya bersyukur. Pada akhir tahun, ia mengeluarkan semua kertas dari dalam stoples tersebut dan membaca lagi semua tulisannya. Ia pun kembali bersyukur kepada Allah atas segala sesuatu yang telah dilakukan-Nya. Allah telah memberinya hal-hal sederhana seperti indahnya matahari saat terbenam atau senja yang sejuk untuk berjalan-jalan di taman, dan di saat-saat lain Dia telah memberikan kekuatan untuk menangani situasi yang sulit atau telah menjawab doanya.

Penemuan Sue mengingatkan saya pada apa yang dikatakan pemazmur Daud tentang pengalamannya (Mzm. 23). Allah menyegarkannya dengan “padang yang berumput hijau” dan “air yang tenang” (ay.2-3). Dia memberikan tuntunan, perlindungan, dan penghiburan (ay.3-4). Daud menyimpulkan: “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku” (ay.6).

Tahun ini, saya akan membuat stoples Hidup Bersyukur. Mungkin kamu juga ingin membuatnya. Menurut saya, kita akan melihat begitu banyak alasan bagi kita untuk bersyukur kepada Allah—antara lain sahabat dan keluarga yang dikaruniakan-Nya kepada kita serta segala kebutuhan jiwa raga dan rohani kita yang dipenuhi-Nya. Kita akan melihat bahwa kebaikan dan kemurahan Allah mengikuti kita seumur hidup kita. —Anne Cetas

Tuhanku, Engkau telah memberkatiku begitu banyak dan tak terhingga. Terima kasih, ya Tuhan, untuk kasih-Mu kepadaku.

Ketika kamu memikirkan segala sesuatu yang baik, bersyukurlah kepada Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 1-3; Matius 1

Artikel Terkait:

Aku Menjalani Hidup yang Sulit di Afrika, tapi Aku Bersyukur Karena Satu Hal Ini

Aku menjalani kehidupan yang sulit di Nigeria, sebuah negara yang menjadi pemenang negara paling optimistis di dunia tahun 2011 dan negara paling bahagia ke-6 di Afrika tahun 2016. Selama aku tinggal di negara ini, aku telah menyaksikan berbagai mukjizat pemeliharaan Tuhan seperti yang ada di dalam Alkitab.

Baca kisah Debra selengkapnya di dalam artikel ini.

Aku Kaya!

Selasa, 29 November 2016

Aku Kaya!

Baca: Mazmur 119:9-16

119:9 Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.

119:10 Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.

119:11 Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.

119:12 Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

119:13 Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.

119:14 Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta.

119:15 Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu.

119:16 Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan.

Aku gembira mengikuti perintah-perintah-Mu, seperti memiliki segala macam harta. —Mazmur 119:14 BIS

Aku Kaya!

Mungkin kamu pernah melihat iklan TV yang menggambarkan seseorang yang didatangi seorang tamu yang menyerahkan selembar cek bertuliskan jumlah uang yang sangat besar. Si penerima cek yang sempat terkejut itu kemudian mulai berteriak-teriak, menari, melompat, dan memeluk semua orang di sekitarnya. “Horeeee! Aku menang! Aku kaya! Benar-benar tak terbayangkan! Sekarang masalahku beres!” Kaya mendadak memang bisa menyulut kegembiraan yang meluap-luap.

Di Mazmur 119, pasal terpanjang di Alkitab, kita menemukan ungkapan yang luar biasa ini: “Aku gembira mengikuti perintah-perintah-Mu, seperti memiliki segala macam harta” (ay.14 BIS). Perbandingan yang menarik! Mengikuti perintah Allah dalam hidup sama menggembirakannya seperti menerima harta berlimpah! Ayat 16 (BIS) kembali mengulang ungkapan tersebut. Pemazmur mengungkapkan rasa syukur dan sukacitanya untuk perintah-perintah Tuhan. “Ketetapan-Mu membuat aku senang; ajaran-Mu takkan kulupakan.”

Namun bagaimana jika kita tidak merasakan hal yang sama? Bagaimana kegembiraan mengikuti perintah Tuhan dalam hidup bisa sama dengan kegembiraan menerima harta? Semua itu dimulai dengan ucapan syukur, baik dalam sikap maupun ketetapan hati. Kita akan memperhatikan apa yang kita hargai, maka kita memulainya dengan mengungkapkan syukur kita atas semua pemberian Allah yang menguatkan iman kita. Kita memohon agar Dia menyingkapkan mata kita agar kita dapat melihat kekayaan hikmat, pengetahuan, dan damai sejahtera yang telah diberikan-Nya kepada kita dalam firman-Nya.

Dengan semakin mengasihi Tuhan Yesus hari lepas hari, kita pun sadar bahwa kita memang kaya! —David McCasland

Bapa, singkapkan mata kami agar melihat keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu. Terima kasih karena semua perintah-Mu memberikan nasihat yang bijaksana.

Kekayaan kebenaran Allah yang berlimpah di dalam firman-Nya sedang menanti untuk digali dan ditemukan.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 35-36; 2 Petrus 1

Artikel Terkait:

Ketika Aku Menyadari Bahwa Kerja Keras Bukanlah Segalanya

“Dahulu, aku adalah seorang pekerja yang bekerja setiap hari tanpa mengenal waktu dan memberikan hati dan jiwaku bagi pekerjaan yang ada padaku. Tapi beberapa percakapan dengan temanku mengubah segalanya.” Baca kesaksian M.D. selengkapnya di dalam artikel ini.

Lomba Mengucap Syukur

Kamis, 24 November 2016

Lomba Mengucap Syukur

Baca: Kolose 3:12-17

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Segala sesuatu yang kamu lakukan . . . lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. —Kolose 3:17

Lomba Mengucap Syukur

Di setiap musim gugur, kami mengadakan perayaan Thanksgiving yang seru di kampus Universitas Cornerstone. Mahasiswa kami sangat menyukainya! Tahun lalu sekelompok mahasiswa melakukan permainan dengan menantang satu sama lain untuk berlomba mengucapkan syukur dalam waktu kurang dari tiga detik tanpa boleh mengulang apa yang sudah dikatakan oleh rekan-rekannya. Yang ragu dan terlalu lama memberikan jawaban harus keluar dari permainan.

Ada banyak hal yang bisa dikeluhkan para mahasiswa—ujian, tenggat tugas, peraturan, dan sejumlah keluhan lain yang biasa terjadi di kampus. Namun para mahasiswa itu telah memilih untuk mengucap syukur. Dan menurut saya, setelah melakukan permainan itu, mereka semua akan merasa lebih baik daripada jika mereka memilih untuk mengeluh.

Meskipun selalu ada hal-hal yang bisa kita keluhkan, tetapi jika kita melihat dengan cermat, pastilah ada berkat-berkat yang bisa disyukuri. Ketika Paulus menjelaskan tentang hidup baru kita di dalam Kristus, “rasa syukur” adalah satu-satunya karakter yang disebutkan lebih dari satu kali. Sikap yang bersyukur disebutkan sebanyak tiga kali. “Bersyukurlah,” kata Paulus di Kolose 3:15. Bernyanyilah dengan “mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu” (ay.16). Dan apa pun yang kamu lakukan, pastikan untuk “mengucap syukur . . . kepada Allah Bapa” (ay.17). Perintah Paulus untuk mengucap syukur sangatlah mengagumkan apabila kita mengingat bahwa ia menulis surat tersebut dari dalam penjara!

Hari ini, marilah memilih untuk mengucap syukur. —Joe Stowell

Tuhan, berilah aku sukacita dari mengucap syukur! Tolonglah aku untuk menemukan berkat-berkat tersembunyi dalam hal-hal yang sering kukeluhkan dan membiasakan diri untuk mengucap syukur kepada-Mu dan sesama kami.

Pilihlah untuk mengucap syukur.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 22-23; 1 Petrus 1

Artikel Terkait:

Mencukupkan Diri

Seringkali kita sulit mengontrol keinginan. Banyak hal yang begitu menggoda untuk dimiliki. Pernahkah kamu juga mengalaminya? Kita tidak bisa mengontrol keinginan kita. Sebaliknya, keinginan itulah yang mengontrol kita. Mencukupkan diri bukanlah hal yang mudah. Baca kisah selengkapnya di dalam artikel ini.

Belajar Berhitung

Jumat, 28 Oktober 2016

Belajar Berhitung

Baca: Mazmur 139:14-18

139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;

139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!

139:18 Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.

Bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! —Mazmur 139:17

Belajar Berhitung

Putra saya sedang belajar berhitung dari satu sampai sepuluh. Ia menghitung semuanya, mulai dari mainan sampai pepohonan. Ia menghitung hal-hal yang cenderung saya abaikan, seperti bunga-bunga di pinggir jalan dalam perjalanannya ke sekolah atau jumlah jari pada kaki saya.

Putra saya juga mengajarkan saya untuk kembali berhitung. Sering kali saya terlalu sibuk memikirkan hal-hal yang belum saya selesaikan atau yang tidak saya miliki sehingga saya gagal memperhatikan segala kebaikan yang ada di sekeliling saya. Saya lupa untuk menghitung berapa jumlah teman baru yang saya kenal tahun ini dan berapa banyak jawaban doa yang telah saya terima. Saya juga sering lupa menghitung sudah berapa banyak air mata sukacita yang mengalir dan saat-saat penuh canda tawa bersama para sahabat.

Kesepuluh jari saya tidaklah cukup untuk menghitung semua yang telah Allah berikan kepada saya dari hari ke hari. “Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya Tuhan, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung” (Mzm. 40:6). Bagaimana caranya kita dapat menghitung segala berkat rohani berupa keselamatan, perdamaian, dan hidup abadi?

Bersama Daud, marilah kita memuji Allah atas segala pemikiran-Nya yang indah tentang kita dan atas segala sesuatu yang telah Dia lakukan untuk kita. Daud berseru, “Bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir” (139:17-18).

Mari belajar berhitung lagi! —Keila Ochoa

Tuhan, karya-Mu yang sangat baik terlampau banyak untuk kuhitung semuanya. Namun aku bersyukur untuk tiap-tiap berkat-Mu itu.

Bersyukurlah kepada Allah untuk berkat-berkat-Nya yang tak terhitung.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 15-17; 2 Timotius 2

Artikel Terkait:

Berpacu Melawan Kuda

Hidupmu yang sekarang mungkin hanya seperti berlari dengan orang berjalan kaki. Kalau begini saja engkau telah lelah, bagaimana engkau hendak berpacu melawan kuda? Apa yang kau hadapi sekarang mungkin bisa dibandingkan seperti “hidup di negeri yang damai”. Kalau begini saja engkau sudah tidak merasa tenteram, lalu apa yang akan engkau perbuat jika hidup di hutan belukar?

Desert Solitaire

Rabu, 19 Oktober 2016

<em>Desert Solitaire</em>

Baca: Mazmur 136:1-9

136:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:2 Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:3 Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:4 Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:5 Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:6 Kepada Dia yang menghamparkan bumi di atas air! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:7 Kepada Dia yang menjadikan benda-benda penerang yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:8 Matahari untuk menguasai siang; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:9 Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

 

Allah melihat bahwa semuanya itu baik. —Kejadian 1:12

<em>Desert Solitaire</em>

Desert Solitaire (Gurun Sunyi) adalah buku karya Edward Abbey yang menceritakan pengalamannya selama bertugas sebagai polisi taman yang menjaga Taman Nasional Arches di Utah. Buku tersebut layak dibaca karena gaya cerita Abbey yang cerdas dan penggambarannya yang hidup tentang wilayah Barat Daya Amerika. Namun Abbey adalah seorang ateis yang tidak bisa melihat lebih jauh daripada keindahan yang dikaguminya di permukaan. Sungguh menyedihkan! Ia menjalani seluruh hidupnya dengan mengagumi keindahan karya ciptaan yang dilihatnya, tetapi kehilangan makna sejati dari itu semua.

Kebanyakan bangsa kuno memiliki teori asal-usul yang dikemas dalam legenda, mitos, atau lagu. Namun kisah penciptaan yang dimiliki Israel sungguh unik: Kisah itu bercerita tentang Allah yang menciptakan keindahan untuk dinikmati dan disukai manusia. Allah merancang alam semesta, lalu menciptakannya dengan firman-Nya, dan menyebut hasil ciptaan-Nya itu “indah”. (Bahasa Ibrani untuk kata baik juga berarti indah). Kemudian, setelah menciptakan alam yang indah itu, di dalam kasih-Nya, Allah berfirman menciptakan manusia, menempatkannya di Taman Eden, dan berkata kepada mereka, “Nikmatilah!”

Sejumlah orang melihat dan menikmati keindahan dari segala karya Sang Pencipta yang baik di sekitar mereka, tetapi mereka “tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap” (Rm. 1:21).

Sementara yang lain melihat keindahan karya ciptaan Allah, lalu berkata “Terima kasih, Tuhan,” dan hati mereka pun diterangi untuk semakin mengenal-Nya. —David Roper

Bapa yang penuh kasih, kami memuji-Mu sebab Engkau baik. Terima kasih karena ciptaan-Mu begitu indah dan bermanfaat, dan karena Engkau menempatkan kami di bumi ini agar kami menikmatinya dengan mengenal-Mu. Kasih setia-Mu kekal selama-lamanya!

Seluruh karya ciptaan mencerminkan keindahan Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 56-58; 2 Tesalonika 2

Artikel Terkait:

Bukan di Mulut Saja

Berbicara tentang peduli lingkungan jauh lebih mudah daripada melakukannya. Semua orang tentu menginginkan lingkungan yang bersih dan sehat, tapi tak banyak yang sungguh-sungguh mengusahakannya terwujud. Sebagai anak muda Kristen, inisiatif apa yang bisa kita ambil di tengah komunitas kita?

GitaKaMu: Terima Kasih Tuhan (remix)

Tak terasa tahun 2015 akan segera berakhir. Apakah kita menjalani sepanjang tahun ini dengan penuh ucapan syukur? Ataukah kita mendapati perjalanan kita di tahun ini sarat dengan berbagai macam keluhan dan sungut-sungut?

Melalui sebuah lagu lawas yang diaransemen ulang dengan cantik, teman-teman dari Bamnana Yeah mengajak kita untuk merenungkan kembali hari-hari yang telah dan masih terus kita lalui sebagai anugerah yang diberikan Tuhan semata.

“Kami adalah sekumpulan pemuda yang berasal dari gereja kecil namun memiliki hati yang besar untuk melayani Tuhan melalui musik. Remix lagu ‘Terimakasih Tuhan’ ini adalah salah satu karya kami yang kami harap dapat menjadi berkat bagi semua yang mendengarkannya,” kata Zefanya Putra, pemrakarsa grup musik ini, mewakili teman-temannya yang mayoritas adalah pemuda Gereja Keluarga Tabernakel.

So, bagaimana kalau sambil menikmati musiknya, kita memakai momen jelang akhir tahun ini untuk saling membagikan kebaikan Tuhan yang telah kita alami? =)

Terima Kasih Tuhan
Ciptaan: Ir.Djohan E. Handojo
Aransemen Musik: Zefanya Putra (7 Steps Music Production) – zefanya_putra@live.com
Vokal: Bamnana Yeah (Ezra Aldi W, Mikha Hartani, Tirza Aristanadya, William E.)

T’rima kasih Tuhan untuk kasih setia-Mu
yang ku alami dalam hidupku
T’rima kasih Yesus untuk kebaikan-Mu
sepanjang hidupku

Reff:
T’rima kasih Yesusku
buat anug’rah yang Kau b’ri
S’bab hari ini Tuhan adakan
Syukur bagi-Mu