Posts

Memuji Kebaikan Allah

Kamis, 17 Mei 2018

Memuji Kebaikan Allah

Baca: Mazmur 136:1-15

136:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:2 Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:3 Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:4 Kepada Dia yang seorang diri melakukan keajaiban-keajaiban besar! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:5 Kepada Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:6 Kepada Dia yang menghamparkan bumi di atas air! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:7 Kepada Dia yang menjadikan benda-benda penerang yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:8 Matahari untuk menguasai siang; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:9 Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:10 Kepada Dia yang memukul mati anak-anak sulung Mesir; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:11 Dan membawa Israel keluar dari tengah-tengah mereka; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:12 Dengan tangan yang kuat dan dengan lengan yang teracung! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:13 Kepada Dia yang membelah Laut Teberau menjadi dua belahan; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:14 Dan menyeberangkan Israel dari tengah-tengahnya; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

136:15 Dan mencampakkan Firaun dengan tentaranya ke Laut Teberau! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. —Mazmur 136:1

Memuji Kebaikan Allah

Salah satu anggota kelompok pemahaman Alkitab kami pernah mengusulkan agar kami menulis mazmur kami sendiri. Awalnya, sebagian anggota keberatan karena merasa tak berbakat menulis, tetapi setelah disemangati, masing-masing dari kami sanggup menulis lagu puitis yang mengharukan untuk menceritakan bagaimana Allah telah bekerja dalam hidup kami. Dari pengalaman pencobaan, perlindungan, pemeliharaan, bahkan derita dan air mata yang kami alami, timbul pesan-pesan abadi yang membuat mazmur-mazmur kami dipenuhi tema-tema yang luar biasa. Seperti Mazmur 136, setiap mazmur menyingkapkan kebenaran bahwa untuk selama-lamanya kasih setia Allah.

Kita semua memiliki kisah tentang kasih Allah yang bisa kita tuliskan, nyanyikan, atau ceritakan. Bagi beberapa orang, pengalamannya mungkin berlangsung dramatis dan penuh ketegangan—seperti penulis Mazmur 136 yang menceritakan kembali bagaimana Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan dan menaklukkan musuh-Nya (ay.10-15). Yang lain mungkin mengagumi keagungan alam ciptaan Allah: “Dia yang menjadikan langit dengan kebijaksanaan . . . menghamparkan bumi di atas air . . . menjadikan benda-benda penerang yang besar . . . matahari untuk menguasai siang . . . bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam” (ay.5-9).

Mengingat tentang diri Allah dan apa yang telah dikerjakan-Nya akan membangkitkan dalam hati kita puji-pujian dan ucapan syukur yang memuliakan-Nya. Kemudian kita dapat “[berkata-kata] seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani” (Ef. 5:19) tentang kebaikan Tuhan yang untuk selama-lamanya kasih setia-Nya! Tuangkanlah pengalamanmu dengan kasih Allah dalam bentuk nyanyian pujian kamu sendiri dan nikmatilah kebaikan-Nya yang selalu mengalir tiada henti. —Lawrence Darmani

Tuhan, terima kasih untuk dunia yang Engkau ciptakan dan untuk segala berkat-Mu yang tercurah dalam hidupku. Penuhilah hatiku dengan ucapan syukur dan pakailah mulutku untuk menyatakan kemuliaan-Mu.

Dari kekekalan sampai kekekalan, untuk selama-lamanya kasih setia Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 1-3; Yohanes 5:25-47

Sikap Hati yang Bersyukur

Senin, 19 Maret 2018

Sikap Hati yang Bersyukur

Baca: Mazmur 118:1-14, 26-29

118:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

118:2 Biarlah Israel berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”

118:3 Biarlah kaum Harun berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”

118:4 Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”

118:5 Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.

118:6 TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?

118:7 TUHAN di pihakku, menolong aku; aku akan memandang rendah mereka yang membenci aku.

118:8 Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia.

118:9 Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan.

118:10 Segala bangsa mengelilingi aku—demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur.

118:11 Mereka mengelilingi aku, ya mengelilingi aku—demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur.

118:12 Mereka mengelilingi aku seperti lebah, mereka menyala-nyala seperti api duri, —demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur.

118:13 Aku ditolak dengan hebat sampai jatuh, tetapi TUHAN menolong aku.

118:14 TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku.

118:26 Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN.

118:27 Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali, pada tanduk-tanduk mezbah.

118:28 Allahku Engkau, aku hendak bersyukur kepada-Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Engkau.

118:29 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. —Mazmur 118:1

Sikap Hati yang Bersyukur

Pada hari pernikahan kami, saya dan Martie dengan tulus dan gembira mengucapkan janji untuk setia “di saat senang maupun susah, saat sehat maupun sakit, saat berkelimpahan atau saat kekurangan.” Mungkin terasa aneh bahwa di tengah suasana hari pernikahan yang ceria, kedua mempelai mengucapkan janji tentang hadirnya masa-masa yang buruk, sakit-penyakit, dan kekurangan. Namun, janji itu menegaskan fakta bahwa di dalam hidup ini kita memang sering menghadapi masa-masa yang “buruk”.

Jadi apa yang harus kita lakukan saat menghadapi beragam kesulitan hidup yang tak terelakkan? Sebagai hamba Kristus, Rasul Paulus menasihati kita, “Dalam segala keadaan hendaklah kalian bersyukur” (1Tes. 5:18 bis). Hal itu mungkin terdengar sulit untuk dilakukan, tetapi Allah mempunyai maksud yang baik ketika menghendaki kita untuk memiliki sikap hati yang bersyukur. Sikap yang senantiasa mengucap syukur itu dilandaskan pada kebenaran bahwa Tuhan kita “baik” dan “untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 118:1). Tuhan selalu menyertai dan menguatkan kita di tengah masalah yang kita hadapi (Ibr. 13:5-6). Dengan penuh kasih, Tuhan memakai pencobaan yang kita alami untuk menumbuhkan karakter kita supaya makin serupa dengan-Nya (Rm. 5:3-4).

Ketika masa-masa sulit melanda hidup ini, pilihan untuk selalu mengucap syukur akan mengarahkan perhatian kita pada kebaikan Allah. Kita pun akan menerima kekuatan untuk bertahan di tengah pergumulan kita. Bersama sang pemazmur, kita dapat bernyanyi, “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 118:29). —Joe Stowell

Tuhan, aku sadar jika aku hanya berfokus pada masalahku, aku dapat dengan mudah lupa bahwa sesungguhnya Engkau baik, bahkan di tengah segala masalahku. Ajarku memiliki sikap hati yang bersyukur.

Mengucap syukur adalah kebaikan yang akan berkembang jika dibiasakan.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 1-3; Markus 16

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Grace Syiariel

Artikel Terkait:

Sebab Tuhan baik

Sikap Kita

Senin, 22 Januari 2018

Sikap Kita

Baca: Yakobus 1:1-12

1:1 Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan.

1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,

1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, –yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit–,maka hal itu akan diberikan kepadanya.

1:6 Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.

1:7 Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.

1:8 Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.1:9 Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah karena kedudukannya yang tinggi,

1:10 dan orang kaya karena kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.

1:11 Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap.

1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai bagai pencobaan. —Yakobus 1:2

Sikap Kita

Regina berkendara pulang dari tempat kerjanya dengan kondisi lelah dan kecewa. Di awal hari itu, ia mendapat kabar tragis dari seorang teman melalui pesan pendek. Selanjutnya hari itu bertambah berat, ketika di dalam rapat, rekan-rekan kerjanya menolak untuk melakukan gagasan apa pun yang diberikannya. Ketika Regina sedang mencurahkan kegalauannya kepada Tuhan, terlintas di pikirannya untuk mengesampingkan dahulu tekanan yang dialaminya hari itu. Ia pun memutuskan untuk mengunjungi temannya, Maria, yang telah lanjut usia di panti wreda. Semangat Regina bangkit lagi ketika Maria menceritakan segala kebaikan Allah yang telah diterimanya. Maria berkata, “Aku punya tempat tidur dan sofaku sendiri, makan tiga kali sehari, dan sangat terbantu oleh para perawat di sini. Kadang-kadang Allah mengirimkan burung gereja bertengger di jendela kamarku karena Dia tahu aku menyukainya dan Dia sangat mengasihiku.”

Masalahnya adalah sikap dan sudut pandang kita. Sebuah ungkapan menyatakan, “Hidup ditentukan 10 persennya oleh apa yang kita alami, sementara 90 persennya lagi oleh reaksi kita terhadap pengalaman itu.” Orang-orang yang menerima surat dari Yakobus sedang hidup terpencar-pencar karena penganiayaan, dan Yakobus menantang mereka untuk memandang kesulitan dari sudut yang berbeda. Ia mendorong mereka dengan perkataan ini, “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan” (Yak. 1:2).

Masing-masing dari kita berada dalam proses untuk belajar mempercayai Allah dalam situasi-situasi yang sulit. Sudut pandang yang dipenuhi sukacita, sebagaimana yang disampaikan Yakobus, dialami ketika kita belajar untuk melihat bahwa Allah dapat memakai setiap pergumulan untuk mendewasakan iman kita. —Anne Cetas

Tuhan, ubahlah sikapku dalam menghadapi situasi-situasi sulit. Tumbuhkanlah sukacita, ketekunan, dan kedewasaan dalam diriku.

Allah dapat menumbuhkan iman kita lewat peristiwa sulit yang kita hadapi.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 4–6; Matius 14:22-36

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Julio Mesak

Apa Isinya?

Kamis, 11 Januari 2018

Apa Isinya?

Baca: 2 Korintus 4:7-18

4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;

4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

4:13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.

4:14 Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.

4:15 Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.

4:16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

4:17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

4:18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. —2 Korintus 4:7

Apa Isinya?

“Apakah kamu mau lihat apa isinya?” tanya teman saya Emily. Saya baru saja memuji boneka kain yang sedang dipeluk putrinya yang masih kecil. Saya memang sangat ingin tahu apa isi boneka itu. Teman saya membalik boneka itu dan membuka ritsleting tersembunyi yang dijahit pada punggung boneka tersebut. Dari dalam tubuh boneka itu, Emily dengan lembut mengeluarkan sebuah harta terpendam: boneka kain yang pernah disayang dan disukainya selama bertahun-tahun di masa kanak-kanaknya, lebih dari dua puluh tahun lalu. Boneka “luar” itu hanya sekadar bungkus jika tanpa boneka “dalam” yang menopang dan memberikan bentuk pada boneka “luar” itu.

Paulus menggambarkan kebenaran tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus sebagai sebuah harta, yang tersimpan dalam diri umat Allah yang rapuh sebagai manusia. Harta itu memampukan mereka yang percaya kepada-Nya untuk menanggung penderitaan yang sangat berat dan untuk terus melayani dengan setia. Saat mereka mempercayai Tuhan, terang-Nya—hidup-Nya—bersinar cemerlang melalui “kerapuhan” mereka sebagai manusia. Paulus menguatkan kita semua agar “tidak tawar hati” (2Kor. 4:16) karena Allah senantiasa menguatkan kita untuk melakukan pekerjaan-Nya.

Seperti boneka “dalam” tadi, harta rohani yang ada di dalam diri kita memberikan tujuan dan kekuatan yang pasti bagi hidup kita. Ketika kekuatan Allah bersinar melalui diri kita, orang lain akan tergerak untuk bertanya, “Apa yang kau miliki di dalam dirimu?” Pada saat itulah kita dapat membuka isi hati kita dan menyatakan kepada mereka janji hidup baru dari keselamatan yang diberikan Kristus. —Kirsten Holmberg

Tuhan, terima kasih karena Engkau telah menyelamatkanku. Pancarkanlah terang-Mu melalui hidupku yang rapuh agar orang lain juga rindu untuk mengenal-Mu.

Injil kebenaran bersinar melalui kerapuhan diri umat Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 27–28; Matius 8:18-34

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Julio Mesakh

Artikel Terkait:

Kerohanianmu Hanya Ilusi

Bersyukur untuk Penyelesaian

Sabtu, 30 Desember 2017

Bersyukur untuk Penyelesaian

Baca: Kisah Para Rasul 14:21-28

14:21 Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia.

14:22 Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.

14:23 Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka.

14:24 Mereka menjelajah seluruh Pisidia dan tiba di Pamfilia.

14:25 Di situ mereka memberitakan firman di Perga, lalu pergi ke Atalia, di pantai.

14:26 Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan.

14:27 Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman.

14:28 Di situ mereka lama tinggal bersama-sama dengan murid-murid itu.

Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan. —Kisah Para Rasul 14:26

Bersyukur untuk Penyelesaian

Di akhir tahun, kita bisa merasa terbebani oleh tugas yang belum kita selesaikan. Tanggung jawab di rumah dan di tempat kerja seakan tiada habisnya, dan apa yang tidak selesai hari ini akan menumpuk di hari berikutnya. Namun, dalam perjalanan iman kita, adakalanya kita perlu berhenti sejenak untuk mensyukuri kesetiaan Allah dan tugas-tugas yang telah diselesaikan.

Setelah perjalanan misi pertama dari Paulus dan Barnabas, “berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan” (Kis. 14:26). Meski masih banyak orang yang perlu mendengar kabar baik tentang Yesus Kristus, Paulus dan Barnabas mengambil waktu untuk mengucap syukur atas apa yang telah diselesaikan. “Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman” (ay.27).

Apa yang telah Allah kerjakan melalui dirimu sepanjang tahun ini? Bagaimana Allah telah membuka pintu hati orang-orang yang kamu kenal dan kasihi sehingga mereka dapat mengenal Yesus? Dengan cara-cara yang tak terbayangkan, Allah sedang bekerja melalui diri kita di dalam tugas-tugas yang tampaknya tidak berarti atau belum selesai.

Meskipun kita menyadari bahwa masih ada tugas pelayanan yang belum selesai, janganlah lupa mengucap syukur atas hal-hal yang dilakukan-Nya melalui diri kita. Sukacita atas apa yang telah Allah lakukan oleh kasih karunia-Nya akan membuat kita siap menghadapi setiap hal yang ada di masa mendatang! —David C. McCasland

Tuhan, di penghujung tahun ini, kami mengucap syukur atas segala yang telah Engkau kerjakan di dalam dan melalui diri kami. Oleh anugerah-Mu, bukalah mata kami untuk menyaksikan apa yang hendak Engkau kerjakan di masa yang akan datang!

Allah selalu bekerja di dalam dan melalui diri kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 13-14 dan Wahyu 21

Jurnal Ucapan Syukur

Rabu, 27 Desember 2017

Jurnal Ucapan Syukur

Baca: Mazmur 117

117:1 Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!

117:2 Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!

Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! —Mazmur 117:1

Jurnal Ucapan Syukur

Ketika saya baru beriman kepada Tuhan Yesus, seorang pembimbing rohani mendorong saya untuk membuat jurnal ucapan syukur. Setelah itu, saya selalu membawa buku kecil itu ke mana pun saya pergi. Terkadang saya langsung menuliskan ucapan syukur saya. Di lain waktu, saya menuliskan ucapan syukur saya di akhir pekan dalam waktu perenungan pribadi.

Menuliskan ucapan syukur merupakan kebiasaan yang baik. Saya bahkan terpikir untuk melakukan lagi kebiasaan itu. Saya merasa sangat tertolong untuk menyadari kehadiran Allah dan mengucap syukur atas penyediaan serta pemeliharaan-Nya.

Mazmur 117 adalah mazmur terpendek dalam kitab Mazmur. Di dalamnya, penulis mendorong setiap orang untuk memuji Tuhan “sebab kasih-Nya hebat atas kita” (ay.2).

Pikirkanlah ini: Bagaimana Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepadamu—sepanjang hari ini, minggu ini, bulan ini, dan tahun ini? Janganlah memikirkan hal hal yang spektakuler saja. Kasih-Nya juga terlihat di dalam keadaan yang kamu jumpai sehari-hari. Kemudian pikirkanlah bagaimana Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada keluargamu, gerejamu, dan orang lain. Biarlah pikiran kamu dipenuhi dengan ingatan akan kasih-Nya yang besar kepada kita semua.

Sang pemazmur menambahkan bahwa “kesetiaan-Nya tetap selama-lamanya” (ay.2 BIS). Dengan kata lain, Allah akan senantiasa mengasihi kita. Kita masih akan terus menerima banyak hal yang dapat kita syukuri kepada Allah di hari-hari mendatang. Sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya, kiranya pujian dan ucapan syukur kepada Allah menjadi ciri khas hidup kita. —Poh Fang Chia

Bapa, jika kami ingin menuliskan semua berkat-Mu, takkan sanggup kami menyelesaikannya sepanjang hidup ini. Namun, kami bisa mengambil waktu sejenak saat ini untuk mengucapkan “Terima Kasih” atas kesetiaan dan kebaikan-Mu.

Ingatlah untuk mengucap syukur kepada Allah atas semua hal yang biasa maupun yang luar biasa.

Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 1-4 dan Wahyu 18

Panen dan Ucapan Syukur

Kamis, 23 November 2017

Panen dan Ucapan Syukur

Baca: Kejadian 8:15-9:3

8:15 Lalu berfirmanlah Allah kepada Nuh:

8:16 “Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri anak-anakmu;

8:17 segala binatang yang bersama-sama dengan engkau, segala yang hidup: burung-burung, hewan dan segala binatang melata yang merayap di bumi, suruhlah keluar bersama-sama dengan engkau, supaya semuanya itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi.”

8:18 Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya.

8:19 Segala binatang liar, segala binatang melata dan segala burung, semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut jenisnya, keluarlah juga dari bahtera itu.

8:20 Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.

8:21 Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan.

8:22 Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.”

9:1 Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi.

9:2 Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan.

9:3 Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau.

Rayakanlah Pesta Panen pada waktu kamu mulai menuai hasil pertama ladangmu. —Keluaran 23:16 BIS

Panen dan Ucapan Syukur

Beribu-ribu tahun lalu, Allah berfirman langsung kepada Musa dan menetapkan sebuah perayaan baru untuk umat-Nya. Musa mencatat bahwa Allah berfirman, “Rayakanlah Pesta Panen pada waktu kamu mulai menuai hasil pertama ladangmu” (Kel. 23:16 BIS).

Pada masa sekarang, berbagai negara di dunia melakukan perayaan yang serupa untuk merayakan panen. Di Ghana, rakyat merayakan Festival Yam sebagai perayaan panen. Di Brazil, Dia de Acao de Gracas merupakan hari pengucapan syukur untuk panen yang menghasilkan makanan bagi mereka. Di Tiongkok, ada yang disebut Festival Musim Gugur (Kue Bulan). Di Amerika Serikat dan Kanada, orang merayakan Thanksgiving (Hari Pengucapan Syukur).

Untuk memahami tujuan sesungguhnya dari perayaan panen, mari kita menengok kisah Nuh tepat setelah air bah reda. Allah mengingatkan Nuh dan keluarganya—dan juga kita—tentang pemeliharaan-Nya atas kehidupan dan pertumbuhan kita di bumi ini. Bumi akan mempunyai musim-musim yang berganti, siang dan malam, serta “musim menabur dan menuai” (Kej. 8:22). Ucapan syukur kita untuk panen yang menghasilkan makanan bagi kita sudah sepatutnya ditujukan hanya kepada Allah.

Di mana pun kamu tinggal dan bagaimana pun cara kamu merayakan panen, sediakanlah waktu hari ini untuk mengucap syukur kepada Allah. Marilah kita melakukannya, karena tanpa rancangan-Nya yang agung dan kreatif, kita tidak mungkin akan dapat merayakan panen. —Dave Branon

Ya Allah, Pencipta kami, terima kasih untuk cara-Mu yang menakjubkan dalam menghiasi dunia ini—dengan musim-musim yang berganti, dengan waktu panen, dengan semua yang kami butuhkan untuk hidup. Terimalah ucapan syukur kami.

Ucapan syukur adalah ungkapan yang meluap dari hati yang bersukacita.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 20-21; Yakobus 5

Bersorak-sorailah bagi Tuhan

Rabu, 22 November 2017

Bersorak-sorailah bagi Tuhan

Baca: Mazmur 98

98:1 Mazmur. Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.

98:2 TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.

98:3 Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.

98:4 Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!

98:5 Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring,

98:6 dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!

98:7 Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya!

98:8 Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama

98:9 di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran.

Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Pujilah Tuhan dengan nyanyian dan sorak gembira. —Mazmur 98:4 BIS

Bersorak-sorailah bagi Tuhan

Dahulu ketika saya sedang mencari gereja yang dapat saya hadiri secara teratur, seorang teman mengundang saya untuk beribadah di gerejanya. Suatu kali, pemimpin pujian memimpin jemaat menyanyikan lagu yang sangat saya sukai. Saya pun menyanyikan lagu itu dengan penuh semangat.

Setelah bernyanyi, suami teman saya menengok ke arah saya dan berkata, “Keras sekali suaramu.” Ia tidak bermaksud memuji saya! Setelah itu, saya mulai menahan diri untuk memastikan saya menyanyi lebih lembut daripada orang-orang di sekitar saya. Saya pun selalu berpikir apakah orang-orang di sekitar saya terganggu oleh nyanyian saya.

Namun pada suatu Minggu, saya mendengar nyanyian seorang wanita di bangku sebelah saya. Ia terlihat menyembah Tuhan dengan sepenuh hati dan tanpa rasa canggung. Sikapnya mengingatkan saya pada penyembahan spontan dan penuh semangat yang diperlihatkan Daud dalam hidupnya. Di Mazmur 98, Daud bahkan menyebutkan bahwa “seluruh bumi” sepatutnya memuji Tuhan “dengan nyanyian dan sorak gembira” (ay.4 BIS).

Mazmur 98:1 menyebutkan alasan kita memuji Tuhan dengan penuh sukacita, yaitu karena “[Allah] telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib.” Di sepanjang mazmurnya, Daud menceritakan perbuatan-perbuatan ajaib itu: kesetiaan dan keadilan Allah bagi semua bangsa, rahmat-Nya, dan keselamatan-Nya. Merenungkan tentang siapa Allah dan apa yang telah diperbuat-Nya dapat membuat hati kita melimpah dengan pujian.

“Perbuatan ajaib” apa yang telah Allah lakukan dalam hidupmu? Hari ini adalah waktu yang tepat untuk mengingat segala karya-Nya yang menakjubkan dan bersyukur kepada-Nya. Angkatlah suaramu dan pujilah Dia! —Linda Washington

Tuhan, kami bersyukur untuk diri-Mu dan untuk semua karya-Mu.

Ibadah mengalihkan fokus kita dari diri sendiri pada objek yang selayaknya disembah, yaitu Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 18-19; Yakobus 4

Artikel Terkait:

Mencukupkan Diri

Bersyukur untuk Segala Sesuatu

Sabtu, 12 Agustus 2017

Bersyukur untuk Segala Sesuatu

Baca: Ulangan 8:6-18

8:6 Oleh sebab itu haruslah engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan takut akan Dia.

8:7 Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung;

8:8 suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya;

8:9 suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apapun; suatu negeri, yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kaugali tembaga.

8:10 Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu.

8:11 Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;

8:12 dan supaya, apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik serta mendiaminya,

8:13 dan apabila lembu sapimu dan kambing dombamu bertambah banyak dan emas serta perakmu bertambah banyak, dan segala yang ada padamu bertambah banyak,

8:14 jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan,

8:15 dan yang memimpin engkau melalui padang gurun yang besar dan dahsyat itu, dengan ular-ular yang ganas serta kalajengkingnya dan tanahnya yang gersang, yang tidak ada air. Dia yang membuat air keluar bagimu dari gunung batu yang keras,

8:16 dan yang di padang gurun memberi engkau makan manna, yang tidak dikenal oleh nenek moyangmu, supaya direndahkan-Nya hatimu dan dicobai-Nya engkau, hanya untuk berbuat baik kepadamu akhirnya.

8:17 Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini.

8:18 Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.

Engkau akan makan dan engkau akan kenyang, maka engkau akan memuji Tuhan, Allahmu karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu. —Ulangan 8:10

Bersyukur untuk Segala Sesuatu

Di Australia, mengemudi dari satu kota ke kota lain kadang memerlukan waktu berjam-jam. Kelelahan dalam perjalanan dapat menyebabkan kecelakaan. Oleh karena itu, pada waktu liburan yang ramai, ada tempat-tempat istirahat disediakan di jalan-jalan tol utama. Di sana ada para sukarelawan yang menawarkan kopi gratis. Saya dan istri saya, Merryn, sangat menikmati tempat-tempat istirahat itu selama perjalanan jarak jauh yang kami tempuh.

Suatu kali, kami menghentikan mobil di tempat istirahat itu dan memesan kopi bagi kami berdua. Seorang penjaga memberikan dua cangkir kopi dan meminta uang dua dolar. Saya bertanya mengapa. Ia menunjuk ke tulisan kecil di papan penanda. Di tempat istirahat ini, hanya pengemudi yang dapat kopi gratis, sementara penumpang harus membayar. Dengan jengkel, saya mengatakan bahwa iklan itu menyesatkan, membayar dua dolar, dan beranjak pergi. Saat kembali ke mobil, Merryn menunjukkan kesalahan saya: saya telah mengubah pemberian menjadi hak dan saya tidak berterima kasih untuk kopi gratis yang saya terima. Istri saya benar.

Ketika Musa memimpin Israel ke Tanah Perjanjian, ia mendorong mereka untuk menjadi bangsa yang bersyukur (Ul. 8:10). Berkat Allah, negeri itu berlimpah dengan susu dan madu. Namun, bisa saja mereka dengan mudah menganggap negeri itu sebagai sesuatu yang sudah sepantasnya mereka terima (ay.17-18). Karena itulah, orang Yahudi membangun kebiasaan untuk mengucap syukur atas setiap makanan, sekecil apa pun. Bagi mereka, semua hal adalah pemberian.

Saya menemui lagi penjaga kedai tadi dan meminta maaf. Secangkir kopi gratis adalah pemberian yang tidak layak saya terima—dan sesuatu yang seharusnya saya syukuri. —Sheridan Voysey

Terpujilah Engkau, ya Tuhan Allah kami, Raja alam semesta, yang memberikan roti dari bumi. —Doa syukur Yahudi untuk makanan

Bersyukurlah kepada Allah bahkan untuk pemberian terkecil sekalipun.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 84-86 dan Roma 12