Mimpi Buruk Menjelang Natal
Penulis: Clare H.
Artikel asli dalam Bahasa Inggris: The Nightmare Before Christmas
Aku hanya bisa membayangkan apa yang berkecamuk di benak Maria ketika malaikat Gabriel memberitahukan bahwa ia akan mengandung sebagai seorang perawan dan akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan menjadi besar dan disebut Anak Allah yang Mahatinggi (Lukas 1:32).
Meski Maria adalah seorang gadis yang penurut dan bersedia taat, tentu tetap ada sedikit rasa cemas dan khawatir di hatinya, mengingat ia sudah bertunangan dengan Yusuf. Dalam ayat 29 dikatakan Maria terkejut dan sudah bertanya-tanya dalam hati (dalam terjemahan Inggris: greatly troubled), bahkan sebelum berita itu disampaikan malaikat Gabriel kepadanya.
Sebagian dari kita mungkin punya jiwa seperti prajurit, siap sedia setiap saat untuk bergerak maju begitu mendapatkan perintah Allah. Tetapi, aku menduga kebanyakan dari kita memiliki perasaan yang mungkin mencerminkan kecemasan dan kekhawatiran Maria. Jika ditanya, menurutku situasi seperti yang dialami Maria adalah sebuah mimpi buruk—karena aku akan mengandung, tetapi bukan dari suamiku.
Namun Maria memahami peran yang diberikan kepadanya, dan imannya kepada Allah memungkinkan ia menjalani sembilan bulan berikutnya hingga akhirnya peristiwa Natal terjadi, Sang Mesias, Yesus Kristus, Juruselamat kita, dilahirkan.
Tanpa sembilan bulan “mimpi buruk” yang harus dialami Maria, kita tidak akan menerima Sang Juruselamat, dan tidak akan pernah merayakan Natal. “Mimpi buruk” ini harus mendahului Natal yang sangat dibutuhkan seluruh dunia.
Banyak di antara kita mungkin juga harus melalui sejumlah “mimpi buruk”. Entah itu di dalam pekerjaan, kehidupan pribadi, persahabatan, atau kesehatan, mimpi-mimpi buruk dapat datang kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Mimpi-mimpi buruk itu bisa berlangsung selama satu hari saja di tempat kerja, satu minggu di rumah sakit, sembilan bulan yang tidak nyaman, atau bahkan 40 tahun di padang gurun.
Walau begitu, ketika direnungkan, kita akan menyadari bahwa “mimpi-mimpi buruk” ini seringkali merupakan medan pelatihan Allah bagi kita. Situasi yang tampaknya berantakan akan kembali pulih setelah Allah mewujudkan apa yang menjadi rencana-Nya bagi kita di dalam hidup kita. Bahkah begitu kita telah taat, belajar, dan mengerjakan bagian kita, “mimpi-mimpi buruk”akan berakhir, diikuti dengan “peristiwa-peristiwa Natal” yang menggenapkan tujuan Allah dan yang memuliakan Dia.
Kemungkinan kita tidak akan pernah tahu kapan mimpi-mimpi buruk akan datang, namun kita dapat yakin sepenuhnya bahwa semua mimpi buruk itu pasti akan berakhir, “…sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (Mazmur 30:6).
Photo credit: optictopic / Foter / CC BY