Sudah lebih dari tiga minggu, tagar #DiRumahAja memenuhi hampir semua unggahan yang melintas di media sosialku. Sudah lebih dari tiga minggu pula aku menjalani perkuliahan secara online. Keadaan yang memaksaku untuk beradaptasi secara tiba-tiba ini—ditambah lagi dengan ketidakpastian akan kapan semua ini akan berakhir—membuatku merenung.
Aku sudah lama menjadi orang Kristen, namun itu tidak membuat hidupku jadi lebih mudah. Dan, kuakui kalau aku masih jadi orang yang egois dan sombong. Kadang, sifat burukku itu membuatku merasa bersalah. Tapi, aku seringkali mengabaikannya dan mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku tidaklah seburuk apa yang kupikirkan.
Beberapa tahun yang lalu aku pernah mengalami sebuah peristiwa yang menyedihkan di hari Jumat Agung. Salah seorang teman terdekatku sejak di bangku sekolah dulu, Erica, meninggal dunia secara tiba-tiba karena kecelakaan mobil. Sejak duduk di bangku SD hingga SMA kami sering berada dalam satu grup.
Mungkin kisah hidupku tidak seindah cerita tentang Cinderella yang menemukan pangeran tampannya, atau tidak juga seromantis kisah Romeo dan Juliet yang rela berkorban demi pasangannya. Namun, ketika aku menyerahkan hidupku ke dalam tangan Tuhan, Dia membuat perjalanan hidupku indah pada waktunya. Inilah sepenggal kisah perjalanan hidupku yang ingin kubagikan kepadamu.
Selama ribuan tahun para minion hidup sesuka hati mereka, tetapi tanpa seorang tuan, hidup mereka terasa kosong dan tidak bermakna. Mereka sangat ingin mencari dan mengabdikan segenap hidup mereka kepada seorang tuan yang hebat dan berkuasa. Keinginan mereka membuatku terkesan.