Posts

Ada Apa Dengan Natal?

Penulis: Jeffrey Siauw

ada-apa-dng-natal

Setiap kali melihat iklan baju, kosmetik, atau elektronik, yang menggunakan momen Natal sebagai sarana promosinya, saya merasa sangat terganggu. Demikian pula setiap kali saya mendengar “lagu-lagu Natal” yang diputar di pusat-pusat perbelanjaan, seperti White Christmas, Last Christmas I Give You My Heart, I Saw Mommy Kissing Santa Claus, Santa Claus is Coming to Town, dan sebagainya. Saya bertanya-tanya, ada apa dengan Natal? Mengapa Natal menjadi sangat sekular? Kapan Natal kembali dirayakan sebagai pernyataan kasih Allah yang dahsyat dan menakjubkan?

Tradisi populer yang mengelilingi Natal membuat banyak orang dibelokkan dari arti Natal yang sesungguhnya. Natal kita kaitkan dengan perasaan hangat, suasana kumpul keluarga yang menyenangkan, pesta makan, lagu-lagu romantis, diskon di pusat-pusat perbelanjaan, dan seterusnya. Coba saja masukkan kata “Natal” atau “Christmas” di Google Image. Gambar yang muncul kebanyakan menunjukkan pohon Natal yang indah, rumah yang hangat di tengah salju, Sinterklas, boneka salju, dan berbagai elemen dekorasi yang manis. Natal menjadi sesuatu yang “jinak”, sangat menarik untuk dirayakan siapa saja. Bahkan negara yang jelas menolak kekristenan pun, ikut merayakan Natal! Kita tahu motivasinya: ekonomi! Tidak ada Natal di sana, yang ada hanya tiruan Natal yang menyesatkan.

Banyak orang berpendapat bahwa kondisi ini memberi “keuntungan”. Natal yang “jinak” membuat semua orang tidak keberatan merayakan Natal, dan ini dapat menjadi kesempatan kita untuk menceritakan kisah Natal yang sesungguhnya. Saya setuju. Namun, saya pikir kurang tepat bila kita melihatnya sebagai “keuntungan” lalu menganggap bercampurnya tradisi populer dengan perayaan Natal adalah hal yang baik-baik saja. Bila orang masih bisa menemukan arti Natal sejati di tengah semua tipuan dunia, saya pikir itu adalah kasih karunia Allah semata. Setan berusaha mengacaukan Natal, namun Allah berkuasa memakai semua kekacauan itu untuk mendatangkan kebaikan.

Bayangkanlah apa yang sesungguhnya terjadi pada saat Natal. Setelah ribuan tahun generasi demi generasi manusia terus melakukan dosa, sakit hati Allah akan dibalaskan, murka-Nya akan ditumpahkan! Pada saat yang sama, janji Allah yang penuh kasih akan digenapi oleh Anak-Nya dengan cara yang tidak pernah terbayangkan. Seluruh malaikat terbelalak tidak mengerti, setan gemetar dan bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Allah. Hari itu… Anak Allah.. menjadi manusia! Dalam kelemahan seorang bayi, kerentanan seorang manusia, kerendahan seorang bocah tukang kayu, Dia lalu mulai menghajar, memporak-porandakan, dan menghancurkan kuasa setan. Natal sama sekali tidak jinak! Natal yang sejati sangatlah dahsyat dan menggemparkan! Rencana Agung Allah untuk membawa bangsa-bangsa kembali menyembah-Nya mulai disingkapkan. Sang Juruselamat lahir dari rahim seorang perawan. Para gembala melihat bala tentara sorga. Bintang membawa berita kedatangan Sang Raja Semesta ke pelosok dunia. Tidak ada yang dapat menghalanginya.

Setan gagal mencegah Natal, maka ia berusaha “menjinakkan” kedahsyatan Natal menjadi momen untuk bersenang-senang saja. Ia berusaha membelokkan manusia supaya jangan pernah sampai kepada arti Natal. Dan tampaknya ia sukses dengan usaha itu, sampai-sampai banyak orang Kristen pun ikut dibelokkan. Kita yang seharusnya menyatakan kedahsyatan kuasa dan kasih Allah kepada dunia justru ikut terbuai dengan semarak suasana yang ia tawarkan.

Benar bahwa Allah tetap bekerja di tengah kekacauan makna yang ada. Dia berkuasa mendatangkan kebaikan dalam segala sesuatu. Namun, betapa menyedihkan bila kita kehilangan kesempatan untuk menjadi bagian dari rencana Allah yang agung karena terlena dengan tradisi populer yang ada.

Menyongsong Natal tahun ini, mari mengingat kembali betapa dahsyatnya kasih dan kuasa Allah yang memungkinkan kita bisa disebut sebagai “anak-anak Allah” (Yohanes 1:11-12). Mari memikirkan dengan serius bagaimana perayaan Natal kita dapat menunjukkan kedahsyatan Natal yang sejati dan mengarahkan orang berjumpa dengan Sang Juruselamat.

Selamat Natal!