Lebih mudah mana mendoakan atau mengasihi musuh? Mungkin keduanya adalah hal yang sama-sama sulit. Namun, bagiku pribadi dulu, mendoakan musuh terasa lebih mudah daripada mengasihinya. Setidaknya itu yang pernah kualami.
Jarum jam menunjukkan pukul 17.35 WITA, ketika aku menerima kabar duka lewat messenger dari seorang temanku di SMA dulu. Rabu, 19 Februari 2020, Tuhan berkehendak memanggil pulang seorang teman yang kami kasihi dan dicintai oleh keluarganya. Ia merupakan teman seperjuanganku di bangku SMA hingga berkuliah di perguruan tinggi negeri yang sama di kota Makassar.
Bayangkan hidup tanpa adanya konflik, perbedaan pendapat, dan rasa sakit. Atau bayangkanlah jika salah satunya muncul, kita dapat menghapuskannya dan sepakat untuk tidak sepakat. Betapa bahagia dan menyenangkannya hidup kita!
Sayangnya, karena kita semua adalah makhluk berdosa dan hidup dalam dunia yang kelam, konflik pasti akan kita alami dalam kehidupan sehari-hari.
Tahun ini sudah semakin mendekati ujungnya, dan sepanjang masa ini tentunya kamu bertemu dengan beragam orang yang pendapat, cara pikir, atau opininya berbeda darimu.
Waktu sudah menunjukkan jam 1 dini hari dan aku masih belum tidur. Hatiku dongkol dan pikiranku kacau.
Seharusnya aku tidak merasa seperti ini. Beberapa hari belakangan aku meluangkan waktu bersama orang-orang yang kukasihi. Tapi, ketika aku melihat Instagram Story mereka pergi dengan orang lain dan aku tidak diajak, rasanya menyakitkan!
Ketika aku memasuki usia 21 tahun—angka yang dianggap sebagai tahun pencapaian di banyak budaya—aku merasa yakin kalau aku sudah punya cukup kemampuan dan kedewasaan untuk menjalani kehidupan. Aku tinggal bersama dua kawan dekatku di kota yang indah. Kami menghabiskan kebanyakan waktu kami untuk belajar, mengobrol, dan jalan-jalan bareng.
Adakalanya pergumulan dan kesesakan datang silih berganti entah itu dari diri sendiri atau dari luar. Baru-baru ini Tuhan izinkan aku mengalami masalah, sampai pada saat menuliskan renungan ini aku tersadar dan terkesima dengan Tuhanku yang menciptakan aku, bumi, dan segala makhluk. Ya, segala perkara dapat kutangggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku (Filipi 4:13).
“Boss Wadulan” (Wadulan yang berarti tukang ngadu dalam bahasa jawa)
Dua kata itu dipakai teman-temanku untuk menjulukiku sewaktu masih duduk di bangku SMP. “Wadulan” berasal dari bahasa Jawa, artinya “tukang ngadu”. Aku masih ingat betul rasanya ketika kata “Boss Wadulan” itu diucapkan teman-temanku ketika aku lewat.