Posts

Mengenang Stan Lee: Seorang di Balik Segudang Tokoh Superhero

Oleh Tim YMI
Artikel asli dalam bahasa Inggris: Stan Lee: The Man Behind The Marvel-Ous Superheroes

Tokoh-tokoh superhero itu unik. Mereka berbicara, menginspirasi, juga memotivasi kita. Dari banyak tokoh superhero yang kita kagumi, ada satu orang yang banyak berperan di baliknya. Dia adalah Stan Lee.

Stan Lee adalah seorang penulis komik dan pencipta tokoh Marvel. Ketika berita bahwa dia meninggal dunia pada 12 November diumumkan, penghormatan dan penghargaan untuknya membanjiri Internet. Ini tidaklah mengejutkan, mengingat Stan Lee telah mendapat penghargaan karena menciptakan banyak superhero terkenal di seluruh dunia, yang di dalamnya termasuk X-Men, kisah-kisah Avengers, Daredevil, dan juga buku favoritku: Spiderman. Tokoh-tokoh ciptaannya telah memberi dampak besar dalam industri hiburan, dari komik Marvel hingga film-film dan serial TV tentang Marvel Cinematic Universe. Bahkan, film terbaru Avengers: Infinity War merupakan film terlaris di tahun 2018.

Jadi, apakah yang menyebabkan karya-karya Stan Lee itu menghibur dan menginspirasi jutaan fans di seluruh dunia?

Salah satu talenta Stan Lee yang paling menonjol adalah dia mampu membaca keinginan kita yang dalam untuk menyaksikan tindakan-tindakan heroik yang penuh pengorbanan. Dalam sebuah wawancara pada tahun 2016 dengan The Big Issue, Stan Lee mengatakan, “Dunia selalu membutuhkan pahlawan, entah mereka superhero ataupun bukan. Sejak dulu kala sudah ada cerita dan legenda tentang kuasa jahat yang punya kekuatan super, dan manusia harus menemukan cara untuk mengalahkan mereka. Hal ini sepertinya telah menjadi bagian dalam kehidupan manusia.”

Kita ikut senang ketika Spiderman menyelamatkan Mary Jane dari penjahat. Kita turut merasa terharu ketika Iron Man mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan kota New York pada bagian akhir film Avengers. Kita terinspirasi ketika melihat Wolverine menyelamatkan manusia, meskipun manusia-manusia itu berusaha membasmi teman-teman mutannya. Kita suka melihat Thor menggunakan kekuatan supernaturalnya untuk melawan kekuatan jahat yang mengancam untuk mengambil alih Nine Realms.

Tapi, mungkin kontribusi Stan Lee yang paling besar adalah ketika dia menciptakan tokoh-tokoh superhero yang juga memiliki kekurangan dan kepribadian yang mirip seperti kita.

Seperti yang dia katakan, “Kupikir akan sangat baik untuk menciptakan tokoh superhero yang memiliki permasalahan hidup yang juga dialami oleh para pembaca, juga setiap manusia.”

Dalam berita kematian Stan Lee yang diberitakan The New York Times, para penulis mencatat demikian: “Melalui Tuan Lee, Marvel mentransformasi komik di dunia. Di dalam tiap tokoh komik itu, Lee menambahkan keragu-raguan, masalah mental layaknya manusia pada umumnya, kesadaran akan tren dan masalah-masalah sosial, dan sering juga diselingi dengan rasa humor.”

Tokoh Hulk memiliki masalah dengan amarahnya. Daredevil bergumul dengan kecenderungan sifatnya yang kasar dan jahat. Iron Man memiliki ego yang sangat besar. Tahun-tahun penuh kekerasan dan dendam membentuk kebencian yang merusak dalam diri Wolverine. Bahkan Spiderman pun punya kecenderungan untuk membuat keputusan yang terburu-buru. Meski begitu, terlepas dari kekurangan mereka, para superhero itu pada akhirnya selalu menang atas kekuatan jahat.

Tokoh-tokoh yang diciptakan Stan Lee memberi kita harapan bahwa kita semua dapat menjadi superhero dengan cara kita sendiri. Seperti yang dia katakan, seorang pahlawan adalah:

Seseorang yang prihatin dengan kesejahteraan orang lain. Seorang yang akan pergi keluar dari zona nyaman mereka untuk menolong orang-orang tersebut—sekalipun tindakan itu tidak akan mendapat pamrih. Seseorang yang membantu orang lain hanya karena hal itu adalah hal yang harus dia lakukan. Dan, karena dia tahu bahwa itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, orang itu tanpa perlu diragukan lagi adalah pahlawan yang sebenarnya.

Inilah yang mengingatkanku tentang apa yang dikatakan Alkitab dalam Filipi 2:3-4. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menaruh kepentingan orang lain di atas kepentingan kita, dengan tidak mengejar ambisi yang egois ataupun kesombongan yang sia-sia.

Kita bisa menjadi “superhero”, namun di sinilah letak perbedaannya: kita tidak mendapatkan kekuatan superhero itu dari dalam diri kita. Alasan bahwa kita sekarang bisa mengasihi dan melayani satu sama lain—tanpa menghiraukan kekurangan, keterbatasan, dan keadaan kita—adalah karena kita merupakan pembawa dan penerima kasih Allah (1 Yohanes 4:7).

Kristus telah memberikan contoh terbaik untuk kita. Kristus “mengosongkan diri-Nya” (Filipi 2:7) dan memilih turun ke bumi sebagai manusia supaya menjadi sama seperti kita. Dia mengizinkan diri-Nya dicobai dalam banyak cara supaya Dia dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita (Ibrani 4:15) dan menunjukkan pada kita sebuah jalan yang berbeda untuk kita menjalani hidup.

Stan Lee mungkin sudah berada dekat dengan kebenaran, bahkan lebih daripada yang dia sadari ketika dia berkata: “Hanya ada satu sosok yang Mahakuasa, dan senjata terkuatnya adalah kasih.”

Baca Juga:

3 Alasan Mengapa Kita Perlu Berhenti Berpindah-pindah Gereja

Berpindah-pindah gereja biasanya terjadi ketika seseorang pindah ke suatu tempat yang baru. Ketika kita berada di masa-masa transisi atau perpindahan, berkomitmen untuk tertanam di satu gereja adalah sesuatu yang menantang, dan berpindah-pindah gereja seringkali tidak terhindarkan.

Mengapa Aku Mengagumi Superhero Sejak Kecil

mengapa-aku-mengagumi-superhero-sejak-kecil

Oleh Desiree U. Angeles, Filipina
Artikel asli dalam bahasa Inggris: Why I’ve Always Loved Superheroes

Sejak aku masih kecil, aku adalah penggemar berat karakter Batman. Mungkin tidak banyak anak perempuan yang mengagumi karakter ini, tapi kemampuan Batman untuk mengalahkan para penjahat selalu membuatku kagum. Padahal, dia sendiri tidak memiliki kekuatan supranatural.

Mungkin, alasan lain dari mengapa aku begitu mengagumi Batman adalah karena pengalaman masa laluku. Waktu aku masih duduk di bangku SD, teman-temanku sering mengolok-olokku. Setiap kali mereka mulai mengolokku, aku selalu berpikir andai saja aku memiliki sifat tegas, otak yang pintar, dan tubuh yang kuat sama seperti Batman. Bahkan, aku pernah meminta ibuku untuk mendaftarkanku di kelas pelatihan bela diri, tapi ibuku tidak setuju.

Alasan itulah yang membuatku begitu mengagumi segala tontonan tentang superhero. Semakin sering aku menontonnya, semakin aku berharap supaya bisa menjadi seperti mereka. Atau, paling tidak suatu hari nanti aku akan menemukan seorang superhero yang bisa melindungiku dari orang-orang yang menggangguku. Begitu terobsesinya aku pada superhero inilah yang membuat hubunganku dengan teman-teman sekelasku menjadi renggang karena mereka menganggapku aneh.

Keadaanku jadi semakin buruk karena teman-temanku tidak berhenti mengolok-olokku. Aku merasa bahwa tidak ada orang yang mau mengasihi atau menerimaku apa adanya. Tidak akan pernah ada orang yang mau mengerti perasaanku dan sudi menerima orang aneh sepertiku. Rasa penolakan ini membuatku tenggelam dalam fantasiku sendiri akan superhero yang kupikir bisa membuatku bahagia.

Tapi, cara pikirku berubah ketika aku mengenal Yesus. Aku masih ingat dengan jelas peristiwa ketika aku dan ibuku diundang untuk menghadiri ibadah Minggu di sebuah gereja dekat rumah kami. Di sanalah aku menyadari bahwa ada seorang superhero yang benar-benar nyata, tidak seperti Batman dan superhero lainnya yang hanyalah karakter fiksi. Superhero ini adalah Yesus Kristus, yang datang ke dunia sebagai manusia dan tinggal di tengah-tengah kita untuk memulihkan hubungan kita dengan Bapa. Berbeda dari superhero yang aku kenal di layar televisi, Yesus benar-benar mengasihiku, mengenalku seutuhnya, dan mengorbankan segalanya, termasuk nyawa-Nya demi menebusku (Yohanes 3:16).

Yesus adalah superhero yang selalu ada di sisiku dan membimbing setiap langkahku. Berbeda dari karakter-karakter fiksi dari komik DC, Yesus itu hidup dan begitu dekat denganku. Dia melindungiku dan mengasihiku tanpa syarat. Dia menerimaku di tengah keterpurukanku, Dia mengasihiku lebih dari siapapun juga, dan Dia mengubah diriku sepenuhnya.

Ketika aku menyadari semua kebenaran ini, rasa sedih dari olok-olokan yang kuterima dari teman-temanku perlahan menghilang. Seperti yang tertulis dalam kitab Mazmur 147:3, “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka,” demikianlah Yesus memulihkan segala luka-luka hatiku.

Ketika menghadapi masalah, beberapa dari kita mungkin berusaha mencari sosok superhero yang bisa menolong kita. Mungkin, kita akan mencari sosok itu dari orang-orang di sekitar kita, seperti teman-teman atau anggota keluarga kita. Tetapi, kita memiliki Tuhan yang sejati dan hidup, superhero kita sesungguhnya yang jauh lebih dahsyat dari segala karakter fiksi ataupun orang-orang yang kita kenal.

Baca Juga:

Yuk Belajar dari 5 Pasangan di dalam Alkitab yang Takut akan Allah

Dulu, aku selalu memandang sebuah hubungan hanya dari kacamataku sendiri. Ketika aku merasa cinta dengan seseorang, tanpa pikir panjang aku langsung berpacaran dengannya karena aku sangka itu perasaan dari “Roh Kudus”. Namun, suatu hari sebuah pikiran terlintas di kepalaku: Mengapa kita tidak belajar dari pernikahan-pernikahan kudus di dalam Alkitab untuk mencari tahu pemikiran Allah?