Meskipun aku sudah menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun, aku tidak selalu membaca Alkitabku. Selama beberapa waktu yang lama, aku mendengar firman Tuhan hanya di gereja saat hari Minggu. Bahkan, aku seperti orang yang disebutkan dalam Yakobus 1:24—hidupku tidak berubah.
Hari Minggu yang lalu diawali dengan kabar memilukan. Teroris menyerang tiga gereja di Surabaya, kota tempat tinggalku dengan meledakkan bom. Kaget dan tak menyangka. Kabar ini seperti mimpi buruk di siang bolong.
Dalam kehidupan rohani kita, ada masa-masa di mana kita mengalami jatuh bangun dalam relasi dengan Tuhan. Kadang kita bisa begitu bersemangat melakukan saat teduh, kadang pula merasa kosong atau pun malas. Hingga kemudian kita bertanya-tanya, apa sih pentingnya saat teduh itu? Lalu, jika itu penting, bagaimana caranya supaya bisa melakukannya dengan konsisten?
“Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4). Sebagai seorang yang bertumbuh di keluarga Kristen, ayat di atas tidaklah asing bagiku. Aku mengerti bahwa kita tidak hanya membutuhkan makanan jasmani, tapi juga makanan rohani.
Apa yang terbayang dalam pikiranmu ketika mendengar kata “disiplin”? Bagiku, kata “disiplin” membuatku membayangkan sesuatu yang menyeramkan, bisa jadi itu suatu hukuman, sesuatu yang membatasi, dan tidak keren. Padahal, sadar ataupun tidak, setiap hari kita selalu diperhadapkan dengan latihan kedisiplinan. Sejak kecil dulu orangtua kita mengatur kapan kita harus tidur dan apa yang harus kita makan.
Bulan November 2015 lalu, aku memutuskan untuk membaca seluruh Alkitab sekali lagi. Beberapa tahun telah berlalu sejak terakhir kali aku melakukannya, dan sejak saat itu, biasanya yang kubaca hanyalah kitab-kitab Injil atau kitab surat-surat Paulus, dan sesekali kitab Kejadian dan Amsal.
“Apakah kamu mencintai Tuhan lebih daripada kamu mencintai gula?” Suara lirih itu berbisik di kepalaku. Aku gemetar, tertampar oleh fakta yang aku enggan akui. Setiap kita memiliki cara masing-masing untuk mengatasi stres dan tekanan hidup. Untuk beberapa orang, cara itu mungkin berupa minum sekaleng bir atau berolahraga yang memeras keringat setelah menjalani sebuah hari yang panjang.