Ketika Orangtuaku Melarangku untuk Ikut Kelompok Pendalaman Alkitab
Oleh Ricky Eben Ezer, Depok
Aku bersyukur karena Tuhan menyayangiku dan menyelamatkanku dari dosa. Setelah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku, pemimpin kelompok Pendalaman Alkitab (PA) di kampusku menantangku untuk berkomitmen mengikuti PA. Dengan yakin dan bersemangat, aku menerima tantangan itu.
Kebanyakan teman-teman PA-ku tinggal di kos di sekitar kampus, sedangkan aku setiap hari harus pulang-pergi dari rumah ke kampus yang jaraknya cukup jauh. Supaya tidak mengganggu waktu kuliah, kami sepakat melakukan PA di malam hari dan selesai agak larut. Setelah beberapa kali mengikuti PA, orangtuaku memintaku untuk berhenti mengikuti kelompok ini. Mereka khawatir akan keselamatan diriku kalau aku pulang malam-malam.
Aku sedih dan kecewa. Aku tahu kalau PA yang kuikuti ini adalah aktivitas yang baik, tapi mengapa oangtuaku melarangku. Malam itu aku tidak bisa tidur. Hatiku gusar karena tidak tahu apa yang harus kulakukan supaya tetap bisa belajar Alkitab dan menumbuhkan imanku. Namun, kemudian aku teringat pesan yang kudapat dari PA, bahwa alih-alih menggerutu, berpikiran negatif tentang orangtuaku, dan khawatir karena tidak bisa ikut PA lagi, aku bisa berdoa. Dalam doaku, aku menyatakan kegusaranku kepada Tuhan.
Meski aku tidak mengikuti PA, namun Tuhan tetap menganugerahiku dengan pertumbuhan iman. Lewat doa-doa yang kunaikkan setiap hari, aku semakin rindu untuk berelasi intim dengan-Nya. Tak ada yang kusembunyikan dalam doaku. Kuceritakan segalanya kepada Tuhan, entah itu hal yang menyenangkan, menyedihkan, ataupun memalukan. Dan, dalam relasiku dengan Tuhan itulah aku diingatkan kembali bahwa hendaknya pertumbuhan imanku dapat dinikmati juga oleh orang-orang di sekitarku.
Sebelum aku mengenal Kristus, aku suka berbohong kepada orangtuaku karena buatku mereka itu terlalu protektif. Kupikir tidak ada anak lelaki yang suka kalau hidupnya terlalu banyak diatur. Kebohongan demi kebohongan yang kulakukan itu semata-mata supaya aku bisa lebih bebas. Aku tidak ingin hidup dengan terlalu banyak aturan.
Belakangan, aku sadar bahwa kegemaranku berbohong itu bukanlah solusi atas ketidaksukaanku atas protektifnya orangtuaku. Masakan aku berdoa tetapi terus menerus berbohong? Tidak mungkin imanku dapat bertumbuh baik apabila aku terus memelihara dosa. Hari itu aku berkomitmen untuk hidup jujur.
Mungkin aku bisa membohongi orangtuaku supaya aku bisa ikut PA. Tapi, aku tahu betul bahwa bohong itu dosa, dan dosa tidak berkenan di hati Tuhan. Setelah beberapa waktu berselang, aku kembali meminta izin kepada mereka untuk kembali mengikuti PA. Mereka menolak dengan alasan yang sama. Seminggu kemudian, aku memberanikan diriku untuk meminta izin kembali. Dengan lembut, aku menjelaskan pada mereka bahwa mengikuti kelompok PA bukanlah sesuatu yang buruk, tapi mereka masih bersikukuh. Katanya, mereka khawatir kalau PA yang dilakukan malam hari itu akan mengganggu jadwal kuliahku dan mengganggu kesehatan tubuhku.
Aku mencoba menjelaskan sehalus mungkin pada mereka bahwa aku membutuhkan dukungan dari rekan-rekan PA sebagai komunitas orang percaya. Hingga akhirnya, saat aku mengajak mereka untuk berefleksi mengenai perubahan apa yang terjadi kepadaku setelah aku menerima Kristus, mereka menyadari bahwa sifatku telah banyak berubah, dari yang buruk menjadi lebih baik. Aku mengakui pada mereka kalau dulu aku suka membohongi mereka, tapi sekarang tidak lagi. Tuhan melembutkan hati kedua orangtuaku. Hari itu mereka mengizinkanku untuk kembali mengikuti PA. Aku bersyukur kepada Tuhan karena bisa kembali bertumbuh bersama dengan kelompok PA-ku. Sekarang, aku dan orangtuaku memiliki waktu bersaat teduh dan doa pribadi, juga bersama-sama memuji Tuhan dalam ibadah keluarga.
“Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur” (Kolose 4:2).
Baca Juga:
Saat Pikiranku Terjerat Fantasi Seksual
Pikiranku begitu mudah tertuju kepada hal-hal yang berbau seksual. Saat aku sedang sendirian, atau ketika ada temanku datang dan mereka menyinggung sedikit saja tentang seks, imajinasiku langsung berkembang. Aku memohon pada Tuhan dan berjuang untuk keluar dari jeratan dosa ini.