Posts

Nama Baik

Senin, 16 Maret 2015

Nama Baik

Baca: Amsal 10:2-15

10:2 Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut.

10:3 TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan, tetapi keinginan orang fasik ditolak-Nya.

10:4 Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.

10:5 Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu.

10:6 Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.

10:7 Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk.

10:8 Siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, tetapi siapa bodoh bicaranya, akan jatuh.

10:9 Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui.

10:10 Siapa mengedipkan mata, menyebabkan kesusahan, siapa bodoh bicaranya, akan jatuh.

10:11 Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.

10:12 Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.

10:13 Di bibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi.

10:14 Orang bijak menyimpan pengetahuan, tetapi mulut orang bodoh adalah kebinasaan yang mengancam.

10:15 Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya, tetapi yang menjadi kebinasaan bagi orang melarat ialah kemiskinan.

Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas. —Amsal 22:1

Nama Baik

Nama Charles Ponzi akan selamanya dikaitkan dengan kasus-kasus penipuan keuangan yang dijadikannya sebagai mata pencaharian. Setelah didakwa bersalah atas suatu tindak kejahatan keuangan kecil dan mendekam di penjara untuk sementara waktu, pada awal tahun 1920 ia mulai menawarkan kepada para investor laba sebesar 50 persen setelah 45 hari dan 100 persen setelah 90 hari. Meskipun gagasan ini kedengarannya agak kurang masuk akal, banyak orang yang tetap menyetorkan uang mereka. Ponzi memakai uang investor baru itu untuk membayar investor terdahulu dan membiayai gaya hidupnya yang mewah. Ketika penipuan ini terbongkar pada Agustus 1920, para investor telah menderita kerugian sampai 20 juta dolar dan lima bank mengalami pailit. Ponzi dihukum 3 tahun penjara, lalu dideportasi ke Italia, dan pada tahun 1949, ia meninggal di usia 66 tahun dalam keadaan miskin.

Kitab Amsal dalam Perjanjian Lama sering membandingkan reputasi orang yang bijaksana dan orang yang bodoh, “Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk. . . . Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui” (Ams. 10:7,9). Salomo menyimpulkan, “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas” (22:1).

Kita ingin memiliki nama baik, bukan untuk meninggikan diri sendiri, melainkan untuk memuliakan Kristus, Tuhan kita, nama di atas segala nama. —David McCasland

Tuhan, Engkau tahu apa yang terbaik, dan Engkau ingin membimbing kami ke jalan yang lurus dan benar. Beri kami keberanian untuk percaya kepada-Mu dan mengikut-Mu di jalan hidup yang benar demi nama-Mu.

Nama baik kita memuliakan Allah kita yang besar.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 28-29; Markus 14:54-72

Photo credit: symphony of love / Foter / CC BY-SA

Singa Yang Menggonggong

Kamis, 4 September 2014

Singa Yang Menggonggong

Baca: Amsal 22:1-5

22:1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.

22:2 Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN.

22:3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.

22:4 Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.

22:5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin memelihara diri menjauhi orang itu.

Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas. —Amsal 22:1

Singa Yang Menggonggong

Para pengunjung sebuah kebun binatang mulai marah ketika seekor “singa Afrika” mulai menggonggong, dan bukannya mengaum. Staf kebun binatang mengatakan bahwa mereka menyamarkan seekor anjing yang sangat besar—jenis Tibetan mastiff— sebagai singa karena mereka tak mampu menghadirkan seekor singa yang asli. Dapat dipastikan reputasi kebun binatang itu tercoreng dan orang pun menjadi ragu untuk mengunjunginya.

Reputasi itu begitu rapuh; reputasi yang sudah hancur sulit dipulihkan kembali. Sudah banyak orang memilih untuk mengorbankan reputasi yang baik demi meraih kekuasaan, nama besar, atau keuntungan. Itu juga dapat kita alami. Namun Alkitab mendorong kita, “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas” (Ams. 22:1). Allah mengajar kita bahwa nilai yang benar tidaklah terletak pada apa yang kita miliki, melainkan pada keberadaan diri kita.

Sokrates, ahli filsafat Yunani kuno, mengatakan, “Cara memperoleh reputasi yang baik adalah dengan berusaha keras untuk menjadi sosok yang ingin kamu tampilkan.” Sebagai pengikut Yesus, kita menyandang nama-Nya. Karena kasih-Nya bagi kita, kita berjuang untuk menjalani hidup yang layak di hadapan-Nya, dengan mencerminkan keserupaan dengan Dia di dalam perkataan dan perbuatan kita.

Ketika kita gagal, Dia mengangkat kita kembali oleh kasih-Nya. Lewat teladan kita, orang-orang di sekitar kita akan tergerak untuk memuji Allah yang telah menebus dan mengubah kita (Mat. 5:16)— karena nama Tuhan memang layak untuk diagungkan, dimuliakan, dan menerima segala pujian.—PFC

Tuhan, aku ingin menjalani hidup yang memuliakan nama-Mu karena
Engkau telah menjadikanku milik-Mu. Hidupku tidaklah sempurna,
tetapi aku ingin setidaknya mencerminkan citra diri-Mu kepada
orang lain. Kiranya Engkau mau menyatakan diri-Mu melalui diriku.

Harta termurni yang dapat dimiliki dalam hidup yang fana ini adalah reputasi yang tak bercela. —Shakespeare

Karakter Atau Reputasi?

Kamis, 13 Februari 2014

Karakter Atau Reputasi?

Baca: Wahyu 3:1-6

3:1 “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!

3:2 Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.

3:3 Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.

3:4 Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.

3:5 Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.

3:6 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! —Wahyu 3:1

Karakter Atau Reputasi?

John Wooden (1910-2010), seorang pelatih bola basket legendaris, meyakini bahwa karakter seseorang jauh lebih penting daripada reputasinya. “Reputasi Anda adalah anggapan orang lain tentang diri Anda,” demikian kata-kata yang sering Wooden ucapkan kepada para pemain asuhannya, “tetapi karakter Anda adalah jati diri Anda yang sebenarnya. Andalah satu-satunya orang yang mengenal karakter Anda. Anda bisa menipu orang lain, tetapi Anda tak bisa menipu diri sendiri.”

Dalam kitab Wahyu, kita dapat membaca perkataan Kristus yang telah bangkit kepada tujuh jemaat di Asia. Kepada jemaat di Sardis, Yesus berkata, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup [reputasi mereka], padahal engkau mati!” (Why. 3:1). Tuhan mengetahui kebenaran yang sesungguhnya tentang diri mereka, dan tidak diragukan lagi bahwa jemaat itu sebenarnya juga mengetahui keadaan mereka sendiri. Yesus memerintahkan mereka untuk bangun dan menguatkan kehidupan rohani dalam diri mereka yang sudah hampir mati (ay.2). Dia mendorong mereka untuk mengingat kembali kebenaran yang telah mereka terima, menaatinya, kemudian bertobat dan mulai melangkah menuju arah yang baru (ay.3).

Ketika Tuhan menunjukkan kepada kita hal-hal yang salah dalam hidup kita, Dia selalu memberikan pertolongan agar kita dapat berubah. Ketika kita bertobat dari dosa-dosa kita, Dia akan mengampuni dan menguatkan kita agar dapat bangkit kembali.

Alangkah melegakannya ketika kita menukarkan reputasi rohani kita yang palsu dengan karakter sejati yang menghidupkan kita, yaitu karakter yang berasal dari pengenalan kita akan Yesus Kristus, Tuhan kita! —DCM

Manusia suka mencari kekayaan dan ketenaran,
Dan jarang sekali mengejar nama;
Padahal nama baik jauh lebih utama
Daripada semua keindahan yang ada di bumi. —Guest

Ujian sejati dari karakter kita adalah apa yang kita lakukan ketika tak seorang pun melihat kita.