Beriman di Padang yang Gersang
Oleh Charisto*
Membuat perencanaan dalam hidup ini adalah hal yang baik dan memampukan kita memahami pola-pola proses hidup untuk kita hadapi. Namun, itu bukan berarti semua perencanaan yang kita buat selalu berhasil dan apa yang kita sudah pandang baik, sesuai dengan kehendak Tuhan. Apa yang Tuhan rencanakan selalu lebih sempurna, tak terselami, dan tidak akan pernah mampu kita takarkan dengan pengertian kita sendiri.
Jika ditengok kebelakang, sejak kecil, mungkin saat di bangku SD, aku mulai suka membuat perencanaan, baik itu tertulis ataupun tersirat dalam pikiran. Perencanaan-perencanaan yang aku buat mulai dari hal sederhana seperti kegiatan harian yang aku lakukan dan perencanaan ketika dewasa nanti mau menjadi seperti apa. Waktu itu semua tampak mudah dan jelas untuk dilakukan. Namun, waktu juga berjalan begitu cepat. Setelah melewati up and down, aku dihadapkan dengan kenyataan yang harus kuterima sekarang yaitu apa yang aku rencanakan sejak kecil telah gagal.
Sejak dulu aku merencanakan bisa memiliki usaha multidimensi dan menjadi komikus agar bisa menjadi berkat bagi sesama, tetapi rencana yang kubuat kurang realistis. Secara kapasitas, kemampuan, dan dana pun belum memadai, ditambah lagi aku terlilit utang karena kesalahan perhitungan. Semua ini bertumpuk membuatku jatuh dalam depresi dan berat sekali untuk memulai hidup untuk ke depannya.
Dalam masa-masa kelamku itu, aku mengingat kisah Yusuf dalam Alkitab. Mungkin pun pernah mengalami seperti Yusuf, ketika impian jauh berbeda dengan kenyataan. Yusuf mendapat mimpi akan seperti apa dia kelak, tetapi kenyataan yang terjadi bukan seperti dalam mimpinya. Yusuf justru mengalami berbagai pencobaan yang tidak menunjukkan tanda-tanda seperti yang dia mimpikan. Walaupun pada akhirnya kita tahu mimpi Yusuf tergenapi, tetapi saat-saat menghadapi pencobaan Yusuf mungkin bergumul sedemikian rupa beratnya, hanya saja perasaan yang Yusuf alami tidak dapat kita ketahui karena tidak tercatat dalam Alkitab.
Berat rasanya menjalani konsekuensi dari kegagalan yang kita alami, tetapi mari kita pandang Tuhan dari kisah Yusuf. Meskipun Yusuf harus dibuang saudaranya, dijual sebagai budak, dipenjara, dikhianati, bahkan difitnah, imannya justru menjadi kuat dan teruji ketika dia berjalan dan terus memegang teguh Tuhan dalam setiap masa yang dia lewati (Kejadian 37). Masa-masa sulit yang Yusuf jalani dengan setia mengantarnya menjadi orang yang memiliki kuasa di Mesir. Namun, bukan di sini akhir ceritanya. Yusuf dengan posisinya sebagai orang kepercayaan Firaun bisa saja membalaskan dendam atas kejahatan saudara-saudaranya, tetapi dia tidak melakukannya. Yusuf justru memberikan pengampunan dan memuliakan Allah (Kejadian 50).
Bila kita masuk dalam situasi sulit seperti Yusuf, mungkin ada di antara kita yang imannya malah hancur karena terpuruk dalam keadaan. Atau mungkin juga ketika keadaan baik-baik saja malah iman kita tidak bertumbuh karena merasa nyaman. Aku mendapati bahwa pertumbuhan iman tidak bergantung pada perencanaan kita, pada kegagalan atau keberhasilan perencanaan kita, tetapi kepada siapa kita beriman… dan apakah kita tetap memelihara iman kita kepada Tuhan itulah yang terpenting.
Beriman kepada Tuhan juga tidak menjamin kondisi kita terpulihkan dalam sekejap atau tiba-tiba mengalami mukjizat. Bahkan waktu pun tidak bisa menjadi batasan untuk memastikan apa yang kita imani tergenapi. Namun, Tuhan adalah Tuhan, Dia alpha dan omega, Dia lebih tahu apa yang terbaik bagi kita dan tidak selamanya kita dibiarkan-Nya dalam keterpurukan.
Jika saat ini kita dalam kegagalan dan terpuruk, tetaplah beriman kepada Tuhan serta terus melekatkan diri dalam persekutuan atau hal-hal yang membangun iman kita. Aku pribadi juga masih terus berusaha memelihara iman sekalipun harus menghadapi konsekuensi dan mengupayakan bangkit dari kegagalan.
Berat dan rasanya mungkin ingin menyerah, tetapi penyertaan Tuhan terhadap Yusuf menjadi tanda bahwa Dia yang setia tidak akan meninggalkan kita. Perlu juga kita sadari pentingnya persekutuan, kelompok tumbuh bersama, dan peran kakak rohani yang menguatkan iman kita di kala kita di padang gersang. Mereka mungkin tidak bisa membantu seperti yang kita harapkan, tetapi dapat membuat kita terarah pada jalan Kristus sehingga kita tidak terperosok dan terkungkung dalam kesesakan.
Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥