Posts

GitaKaMu: Di Bawah Kepak Sayap-Mu

Pikiran bisa jadi buntu tatkala masalah datang bertubi-tubi. Bukannya introspeksi diri dan mencari solusi, bisa jadi kita sibuk menyalahkan situasi dan orang lain. Kita jadi lelah, frustrasi, makan hati, tidak lagi bergairah menjalani hidup.

Lagu lawas gubahan Robert & Lea Sutanto yang dikemas ulang dengan tambahan beberapa bait rap oleh kelompok musik Sunrise Rap ini menjadi pengingat yang indah betapa kita hanya akan mampu mengatasi masalah dan menjalani hidup yang bermakna bila kita dekat dengan Tuhan. Hanya pada Tuhan ada pengharapan, ada pengampunan, ada kekuatan untuk kembali menghadapi tantangan hidup. Mungkin kita belum sanggup mengepakkan sayap, namun Tuhan dapat membawa kita terbang tinggi dan melihat masalah-masalah yang menghadang kita dari sudut pandang-Nya. Adakah kamu rindu untuk dekat dengan Dia? Dalam setiap situasi hidupmu, sudahkah kamu mengandalkan Dia?
Di Bawah Kepak Sayap-Mu
Ciptaan: Robert & Lea Sutanto
Aransemen & Rap: Sunrise Rap
Vokal: Ibe ft Theo Sunrise Rap

Aku ingin selalu berada di hadirat-Mu
Aku ingin selalu berdiam dalam naungan-Mu
Di bawah kepak sayap-Mu
Kau bawaku terbang tinggi
Melintasi langit biru bagaikan rajawali

Bagai rajawali melintasi gunung tinggi
Bagai rajawali melintasi badai hidup
Di bawah kepak sayap-Mu
Kau bawaku terbang tinggi
Melintasi langit biru bagaikan rajawali

Rap:
Selalu dekat dengan-Mu
Peluklah aku dengan kasih-Mu
S’bab ku tak mampu jalani, jalan berbatu dan berduri
Dengan cinta-Mu yang abadi, bawalah daku terbang tinggi
Disejukkan oleh simfoni, nyanyian merdu bala sorgawi

Semua yang t’lah kualami tak mampu ‘tuk kuhadapi
Masalah keluarga datang menghampiri
Tanpa pacar terkasih yang memilih untuk pergi
Kucoba tuk berdiri, tapi jatuh lagi
Kucoba tuk hadapi, tapi malah makan hati

Tersadar ini sebuah teguran
Di saat ku telah salah jalan
Doa pun terpanjatkan memohon pengampunan
Yakin Dia b’ri harapan dan kini kurasakan
Dia genggam tanganku, Dia angkat tubuhku
Bagai rajawali melintasi langit biru
Badai yang menderu dibuatnya berlalu
Kembali menjadi baru hati yang dulu rapuh

Yesus Kristus nama-Nya, Dialah Anak Allah
Yang curahkan darah-Nya demi umat manusia
Kutinggikan dan kuagungkan
Lagu pujian ‘kan terulang
Lagi dan lagi kuulangi
Sekali lagi ingin kukatakan

Aku ingin selalu berada di hadirat-Mu
Aku ingin selalu berdiam dalam naungan-Mu
Di bawah kepak sayap-Mu
Kau bawaku terbang tinggi
Melintasi langit biru bagaikan rajawali
Bagai rajawali melintasi gunung tinggi
Bagai rajawali melintasi badai hidup
Di bawah kepak sayap-Mu
Kau bawaku terbang tinggi
Melintasi langit biru bagaikan rajawali

Di bawah kepak sayap-Mu
Kau bawaku terbang tinggi
Melintasi langit biru bagaikan rajawali
Tentang Sunrise Rap

Bermula dari persahabatan beberapa pemuda pecinta musik hip-hop rap, kelompok musik yang beranggotakan 10 personil ini terbentuk pada tahun 2010. Karena sama-sama tinggal di daerah sebelah Lembaga Pemasyarakatan Abepura, awalnya mereka menyebut kelompok musik mereka sebagai Antrabes (Anak Terali Besi).

Libert Hindom (Ibe), pendirinya, adalah seorang pemuda yang senang membagikan talentanya, baik kepada teman-teman di gerejanya maupun di gereja-gereja lain. Dengan tekun ia membimbing mereka yang juga suka musik, untuk berlatih vokal, membuat aransemen musik dan rekaman yang baik. Para pemuda ini pun tumbuh bersama, tak hanya dalam hal bermusik, tetapi juga dalam perjalanan mereka mengikut Tuhan. Mereka sama-sama rindu memakai hobi bermusik mereka untuk memuliakan Tuhan.

Nama Sunrise Rap sendiri mulai digunakan pada tahun 2013. Kata “Sunrise” [matahari terbit] dipilih karena dua hal. Pertama, karena mereka semua tinggal di Abepura, Papua, wilayah timur Indonesia, tempat matahari terbit lebih awal setiap pagi. Kedua, karena terbitnya matahari mengingatkan mereka akan kasih setia Tuhan yang selalu baru setiap pagi (Ratapan 3:22-23). Meski peralatan mereka sederhana, semangat mereka terus membara, rindu agar aransemen dan lirik rap yang mereka buat bisa mendorong sesama kaum muda untuk mengenal dan mengandalkan Tuhan dalam hidup.

Enam Tahun Bersama (dan Terus) Berserah Kepada Tuhan

Oleh: Edna Ho, Malaysia
(artikel asli dalam bahasa Inggris: Six Years On and (Still) Surrendering to God)

ipod-six-years-on-2

Enam tahun setelah menerima Kristus, wajar saja orang berharap aku telah bertumbuh pesat dalam imanku. Bukankah seharusnya aku sudah menjadi seorang yang sangat rohani dan dapat menjelaskan tanpa ragu tentang Allah Tritunggal atau tentang kelahiran Kristus dari seorang perawan? Kenyataannya, aku belum sampai pada titik itu. Dalam enam tahun perjalananku bersama Tuhan, aku telah mengalami berbagai hal yang membuatku mempertanyakan imanku. Meskipun di dasar hati aku masih percaya bahwa Allah benar ada, dan bahwa jalan satu-satunya ke surga hanya dapat ditemukan melalui Kristus, adakalanya aku merasa putus asa dan keyakinanku goyah. Pada waktu-waktu seperti itu, semua cerita Alkitab dan pengajaran dasar kekristenan tampak begitu jauh dari kenyataan.

Imanku goyah setiap kali aku merasa telah mengecewakan Tuhan dan membuat-Nya tidak senang. Mungkin aku tidak meluangkan waktu yang cukup dengan Tuhan atau tidak mengutamakan-Nya dalam segala hal yang kulakukan. Aku dilingkupi rasa bersalah setiap kali aku mulai mempertanyakan apakah Tuhan sungguh peduli dengan hidupku. Namun, setiap kali pula, Tuhan selalu menyatakan diri-Nya bagiku. Tidak selalu dengan segera, tetapi selalu tepat pada waktu-Nya. Dia telah mengangkatku dari jurang kebimbangan dengan berbagai cara.

Sekali waktu, ketika aku meragukan kasih Tuhan kepadaku, seorang teman gereja muncul di sekolah, membawakanku semua makanan kesukaanku. Ia mengatakan bahwa Tuhan telah menggerakkannya untuk membeli semua itu. Sebenarnya ia malas mampir untuk berbelanja, jadi dengan enggan ia berdoa meminta Tuhan menyediakan tempat parkir tepat di depan supermarket. Dalam penentuan Tuhan, tempat itu pun tersedia. Ia masuk dan mengambil begitu saja semua makanan yang ia lihat. Yang mengejutkan, ternyata semua yang diambilnya adalah makanan kesukaanku.

Cara lain Tuhan meyakinkanku akan kehadiran-Nya adalah melalui lagu (termasuk lagu-lagu nonKristen). Ketika aku bimbang. Tuhan mengirimkan aku lagu-lagu tertentu yang berbicara tepat di hatiku dan memberiku keberanian untuk percaya lagi. Setelah liburan Imlek belum lama ini, aku sebenarnya enggan untuk meninggalkan kampung halaman dan keluargaku untuk kembali ke sekolah (sekolahku ada di wilayah lain). Aku merasa bahwa imanku tidak sekuat sebelumnya. Aku sedang dalam perjalanan ke bandara ketika aku mendengar lantunan lagu Celine Dion, “That’s the way it is …” di radio. Aku selalu suka dengan lagu itu, tetapi hari itu, aku memperhatikan kata demi katanya. Air mata mengalir membasahi wajahku menyadari bahwa Tuhan memakai lagu itu untuk berbicara kepadaku, mengingatkanku bahwa Dia mencintaiku dan mau aku terus teguh dalam imanku.

Allah juga berbicara kepadaku melalui sebuah bahan renungan, Jesus Today, yang ditulis oleh Sarah Young. Pada saat itu, aku sangat terpuruk dengan berbagai kejadian dalam hidupku. Rasanya tidak bisa beristirahat, baik secara fisik, emosional, mental, atau spiritual. Aku bertanya kepada Tuhan mengapa aku selalu diperhadapkan pada jalan yang sukar dalam hidupku, sementara orang-orang Kristen lain sepertinya diberi jalan yang lebih mudah. Kalimat dalam renungan hari itu pun kembali melintas di pikiranku: “Percayalah kepada-Ku, di sini dan pada saat ini. Kamu sedang benar-benar dilatih—melewati tantangan-tantangan yang memang khusus dirancang untukmu.” Aku merasa dikuatkan saat itu juga dan tahu bahwa sekalipun Allah mengizinkan aku mengalami masa-masa sulit, aku tidak sedang berjalan sendirian.

Rasul Paulus menyebutkan dalam Galatia 5:16-17 bahwa ada dua kuasa yang saling bertentangan ketika kita ingin bertumbuh dalam Tuhan, “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya bertentangan—sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.” Kita membutuhkan kasih karunia Tuhan setiap hari.

Sungguh bersyukur Allah telah berjanji bahwa kasih-Nya tidak akan pernah berkesudahan dan rahmat-Nya selalu baru setiap pagi (Ratapan 3:22-23). Mari menyerahkan segala pergumulan kita kepada Allah dan bergantung penuh kepada-Nya. Mari mohon kepada Bapa kita di surga untuk menjaga kita agar kita terus memiliki pengharapan yang teguh di dalam Dia, serta terus peka akan tuntunan-Nya. Tuhan kiranya memberkati dan menjaga kita. Amin.