Posts

Kepada Yang Berhak

Sabtu, 16 November 2013

Kepada Yang Berhak

Baca: Roma 13:1-10

Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, . . . dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat. —Roma 13:7

Saya dan suami tinggal di suatu daerah pedesaan yang dikelilingi oleh tanah pertanian yang terkenal dengan slogan berikut: “Jika engkau menyantap makananmu hari ini, ucapkanlah terima kasihmu kepada para petani.” Para petani memang berhak menerima ucapan terima kasih kita. Merekalah yang bekerja keras dengan berpanas-panasan dalam mengolah tanah, menanam benih, dan memanen hasil pertanian supaya kita dapat makan dan tidak mati kelaparan.

Namun setiap kali saya berterima kasih kepada seorang petani, saya juga berusaha mengingat untuk memuji Allah, karena Dialah yang bertanggung jawab atas hasil pertanian yang menjadi bahan makanan kita. Dialah yang memberikan sinar mentari, mengirimkan hujan, dan menciptakan daya di dalam benih yang memampukannya untuk menembus tanah dan menghasilkan buah.

Walaupun bumi dan segala isinya adalah kepunyaan Allah (Mzm. 24:1), Dia telah memilih manusia sebagai pemeliharanya. Kita bertanggung jawab untuk memanfaatkan sumber daya alam ini sebagaimana yang dikehendaki-Nya, yakni untuk melakukan karya-Nya di tengah dunia ini (115:16). Sebagaimana kita adalah penanggung jawab atas ciptaan Allah, kita juga bertanggung jawab atas rencana-Nya dalam kehidupan bermasyarakat. Kita melakukan hal ini dengan cara menghormati orang-orang yang ditempatkan Allah sebagai pihak yang berwenang, membayar pajak, menghormati mereka yang berhak menerimanya, dan terus-menerus membayar utang kasih kita (Rm. 13:7-8). Namun satu hal yang hanya layak kita berikan untuk Allah: Segala pujian dan kemuliaan bagi-Nya, karena Dialah yang menjadikan segalanya (Mzm. 96:8). —JAL

Pujilah Allah yang bertakhta di surga,
Allah atas segala ciptaan,
Allah Mahakuasa, Allah Maha Pengasih,
Allah yang menyelamatkan kita. —Schütz

Jalan Allah yang tak terselami layak mendapat pujian kita yang tiada hentinya.

Pujian Di Muka Umum

Senin, 7 Oktober 2013

Pujian Di Muka Umum

Baca: Mazmur 96

Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. —Mazmur 96:3

Saya sangat menyukai video YouTube yang menampilkan orang-orang di pujasera (pusat jajanan serba ada) dalam sebuah mal. Mereka sedang melakukan kegiatan seperti biasa, dan tiba-tiba dikejutkan oleh seseorang yang berdiri dan mulai menyanyikan lagu pujian “Haleluya” dengan berani. Saat semua orang masih terkejut, ada lagi seseorang yang berdiri dan ikut menyanyi, lalu diikuti oleh satu demi satu orang lainnya. Segera saja pujasera itu dipenuhi dengan perpaduan suara yang indah dari pujian mahakarya Handel. Sebuah sanggar opera setempat telah menempatkan penyanyi-penyanyi mereka di tempat-tempat yang strategis sehingga mereka dapat dengan riang menyisipkan kemuliaan Allah ke dalam keseharian para pengunjung yang sedang menikmati makan siang mereka.

Setiap kali menyaksikan video itu, saya meneteskan air mata. Ini mengingatkan saya bahwa kita memang dipanggil untuk membawa kemuliaan Allah dalam keseharian kita melalui keindahan diri yang menyerupai Kristus. Pikirkanlah cara-cara yang dapat Anda lakukan dengan sengaja untuk menunjukkan kemurahan Allah kepada orang-orang yang sedang terpuruk dalam kegagalan mereka; untuk berbagi kasih Kristus dengan seseorang yang membutuhkan kasih itu; untuk menjadi perpanjangan tangan Yesus yang rela menguatkan seorang teman yang sedang keletihan; atau untuk membawa damai di tengah keadaan yang kacau dan membingungkan.

Seperti yang diingatkan oleh Pemazmur, kita mendapat kehormatan yang mulia dan suci untuk menceritakan “kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa” (Mzm. 96:3). —JMS

Terima kasih, Tuhan, Engkau memenuhi kami dengan kemampuan
untuk memuliakan-Mu melalui tindakan dan tanggapan kami kepada
orang lain. Beri kami karunia untuk menunjukkan keindahan
jalan-jalan-Mu dalam setiap perjumpaan kami dengan sesama.

Kejutkanlah dunia dengan keajaiban Kristus yang bersinar melalui diri Anda!

Tantangan Yang Berbahaya

Minggu, 6 Oktober 2013

Tantangan Yang Berbahaya

Baca: 2 Tawarikh 20:1,15-22

Sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah. —2 Tawarikh 20:15

Di hadapan jutaan orang yang menonton lewat televisi, Nik Wallenda berjalan menyeberangi Air Terjun Niagara di atas seutas kabel sepanjang kira-kira 550 m yang berdiameter hanya 12,7 cm. Ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk mencegah kemungkinan yang bisa saja terjadi. Namun selain menghadapi tantangan dari ketinggian yang mencekam dan derasnya air di bawah yang berbahaya, ada kabut tebal yang menghalangi pandangan Nik, tiupan angin yang mengancam keseimbangannya, dan cipratan air terjun yang mengganggu pijakannya. Di tengah-tengah—dan mungkin karena—ancaman bahaya tersebut, ia berkata bahwa ia “banyak berdoa” dan memuji Allah.

Bangsa Israel juga memuji Allah di tengah tantangan yang berbahaya berupa suatu laskar besar yang berkumpul untuk memerangi mereka (2Taw. 20:2). Setelah merendahkan diri untuk meminta pertolongan Allah, Raja Yosafat memerintahkan para pemuji untuk berbaris maju ke medan pertempuran di depan pasukan Israel. Mereka bernyanyi: “Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (ay.21). Ketika mereka mulai memuji, Tuhan membuat pasukan musuh saling menyerang dan menghancurkan satu sama lain.

Memuji Allah di tengah suatu keadaan yang menantang mungkin mengharuskan kita untuk menolak mengikuti desakan dari naluri kita. Kita cenderung membela diri sendiri, menyusun strategi, dan merasa khawatir. Namun, menyembah Allah dapat melindungi hati kita dari pemikiran yang membuat gelisah dan sikap mengandalkan diri sendiri. Kita diingatkan pada pelajaran yang telah dipetik oleh bangsa Israel: “Bukan [kita] yang akan berperang melainkan Allah” (ay.15). —JBS

Tuhan, aku memuji-Mu, karena belas kasih-Mu kekal.
Tolonglah aku untuk mengingat bahwa dalam setiap peperangan
hidup ini, Engkaulah yang berperang. Hasil akhirnya
tergantung pada-Mu karena Engkaulah yang berdaulat.

Apa pun yang ada di depan kita, Allah selalu mendukung kita dari belakang.

Hubble, Kebun Binatang, Dan Nyanyian Anak

Selasa, 1 Oktober 2013

Hubble, Kebun Binatang, Dan Nyanyian Anak

Baca: Mazmur 148

Pujilah Dia, hai matahari dan bulan, pujilah Dia, hai segala bintang terang! —Mazmur 148:3

Apakah kesamaan antara teleskop luar angkasa Hubble, kebun binatang, dan anak-anak yang sedang beryanyi? Menurut pengajaran dalam Mazmur 148, kita dapat menyimpulkan bahwa semua itu mengarah kepada karya ciptaan Allah yang luar biasa.

Ide bahwa Allah menciptakan dunia kita memang sering dipertanyakan, jadi mungkin inilah waktu yang baik untuk mengingat akan pujian yang patut kita dan seluruh ciptaan limpahkan kepada Bapa kita di surga atas karya tangan-Nya yang luar biasa.

Teleskop Hubble dapat membantu kita melakukannya melalui rekaman foto dari alam semesta kita yang mempesona. Setiap foto yang luar biasa itu menunjukkan bintang-bintang yang mengarahkan perhatian kita pada keagungan ciptaan Allah. Ayat 3 berkata, “Pujilah Dia, hai segala bintang terang!”

Mengunjungi kebun binatang dapat menunjukkan kepada kita betapa beragamnya kehidupan dunia hewan yang Allah ciptakan. Kita membaca ayat 7 dan 10 dan mengucap syukur kepada Allah atas berbagai jenis makhluk laut, binatang liar, serangga, dan burung.

Dan menyaksikan anak-anak kecil yang menyanyikan pujian bagi Allah dengan lantang melambangkan kebenaran bahwa semua orang di atas bumi patut mengangkat suara untuk memuliakan Pencipta kita (ay.11-13).

Kumpulan bintang, kawanan hewan, dan anak-anak: “Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur” (ay.13). Marilah kita turut mengucap syukur atas ciptaan-Nya. “Pujilah nama Tuhan!” —JDB

Pujilah Tuhan, Sang Raja yang Mahamulia!
Segenap hati dan jiwaku, pujilah Dia!
Datang berkaum, b’rilah musikmu bergaung;
Angkatlah puji-pujian! —Neander
(Kidung Jemaat, No. 10)

Karya ciptaan menunjukkan kuasa Allah.

Pengaruh Peneguhan

Selasa, 10 September 2013

Pengaruh Peneguhan

Baca: 1 Korintus 1:4-9

Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. —1 Korintus 1:4

Dalam suatu penelitian yang diadakan baru-baru ini, 200 ribu orang pegawai diwawancara untuk mengetahui unsur yang hilang dalam produktivitas mereka. Penelitian itu menyimpulkan bahwa penghargaan dan peneguhan merupakan dua hal utama yang paling diinginkan para pegawai dari atasan mereka. Riset ini secara tidak langsung menyatakan bahwa peneguhan merupakan suatu kebutuhan dasar bagi manusia.

Rasul Paulus tampaknya menyadari kebutuhan dasar ini dalam jemaat Korintus. Jadi sebelum menghujani mereka dengan kata-kata disiplin yang tegas, ia melimpahi mereka dengan kata-kata yang meneguhkan dahulu. Sebagai pemimpin rohani mereka, Paulus memulai suratnya dengan ucapan syukur kepada Allah atas kasih karunia yang dianugerahkan-Nya dalam hidup mereka.

Orang-orang percaya itu dahulu pernah jauh dari Allah, tetapi sekarang mereka telah menerima anugerah-Nya melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Setelah dipersatukan bersama Yesus, mereka menjadikan-Nya sebagai sumber kehidupan rohani mereka, dan persekutuan dengan Kristus ini menghasilkan pertumbuhan rohani dalam diri mereka (1Kor. 1:4-7). Dengan sungguh-sungguh, Paulus senantiasa mengucap syukur kepada Allah atas karya-Nya dalam hidup jemaat Korintus. Saya membayangkan kini mereka dapat menerima tegasnya kritik Paulus karena sudah terlebih dahulu mendapat peneguhan yang penuh kasih darinya.

Ketika kita menjumpai orang yang menaati Allah, marilah kita menyediakan waktu untuk memberikan peneguhan kepada mereka dan sekaligus juga mengucap syukur kepada Allah atas karya-Nya melalui diri mereka. —MLW

Tuhan, dengan beragam cara Engkau berkarya dalam hidupku dan
dalam diri orang-orang di sekitarku. Tolong aku untuk menguatkan
saudara-saudara seimanku dengan mengatakan kepada mereka
betapa aku diberkati saat melihat karya-Mu dalam hidup mereka.

Pujilah sesama dengan terbuka, tetapi tegurlah kesalahannya dengan lembut.

Hari Istimewa

Rabu, 4 September 2013

Hari Istimewa

Baca: Lukas 11:1-4

Inilah hari yang dijadikan TUHAN. —Mazmur 118:24

Apa yang istimewa dari tanggal 4 September? Mungkin hari ini Anda berulang tahun atau merayakan suatu peristiwa spesial. Atau mungkin Anda memperingati peristiwa-peristiwa bersejarah yang pernah terjadi pada tanggal 4 September. Misalnya, pada tahun 1781, kota Los Angeles didirikan di California; atau pada tahun 1993, Jim Abbott, seorang pelempar bola dari tim bisbol New York Yankees, berhasil mencatat rekor dimana tidak seorang pun pemain lawan yang dapat memukul bola yang dilemparnya—padahal sejak lahir ia tak memiliki tangan kanan. Jika Anda seorang penggemar televisi: Pada tahun 1951, untuk pertama kalinya sebuah siaran langsung dari San Fransisco disiarkan ke seluruh wilayah Amerika Serikat.

Namun bagaimana jika tak satu pun peristiwa dan fakta di atas menjadikan 4 September sebagai tanggal yang istimewa bagi Anda? Cobalah beberapa ide berikut ini:

Hari ini Allah memberi Anda kesempatan baru untuk memuji Dia. Mazmur 118:24 berkata, “Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!”

Hari ini Allah menyediakan kebutuhan Anda dan menginginkan Anda mempercayai-Nya. “Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya” (Luk. 11:3).

Hari ini Allah ingin berbicara kepada Anda melalui firman-Nya. Setiap hari, jemaat di Berea “menyelidiki Kitab Suci” (Kis. 17:11).

Hari ini Allah ingin memperbarui batin Anda. “Manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” (2Kor. 4:16).

Dengan Allah sebagai penuntun Anda, tanggal 4 September—dan setiap hari—dapat menjadi hari yang istimewa. —JDB

Inilah hari yang dijadikan Tuhan,
Jam demi jam adalah milik-Nya;
Surga bersukacita, bumi pun bersuka,
Memuji di takhta kemuliaan-Nya. —Watts

Setiap hari baru memberi kita alasan baru untuk memuji Tuhan.

Musik Antariksa

Selasa, 9 Juli 2013

Musik Antariksa

Baca: Ayub 38:1-7

Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai? —Ayub 38:6-7

Salah satu observatorium milik NASA telah menemukan adanya sebuah lubang hitam raksasa yang mendengung. Terletak di gugus galaksi Perseus yang berjarak 250 juta tahun cahaya dari bumi, lubang hitam tersebut bergetar dengan frekuensi nada Bes. Namun nada ini terlalu rendah untuk dapat didengar oleh telinga manusia. Ada perangkat ilmiah yang telah mendeteksi nada tersebut pada 57 oktaf di bawah kunci C tengah untuk piano.

Hubungan antara musik dan hal-hal surgawi bukanlah hal yang baru. Bahkan, ketika Allah menyingkapkan diri-Nya sendiri kepada Ayub, Dia bertanya: “Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? . . . pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?” (Ayb. 38:4,7). Kita diberi tahu bahwa pada peristiwa penciptaan alam semesta kita yang begitu luar biasa ini, ada puji-pujian dan seruan sukacita yang menggemakan kemuliaan bagi Allah.

Sebuah himne yang indah ciptaan Santo Franciskus dari Assisi (Kidung Jemaat, No. 60) mengungkapkan ketakjuban dan penyembahan yang kita rasakan ketika menikmati pancaran sinar matahari di siang hari atau bintang yang bertaburan di malam hari.

Hai makhluk alam semesta,
Tuhan Allahmu pujilah:
Haleluya, Haleluya!
Surya perkasa dan terang,
Candra, kartika cemerlang,
Puji Allah tiap kala:
Haleluya, Haleluya, Haleluya!

“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya” (Mzm. 19:2).

Mari kita memuji Dia yang telah menciptakan keindahan alam untuk kita nikmati! —HDF

Indahnya ciptaan Allah memberi kita alasan untuk memuji nama-Nya.