Posts

Prison Playbook: Dua Hal yang Kupelajari Tentang Komunitas

Oleh Fernando Chandra

Aku bukanlah penggemar drama Korea karena menurutku untuk menghabiskan satu season-nya butuh waktu cukup lama sedangkan aku bukan tipe orang yang suka menonton serial secara putus-putus. Namun, karena melihat cuplikan-cuplikan di media sosial, aku memutuskan untuk menonton satu serial drakor berjudul Prison Playbook atau Wise Person Life.

Serial ini dirilis pada tahun 2017 dan mendapatkan tanggapan positif. Cerita utama yang diangkat adalah tentang Kim Je Hyeok, seorang atlet bisbol berprestasi yang hendak dikontrak oleh tim bisbol profesional dari Amerika. Tapi, sebelum kontrak ditandatangani, Je Hyeok malah tersandung kasus hukum saat hendak membela adiknya yang terancam pelecehan seksual oleh seorang pria. Selama berada di penjara, Je Hyeok beradaptasi dan berbagi hidup dengan para narapidana lain dari berbagai kasus.

Jika biasanya drama korea berkutat seputar romantisme, Prison Playbook banyak diisi dengan komedi. Namun, setelah menontonnya, kupikir film ini lebih dari sekadar komedi. Ada beberapa hal yang kudapatkan dan kurasa perlu kita renungkan lebih jauh.

Pertama, prasangka terhadap orang lain. Adegan penyiar radio mungkin jadi salah satu adegan yang kurang mendapat perhatian. Bahkan sampai episode terakhir, wajah dari penyiar radio tak juga diperlihatkan. Ada sepenggal perkataan dari si penyiar yang menarik perhatianku. Dia berkata bahwa hal yang tidak disukai orang-orang, termasuk para narapidana adalah prasangka. Ada narapidana yang kelihatannya melakukan kejahatan besar, tapi sebenarnya dia telah berubah. Sebaliknya, ada narapidana yang terlihat baik di awal, tetapi justru menjadi tokoh antagonis di akhir film ini.

Tidak semua orang hidup berdasarkan cerita yang kita dengar dari orang lain. Ada alasan (bukan pembenaran) mengapa seseorang melakukan suatu tindakan. Ketidaktahuan kita akan alasan inilah yang dapat mendorong kita untuk terjebak dalam prasangka, alias melabeli seseorang dengan asumsi kita sendiri yang belum tentu akurat. Sebelum memutuskan untuk menjauhi seseorang, kita dapat belajar untuk memahami dan mendengar lebih dulu kisahnya. Setiap orang perlu untuk dipahami dan didengar, tidak hanya dihakimi berdasarkan rumor yang tersebar di komunitas.

Kedua, tentang orang-orang yang ada di sekitar kita. Kehidupan Kim Je Hyeok selama di penjara mempertemukannya dengan berbagai macam karakter orang. Tidak semua orang bersikap baik. Ada yang berusaha melukai dan berbuat jahat, tetapi ada juga orang-orang yang membantu, mendukungnya ketika dia ada dalam kondisi terpuruk. Mereka yang membantu bukanlah orang-orang sempurna. Status narapidana mereka adalah salah satu bukti dari fakta ini. Namun, bagian favoritku dalam film ini adalah ketika para orang tak sempurna ini rela saling tolong-menolong dalam kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki.

Aku percaya, setiap orang yang kita temui dalam kehidupan kita bukanlah sebuah pertemuan yang hanya sekadar lalu. Mereka adalah orang-orang yang Tuhan letakkan dalam hidup kita. Mungkin mereka orang yang lemah dan membutuhkan pertolongan. Mungkin juga mereka adalah orang-orang yang kelak akan membantu kita. Ada yang akan menolong kita dalam waktu yang lama, tetapi ada juga yang hanya sementara. Kita tidak tahu berapa lama waktu yang Tuhan berikan bagi kita untuk menikmati kebersamaan yang ada. Pun kita bisa saja pernah mendengar hal buruk, namun sebelum menghakimi kita dapat memilih untuk mendengar dan memahami lebih dulu.

Komunitas ada bukan untuk menghakimi, tetapi membentuk seseorang. Penerimaan terhadap orang lain bukan berarti pembenaran atas sikap yang salah, melainkan jadi kesempatan bagi kita untuk membantu menyadari apa yang perlu diperbaiki.

Bersediakah kita membuka diri untuk orang lain?