Posts

Jalan Panjang Menang dari Candu Pornografi dan Masturbasi

Oleh Aaron Sebastian Surya

Shalom!

Perkenalkan, aku Aaron, seorang dokter yang tengah dalam pemulihan dari candu, dan pada kesempatan ini izinkan aku menceritakan kisah pribadiku.

Perjalanan panjangku terikat dengan candu ini berawal dari kegemaranku bermain jigsaw puzzle dan duduk kursi berlengan dengan motif Winnie the Pooh saat aku berumur 9 tahun. Pokoknya nyaman banget deh kalo duduk di situ. Saat mau menyelesaikan puzzle tersebut, ada beberapa bagian puzzlenya tersisip di selipan kursinya. Pada saat itu aku mencoba merogoh selipan kursi empuk itu sampai ketemu bagian-bagian puzzle yang terselip, dan setelah ketemu aku duduk di kursinya. Tanpa sengaja, saat aku merogoh sambil berlutut, bagian genitalku tergesek. Gesekan itu membuatku merasakan sensasi yang mengenakkan sekali, tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Yang membuat aku bingung pada saat itu, kok celanaku basah? Itulah momen aku pertama kali melakukan masturbasi tanpa disadari.

Saat itu aku masih anak kecil kelas 3 SD. Tidak ada pemikiran apa pun yang kupahami tentang seksualitas. Namun, insting eksploratif yang berkembang pada usia tersebut membuatku mencari cara untuk merasakan sensasi enak yang pernah kurasakan tadi. Tidak ada anggota keluarga yang tahu tentang aktivitasku ini karena aku tidak menceritakannya. Sejak saat itu, aku jadi senang melihat lawan jenis yang tampil dengan busana-busana seksi di televisi. 

Mendekati usia puber, saat di kelas 6SD aku semakin kecanduan dengan aktivitas masturbasi ini karena aku bisa mengakses internet. Ada satu temanku yang aku anggap dekat. Saat di kelas dia berbisik, “Ron, nanti pas di rumah coba akses ini deh, tinggal buka komputer, sambungin internet, terus di browsernya ketik kata-kata kunci ini. Habis itu tinggal klik deh link-nya mau yang mana.” Karena yang menyarankan itu teman baikku dan juga mulai muncul rasa penasaran, aku lakukan apa yang dia disarankan. Itulah momen aku pertama kali menyaksikan pornografi tanpa disadari.

Semenjak itu, kombinasi masturbasi dan pornografi menggerogoti hidupku perlahan-lahan. Aku benar-benar hidup dalam dosa tersebut tanpa aku sadar dan tahu bahwa ini adalah dosa. Awalnya berupa ketidaksengajaan dan rasa penasaran, pada akhirnya melekat sebagai rutinitas. Syukur kepada Tuhan, saat aku kelas 1 SMP kebenaran Tuhan telah disingkapkan padaku. Lewat pelajaran agama di sekolah, guruku memberi tahu bahwa kedua hal yang telah kulakukan dari SD itu adalah dosa. Sejak saat itu, setiap kali aku jatuh dalam dosa, aku selalu mengakui dosa-dosaku dalam ibadah di gereja. Namun, perjalanan untuk bisa lepas dari candu ini adalah perjalanan yang tidak mudah. 

Dalam tahun-tahun hidupku setelahnya, aku sempat bertanya-tanya, apakah aku sungguh jadi orang Kristen jika tetap memelihara kehidupan seperti ini? Kucari tahu berbagai cara untuk bisa lepas dari dosa yang menjerat ini. Kucari khotbah di YouTube tentang masturbasi, pornografi, identitas Kristen, melawan keinginan daging, serta spiritualitas. Pelan-pelan, semua materi yang kusimak menolongku menyusun strategi untuk menanggulangi pergumulan dosaku. Dan, yang aku yakini adalah Roh Kudus tidak tinggal diam. Lewat kerinduan untuk berubah yang mendorongku mencari khotbah-khotbah, aku tahu Roh Kudus sedang bekerja untuk memimpinku lepas dari kecanduan ini. Beberapa Firman yang dibukakan kepadaku antara lain Matius 5:27-28, 1 Korintus 6:18-20, dan Roma 12:1-2. Mulai saat inilah aku berjuang melawan candu ini, peperangan antara melakukan kehendakku atau kehendak-Nya terus berlanjut. Yang dulunya aku tidak sadar bahwa yang kulakukan itu dosa, kini aku telah disadarkan.

Namun setiap kali aku tergoda, seringkali aku jatuh berulang-ulang kali di lubang yang sama. Efeknya, aku selalu diikuti rasa bersalah, merasa tidak layak untuk menghampiri Tuhan, sehingga inginnya menjauh dari hadirat-Nya. Namun, puji Tuhan! Dia tidak membiarkanku lari terlalu lama dan jauh daripada-Nya. Aku ingat kisah Alkitab tentang si bungsu yang melarikan diri dari bapanya. Si bungsu terhilang dan menghabiskan hidupnya di kandang babi. Aku yang tahu kisah itu tidak ingin berlama-lama di dalam ‘kandang babi’. Aku ingin dan harus segera kembali ke pelukan Bapa. Aku juga diingatkan bahwa di luar Tuhan, aku tidak bisa berbuat apa-apa (Yohanes 15:5). Meskipun aku berusaha menjauh dari Tuhan, aku tidak akan pernah bisa terpisahkan dari-Nya (Mazmur 139:7-10). Tuhan juga berfirman bahwa saat aku mendekat kepada-Nya, Dia akan mendekat kepadaku (Yakobus 4:8a).

Aku terus berdoa mengaku dosa-dosaku kepada Tuhan, dan diakhiri dengan berkomitmen untuk menjauhi masturbasi dan mengonsumsi pornografi lagi. Apakah aku segera bebas dari candu itu? Bagi aku tidak semudah itu. Siklus jatuh dalam dosa masturbasi dan pornografi, merasa bersalah, menjauh, mengaku dosa, berjanji untuk tidak mengulang, kemudian jatuh lagi terjadi terus-menerus, seperti lingkaran setan. Tuhan mengizinkan aku berproses selama bertahun-tahun untuk mengalami kebebasan dari candu tersebut.

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13). Inilah salah satu ayat Alkitab yang menguatkanku. Tuhan memberikan aku jalan keluar, tetapi itu dimulai dari aku memberanikan diri untuk mengakui dosa-dosaku kepada sesamaku, karena selama ini kupikir aku cukup mengakui dosa kepada Tuhan saja. Kepada rekan-rekan di gereja aku memberanikan diri untuk mengaku dan mereka pun mendukungku untuk hidup benar. Setelah bersaksi, aku bukannya dihakimi atau dipandang rendah, tetapi aku diberikan penguatan dan dukungan doa oleh sesamaku, sesuai dengan Firman yang berbunyi: “…hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh” (Yakobus 5:16). Dari kejadian itulah aku disadarkan bahwa aku tidak perlu malu dengan dosaku, malah justru perbuatan-perbuatan gelap tersebut perlu dibawa ke dalam terang Kristus supaya hilang kuasanya atas diriku. Keterbukaan memang adalah awal dari pemulihan.  Namun, penting untuk kita ingat bahwa keterbukaan ini perlu kita lakukan pada tempat yang aman dan benar, yakni kepada saudara seiman dalam kelompok kecil, keluarga, atau mentor-mentor rohani yang dapat dipercaya, yang setelah mendengar kesaksian kita bersedia menjadi kawan yang mengingatkan dan menuntun kita untuk tidak terus jatuh di dalam dosa.

Dari sinilah aku semakin bertekun dalam pengenalan akan Firman Tuhan, berpartisipasi dalam kelompok kecil di gereja, menjalin hubungan yang bertanggung jawab bersama sesama dengan pergumulan yang sama sehingga aku bisa di titik sekarang ini. Kini Tuhan menganugerahkan kekuatan kepadaku untuk bisa mengatakan tidak pada keinginan dagingku, dan ya pada keinginan Roh Kudus. Syukur kepada Tuhan, Ia telah membebaskanku dari candu dosa seksual selama 1 bulan lebih, setelah 20 tahun bergumul. Aku tidak kebal dengan pencobaan-pencobaan tersebut, tetapi Tuhan telah menyadarkan aku kembali kepada identitasku yang sesungguhnya. Di dalam Kristus, aku adalah ciptaan baru, yang lama sudah tiada, yang baru telah datang.  

Ketika godaan itu datang, aku menggunakan strategi B.R.A.C.E:

B: Breath, take a few deep breaths

Ambil waktu untuk tarik napas yang dalam, untuk memberi kesempatan supaya otak dapat berpikir lebih jernih.

R: Remember the Truth

Mengingat kebenaran Firman Tuhan mengenai dosa seksual dan identitas kita sesungguhnya sebagai anak Tuhan yang kudus. Hal ini dapat dilakukan bila kita terlebih dahulu menghafal, mengerti dan menghidupi ayat-ayat Alkitab tersebut.

A: Ask God for help

Memohon pertolongan Tuhan. Jujur dan akui kelemahan kita bahwa kita tidak sanggup, dan doa “Tuhan, tolong aku!”

C: Call an accountability partner

Menghubungi teman akuntabel yang sama-sama berjuang dalam memenangkan pergumulan yang sama.

E: Escape the situation

Kabur sejauh mungkin dari situasinya, katakan TIDAK pada keinginan dagingnya.

Aku yakin sepenuhnya, Tuhan Yesus yang telah memulihkan aku dari candu yang aku sempat tidak sadari akan memulihkan teman-teman sekalian juga. Hanya saja, apakah kamu mau mengakui ketidakberdayaanmu dan memohon pertolongan saudara seiman serta pertolongan-Nya?

Tuhan Yesus Kristus memberkati teman-teman sekalian. Salam sehat tubuh, jiwa, dan roh!

Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu

Aku Wanita dan Aku Kecanduan Pornografi

Oleh Jacq So
Artikel asli dalam bahasa Inggris: I’m A Woman And I’m Addicted To Porn

Halo teman-teman, namaku Jacq, aku seorang pecandu pornografi fiksi.

Setelah sekian lama aku baru menyadari kalau aku telah sampai di titik kecanduan. Kupikir aku tak lebih dari seorang yang suka membaca cerita-cerita fantasi.

Tapi, di situlah titik permulaannya. Dari kecil, aku adalah seorang pembaca yang penasaran, yang selalu ingin tahu banyak hal. Waktu SD, aku membaca buku berjudul Sweet Valley High dan Sweet Valley University, yang isinya ada di luar kepalaku. Di sekolah menengah, temanku mengenalkanku dengan fanfiction Harry Potter.

Fanfiction adalah cerita fiksi yang dibuat oleh para penggemar berdasarkan kisah atau karakter yang sudah ada, namun dimodifikasi oleh imajinasi sendiri. Fanfiction menolong para penulis pemula untuk menulis dalam banyak genre, dari komedi ke action, drama, romance.

Karena seri Harry Potter saat itu belum semuanya dirilis, membaca fanfiction memberiku alternatif selagi menunggu seri terbaru terbit. Aku membaca semuanya, dari cerita yang berspekulasi tentang buku-buku Harry Potter kelak hingga kilas balik ke masa lalu, ke tokoh-tokoh yang lebih tua.

Aku juga membaca cerita-cerita romantis. Aku memastikan cuma membaca cerita-cerita yang sesuai usia. Tapi suatu ketika, aku terpikat pada cerita bersambung yang ditulis dengan sangat baik, yang berisi adegan dewasa antara dua karakter. Aku harus tahu bagaimana akhir ceritanya, jadi kubaca sedikit-sedikit adegannya sambil memahami detail-detailnya.

Inilah kesalahan pertamaku.

Alasan yang kuberi pada diriku sendiri

“Tulisannya bagus” jadi alasanku selama bertahun-tahun untuk tetap membaca. Seiring aku membaca lebih banyak cerita fiksi yang berbeda, aku mendaulat diriku sebagai pembaca, tapi hal lain yang ikut terjadi adalah aku jadi semakin toleran terhadap sensualitas di tiap-tiap lembar yang kubaca.

Sebagai orang Kristen, aku tahu kalau pornografi adalah jerat yang harus dilepas, tapi aku beranggapan kalau:

– Itu cuma berlaku buat pria
– Itu cuma berlaku kalau kamu melihat bagian tubuh. Yang kubaca memang berisi deskripsi jelas, tapi itu kan cuma kata-kata. Aku bilang pada diriku sendiri: kamu tidak bisa memvisualisasikan apa yang kamu tak tahu.

Tapi, entah aku mengakuinya atau tidak, apa yang kubaca itu memberiku pengetahuan tentang seksualitas—dan keinginan untuk hidup lebih bergairah. Sebagai seorang yang tidak mengalami hal-hal romantis dalam hidupnya, pornografi fiksi menjadi arena untukku membenamkan diri dalam emosi dari karakter-karakter yang kubaca.

Ketika kecanduanku menjumpai Terang

Di awal usia 20-an barulah aku sadar kalau ini masalah. Aku ikut konferensi pemuridan dengan sahabatku di tahun 2013 dan mendapati kalau aku bergumul dengan hawa nafsu dan pornografi.

Aku pulang, membersihkan riwayat di perambanku (browsing history) dan meminta bantuan sahabatku untuk menolongku lepas dari dosa ini. Aku bisa bilang kalau inilah titik balik hidupku. Tapi, cuma dalam sebulan dua bulan, aku kembali lagi ke kehidupan lama.

Aku punya kebiasaan yang lebih dari satu dekade kulakukan. Membaca fanfiction yang porno menjadi hiburanku dan semacam ‘terapi’ setiap kali aku merasa capek, kecewa, kesepian, atau sekadar bosan. Pada beberapa momen, aku meminta ampun pada Tuhan setiap kali godaan itu datang. Lalu, aku melawan godaan itu setengah hati sebelum akhirnya menyerah.

Ketika aku mendengar kesaksian orang-orang yang lepas dari dosa, aku bingung mengapa aku tidak bisa. Aku mau hidup sesuai dengan teladan Yesus, tapi aku tidak bisa (Roma 7:18-19). Ada banyak momen ketika aku merasa putus asa karena terlalu sering melakukan dosa-dosa ini. Aku bertanya-tanya, kalau-kalau temanku dan Tuhan akan capek mendengar aku mengaku dosa, “Aku baca buku porno itu lagi. Maaf.”

Ketika aku ‘berserah’ pada anugerah Kristus dan pengampunan-Nya, aku tidak sepenuh hati. Aku tidak merelakan pikiranku dituntun oleh Roh Kudus, jadi aku tak akan pernah bisa tunduk sepenuhnya pada Allah (Roma 8:6-7) dan mengalami pertobatan sejati.

Lalu datanglah intervensi digital dari Tuhan Yesus

Suatu malam, aku memutuskan untuk menghapus riwayat perambanku.

Tapi, aku terpaku pada beberapa cerita yang kuanggap ada di ‘zona aman’. Tidak ada kisah romantis, atau sesuatu yang mengarah pada birahi. Ini cerita bagus, pikirku. Aku mau menandai cerita-cerita itu sebelum aku lupa. Jadi, kubuka lagi situs yang baru saja kututup. Aku cuma mau cari judul-judul itu aja, tegasku pada diri sendiri.

Aku bisa merasakan Tuhan tidak berkenan saat itu, tapi aku membenarkan diriku. “Ini doang mah gak akan berdosa,” gumamku dalam hati. Lalu, sekitar satu jam mencari-cari di situs itu, laptopku tiba-tiba restart sendiri dan muncullah blue screen, “your computer has experienced an error.”

Itu notifikasi error yang biasa, tapi emoji sedih di layar itu seolah seperti Tuhan Yesus berkata padaku, “Hai, ini Aku. Kamu lagi ngapain?”

Aku ingin menjawab kalau aku mencari cerita yang ingin kutandai. Aku selesai menandainya, tapi perasaanku jadi campur aduk.

Besoknya, aku bangun dengan satu pesan menggema di kepala—aku menyebut diriku pengikut Kristus, tapi bersediakah aku memberikan segalanya buat Dia?

Roh Kudus membombardirku dengan ayat-ayat Alkitab. Ayat yang menghujamku adalah perkataan Daud, “…aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa” (2 Samuel 24:24). Aku ingat sebuah lagu yang liriknya berkata memberi untuk Tuhan haruslah yang terbaik dan mempersembahkan korban yang layak buat Kristus. Namun, di sinilah aku berada. Aku menyerahkan keinginanku di atas altar, tetapi aku masih menimbang-nimbang harganya.

Kubuka lagi laptopku untuk menghapus semua bookmark di browser. Ketika Tuhan memberitahuku bahwa aku harus menanggalkan semuanya, aku berontak dengan memberi alasanku: tulisan-tulisan yang kubaca itu bagus dan ceritanya aman kok. Tapi kurasa Tuhan menjawab, “Tidak tahukah kamu bahwa tulisan dan kata-kata yang indah itu bersama dari-Ku?”

Kujawab Tuhan dengan membeberkan alasan bahwa bookmark lain yang kusimpan di browser itu tidak penting-penting amat, lama-lama juga aku lupa. Tuhan pun menjawabku kembali: “Jadi, kamu cuma mau menyerahkannya ke Aku kalau menurutmu itu sudah nggak penting lagi?”

Aku tak tahu menjawab apa.

Pembaharuan setiap hari dari Allah

Sudahkah aku menang atas pornografi? Belum. Kurasa inilah dosa yang akan terus kugumuli sepanjang hidupku.

Tapi daripada terjerat dalam rasa bersalah, aku bisa melompat pada anugerah Allah—percaya bahwa Dia tak akan lelah mendengarku mengakui dosaku, dan Dia setia serta adil. Dia mengampuni dan menyucikanku dari segala kesalahan (1 Yohanes 1:9).

Anugerah Kristus mengundangku masuk dalam pertobatan melalui darah-Nya. Aku diingatkan akan kehadiran-Nya dalam hidupku. Dia tahu, Dia melihat, dan Dia merasa pedih saat aku membuat keputusan yang salah.

Kapan pun hawa nafsu hadir dalam otakku, aku segera memohon pertolongan Tuhan dan bantuan dari sahabatku yang kupercaya untuk mendoakanku. Aku belajar waspada dari mood-ku yang negatif, obsesi berlebihan pada suatu tokoh atau karakter, atau waktu-waktu luangku.
Tuhan telah berjanji bahwa ketika kita “memakukan hasrat” kedagingan kita pada salib-Nya, dengan pertolongan Roh Kudus kita tidak akan dibiarkan kekurangan. Dia akan “memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” (Mazmur 103:5).

Menang Atas Dosa Favorit

Oleh Aldi Darmawan Sie, Jakarta

Beberapa bulan lalu, Marion Jola (salah seorang kandidat juara Indonesia Idol 2019) merilis lagunya yang berjudul “Favorite Sin”. Istilah yang digunakan di judul ini tidak terdengar asing di telinga kita, bukan? Frasa “favorite sin” atau dosa favorit masih sering kita dengar, khususnya dalam khotbah-khotbah atau renungan. Tulisanku ini tidak akan membahas atau membedah lagu Marion Jola, tapi hal yang menarik perhatianku adalah mengapa kita bisa memfavoritkan dosa-dosa tertentu? Bukankah di gereja kita sudah sering diberitahu dari mimbar bahwa dosa adalah hal yang tidak berkenan kepada Tuhan? Lantas, mengapa kita bisa memfavoritkan dosa-dosa tertentu?

Beberapa waktu lalu, aku sempat mengikuti sebuah webinar yang membahas topik senada. Sang narasumber mengatakan bahwa alasan kita bisa memiliki dosa-dosa favorit, karena memang pada dasarnya dosa itu menawarkan atau mengiming-imingi kita dengan suatu kenikmatan. Salah satu contohnya adalah dosa seksual. Pornografi meskipun kita tahu itu bisa berdampak buruk, tapi tetap saja ada orang yang mengarahkan diri ke sana. Pornografi memberi kita kenikmatan sesaat. Kenikmatan itulah yang membuat kita tergoda dan mengabaikan perasaan bersalah, yang akhirnya mengantar kita semakin jauh dari Tuhan.

Lantas, bagaimana sih supaya kita dapat mengatasi godaan dari dosa favorit? Ketika aku memikirkan pertanyaan ini, aku teringat makalah teologi tentang Yusuf di Perjanjian Lama. Kita tak asing dengan tokoh ini, mungkin kita sudah mengenalnya sejak sekolah Minggu dulu. Kejadian 39 menceritakan Yusuf yang kala itu seorang pemuda dan elok parasnya digoda oleh istri Potifar. Sang nyonya mengajak Yusuf tidur bersamanya. Ajakannya tak cuma sekali, tapi berulang-ulang. Ayat 10 memberikan respons yang menarik dari Yusuf, “Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.”

Jika kita membayangkan berada di posisi Yusuf, mungkin tawaran ini menggiurkan. Terlebih usia Yusuf masih muda dan bisa saja istri Potifar tersebut elok pula parasnya. Namun perkataan Yusuf pada ayat 8 dan 9 patut kita perhatikan. “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?”. Alkitab memang tidak secara eksplisit menjelaskan dari mana Yusuf bisa memahami bawa ajak dari istri tuannya itu adalah suatu dosa. Namun yang jelas, Yusuf memandang ajakan tersebut bukan saja sebagai bentuk kejahatan besar kepada tuannya yang telah memercayakan jabatan kepadanya, tetapi juga sebagai dosa terhadap Allah!

Hal pertama yang kita bisa pelajari adalah Yusuf berpegang teguh pada pendiriannya meskipun godaan datang setiap harinya dan keadaan pun mendukung jika seandainya dia memilih ajakan dosa tersebut. Tetapi Yusuf tidak oportunis, dia tidak mencari keuntungan diri sendiri dari kesempatan yang ada. Hal kedua, Yusuf memiliki nilai yang sama dengan Allah. Yusuf menganggap apa yang berdosa di mata Allah juga adalah dosa di matanya.

Dalam topik tentang problematika dosa seksual, dosen pastoralku mengatakan bahwa permasalahan utama dari dosa seksual adalah permasalahan nilai (the battle of value). Dosa seksual yang sudah sering dilakukan akan membentuk paradigma seseorang dalam melihat lawan jenis. Seseorang yang telah kecanduan pornografi biasanya akan dengan mudahnya memandang lawan jenisnya sebagai objek seksual. Meskipun dirinya bergumul sedemikian rupa untuk tidak berpikir seperti itu, tetapi nilai yang ada dalam otaknya telah bercokol, membentuk cara pandangnya untuk melihat lawan jenis sebagai objek seksual. Maka disadari atau tidak, salah satu alasan sulitnya lepas dan berhenti dari berbagai kecanduan, termasuk pornografi adalah karena kita menganggap kenikmatan sebagai nilai tertinggi dalam hidup (the greatest value). Kita tahu pornografi salah, tapi kita terlanjur menganggapnya sebagai sesuatu yang bernilai. Akibatnya, pornografi jadi susah ditolak. Dosa kenikmatan seksual telah dianggap sebagai our greatest value and delight.

Memenangkan pertempuran

Seperti judul artikel ini, bagaimana kita bisa menang atas dosa favorit?

Keberhasilan seseorang untuk menang dari berbagai godaan pertama dimulai dengan mengakui bahwa perbuatan tersebut adalah dosa yang menyakiti hati Tuhan. Kita perlu secara konsisten memandang perbuatan tersebut sebagai suatu dosa terhadap Tuhan. Kita harus mengubah nilai yang kita anut, bahwa kenikmatan tertinggi dalam hidup kita bukanlah terletak pada dosa atau kesukaan kita. Mungkin bagi seseorang yang telah berkubang lama dalam dosa pornografi, dosa ini dianggap berbeda dari zinah. “Aku kan tidak melakukan hubungan seksual dengan siapa pun. Aku hanya melakukannya seorang diri.” Tapi, prinsipnya tetaplah sama, bahwa kita telah memandang lawan jenis sebagai objek seksual kita. Dan, Tuhan tentu saja tidak mendesain manusia hanya sekderdil objek seksual. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Artinya, manusia begitu berharga di mata Tuhan. Ketika kita mereduksi nilai manusia hanya sebatas objek seksual, kita telah melenceng dari desain Tuhan dan menyakiti hati-Nya.

Di dalam Kristus, kita mampu menang atas dosa-dosa favorit! Sepenggal perkataan Paulus dari Roma 6:11-12 berkata, “Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.”

Kita telah mati bagi dosa dan kita sudah hidup bagi Allah. Penebusan yang Kristus lakukan di atas kayu salib memampukan kita untuk berkata “tidak” kepada dosa. Tidak hanya berhenti sampai di sana, kita juga telah dimampukan untuk memberikan hidup kita bagi Allah. Itulah yang seharusnya menjadi our greatest value and greatest delight in our life. Bukankah hidup kita terlalu berharga untuk kita habiskan hanya mencari kenikmatan sesaat tetapi membawa perasaan bersalah yang berkepanjangan dan akan merusak hidup kita sendiri? Maka dari itu, marilah kita mengubah nilai hidup kita dari hidup demi kenikmatan diri menuju hidup yang sepenuhnya mengabdi bagi Allah.

Baca Juga:

Menjadi Seorang Kristen dan Gay: Bagaimana Aku Bergumul untuk Hidup Kudus Bagi Tuhan

Kedaginganku berkata bahwa aku perlu memenuhi hasratku, mengikuti keinginan hatiku. Tapi, aku sadar bahwa aku adalah orang percaya yang diselamatkan karena iman, bukan karena perbuatanku.

Pergumulanku untuk Melepaskan Diri dari Jeratan Dosa Seksual

Oleh Aimee*

Aku adalah seorang perempuan berusia 20 tahun yang memiliki riwayat jatuh ke dalam dosa seksual sejak SMP.

Kisah ini bermula saat aku duduk di kelas 2 SMP. Waktu itu aku berpacaran dengan teman gerejaku yang juga melayani sebagai pemain keyboard. Statusnya sebagai pelayan di gerejaku membuat berpikir bahwa dia adalah lelaki yang baik dan pasti menghargaiku sebagai seorang perempuan. Tapi, nyatanya tidak sama sekali.

Suatu ketika, saat kedua orangtuaku sedang tidak berada di rumah, dia datang menemuiku. Awalnya kami mengobrol seperti biasa. Tapi, kemudian dia mulai melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dia lakukan dalam berpacaran. Saat itu aku tidak bisa menolak ataupun berontak, dan setelah peristiwa itu aku jadi merasa jijik dengan tubuhku sendiri. Memang saat itu kami tidak sampai melakukan hubungan seksual. Tapi perlakuannya kepadaku hari itu menjadi awal dari kejatuhanku ke dalam dosa seksual. Tak lama setelah peristiwa itu, aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan pacaran dengannya karena aku takut terjadi hal-hal lain yang tidak kuinginkan.

Godaan untuk terjatuh semakin dalam ke dosa seksual pun kembali datang. Secara tak sengaja, aku melihat video porno di ponsel ayahku. Di satu sisi aku merasa jijik menonton video porno, tapi di sisi lainnya aku jadi semakin penasaran. Akhirnya, untuk memuaskan rasa ingin tahuku, aku pun membaca cerita-cerita porno. Tak berhenti sampai di situ, rasa ingin tahu itu kembali meningkat menjadi praktik masturbasi hingga aku duduk di kelas 1 SMA. Di masa-masa awal, setiap kali usai melakukan masturbasi, aku diliputi rasa bersalah kemudian berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Namun, seakan menjadi sebuah siklus, tetap saja aku tergoda untuk melakukan masturbasi.

Masturbasi yang kulakukan itu membuatku merasa jijik dengan diriku sendiri hingga aku memutuskan untuk berhenti dari melakukan praktik ini. Namun, walaupun aku telah berhenti melakukan masturbasi, aku tetap jatuh ke dalam dosa imajinasi seks sampai aku duduk di semester 4 kuliah.

Aku baru mengalami lahir baru saat duduk di semester pertama kuliah. Sejak saat itulah aku mulai mengerti tentang bersaat teduh setiap hari. Akan tetapi, itu tidak menolongku untuk bisa berhenti berimajinasi tentang seks. Aku berusaha untuk mengatasi pergumulan ini seorang diri. Aku mengikuti seminar tentang pornografi, membaca artikel-artikel tentang bagaimana bisa lepas dari dosa seksual, dan tentunya berdoa meminta pertolongan Tuhan serta berkomitmen untuk disiplin saat teduh dan berdoa. Akan tetapi, usaha-usahaku itu tidak membuahkan hasil. Malahan, aku merasa bahwa hubungan pribadiku dengan Allah menjadi hilang. Di satu sisi aku bersaat teduh dan melayani Tuhan di persekutuan. Tapi, di sisi lainnya aku tetap terjerat di dalam dosa seksual. Aku merasa diriku seperti orang yang munafik.

Aku merasa putus asa dan tak tahu lagi harus melakukan apa untuk melepaskan diriku dari jeratan dosa seksual. Dalam kondisi inilah akhirnya aku berdoa sambil bersujud kepada Allah, sesuatu yang sebelumnya jarang kulakukan. Dalam doa, aku menangis karena aku merasa lelah sekali untuk berjuang melepaskan diri dari jeratan dosa ini. Sampai di titik ini aku menyadari bahwa usahaku melepaskan diri dari dosa ini sendirian tidak membuahkan hasil. Semakin aku merasa mampu menyelesaikan pergumulan dosa ini sendirian, justru semakin aku tidak mampu membereskannya. Akhirnya, dengan pertolongan Tuhan, aku memberanikan diri untuk menceritakan pergumulan ini kepada kakak rohaniku walaupun di dalam hatiku aku merasa malu untuk menceritakannya.

Ketika kakak rohaniku mengetahui pergumulanku, dia tidak menghakimiku, malahan menanggapiku dengan penuh kasih. Dia mengingatkanku tentang anugerah Allah melalui Kristus yang mati di kayu salib. Allah tahu bahwa manusia tidak akan pernah mampu menyelesaikan dosanya sendiri, oleh karena itu Dia menganugerahkan Kristus untuk membebaskan manusia dari dosa. Ketika aku menerima Kristus sebagai juruselamatku, dosa-dosaku dihapuskan (1 Yohanes 1:9) . Akan tetapi, aku tetap perlu berjuang untuk tidak lagi melakukan dosa.

Setelah bercerita dengan kakak rohaniku, aku jadi teringat akan firman Tuhan yang pernah disampaikan dalam sebuah ibadah di persekutuan tempatku melayani. “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang kukehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat” (Roma 7:15).

Ketika aku mempelajari kembali perkataan Paulus yang tertulis secara lengkap di kitab Roma 7:13-26, aku mendapati bahwa aku masih hidup sebagai orang yang tidak merdeka. Aku mengizinkan dosa menawan diriku, dan sebagaimanapun perjuanganku untuk melawan dosa, pada kenyataannya aku selalu jatuh kembali karena pada dasarnya aku adalah orang berdosa. Oleh karena itu, satu-satunya Pribadi yang dapat menyucikan dan melepaskanku dari jeratan dosa adalah Kristus.

Sejak saat itu, aku tidak lagi mengandalkan kekuatanku sendiri untuk berjuang lepas dari jerat dosa seksual ini. Dengan pertolongan Allah dan bimbingan kakak rohaniku, perlahan-lahan aku mampu bangkit. Ketika aku mulai kembali tergoda untuk melakukan masturbasi, aku mengingat firman-Nya supaya aku tidak melakukan dosa. Pada akhirnya, aku menyadari bahwa perjuangan yang seharusnya kulakukan adalah dengan bersandar pada anugerah Allah, bukan pada usaha-usahaku semata yang kulakukan tanpa melibatkan Allah.

Perjuangan untuk melepaskan diri dari jerat dosa bukanlah perkara yang mudah, tetapi bukan pula mustahil. Ketika aku sedang menikmati saat teduhku, melalui firman Tuhan dalam Mazmur 51, aku diingatkan bahwa Daud pun pernah jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah memakai Daud menjadi alat-Nya bagi Israel. Daud begitu menyesali perbuatannya hingga ia berseru: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!” (Mazmur 51:3).

Aku bersyukur kepada Allah karena pertolongan-Nya sajalah aku bisa dimerdekakan dari dosa. Walaupun aku telah jatuh berkali-kali ke dalam dosa yang sama, Allah menyadarkanku bahwa betapa Dia mencintaiku dan Dia ingin aku kembali kepadanya. “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah” (Roma 5:6).

Sampai saat ini aku tidak lagi melakukan praktik masturbasi. Tetapi, ketika aku sedang lemah, seringkali dosa untuk berimajinasi tentang seks kembali datang dan menggodaku. Namun, setiap kali godaan itu datang, aku berusaha mengingat nasihat dan firman yang Allah nyatakan melalui saat teduhku dalam Mazmur 51. Aku hanya bisa berdecak kagum pada karya Allah dalam hidupku yang telah membebaskanku dari jeratan dosa seksual. Seperti pemazmur yang kagum akan Allah, demikian juga aku hendak berkata:

“Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu ya Allah! Betapa besar jumlahnya!” (Mazmur 139:17).

Terpujilah Allah karena kasih-Nya!

*bukan nama sebenarnya

Baca Juga:

#Selfie

Aku adalah seorang yang ketagihan selfie. Buatku, selfie ini sangat menarik. Aku bisa menunjukkan kepada teman-teman di media sosialku tentang aktivitas dan prestasi yang telah kuraih. Begitu menyenangkan rasanya. Akan tetapi, pada akhirnya aku menyadari bahwa di balik ketagihanku berselfie, ada satu hal yang sejatinya sedang kulupakan.

Pornografi Berbicara vs Kasih Sejati Berbicara

Berkolaborasi dengan ilustrator: Willa Yang

Berbicara Pornografi adalah sebuah isu global. Itu ada di mana-mana di tengah dunia yang kita tinggali, namun tersembunyi di dalam kamar dengan pintu yang tertutup. Kita semua rentan dengan godaan pornografi ini, bahkan beberapa dari kita mungkin telah jatuh dengan sangat dalam.
Proyek ini bertujuan untuk membangkitkan kesadaran kita akan pergumulan sehari-hari ini dengan mengilustrasikan apa yang dikatakan pornografi dan membandingkannya dengan apa yang dikatakan oleh kasih yang sejati.
Kiranya kamu mendapatkan kekuatan dari kebenaran firman Tuhan untuk menang dari segala godaan dan rasa bersalah yang mungkin kamu alami karena pornografi.

pornografi-berbicara-vs-kasih-sejati-berbicara-01
Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. (Ibrani 13:4)

pornografi-berbicara-vs-kasih-sejati-berbicara-02
Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia.
(Kolose 2:9-10)

pornografi-berbicara-vs-kasih-sejati-berbicara-03
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kejadian 1:27)

pornografi-berbicara-vs-kasih-sejati-berbicara-04
Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji. (Amsal 31:30)

Pertukaran

Rabu, 22 Juli 2015

Pertukaran

Baca: Mazmur 32:1-11

32:1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!

32:2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

32:3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;

32:4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela

32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela

32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.

32:7 Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela

32:8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.

32:9 Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.

32:10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia.

32:11 Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!

Aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. —Mazmur 32:5

Pertukaran

Jen duduk di teras rumahnya sambil merenungkan sebuah pertanyaan yang menakutkan: Apakah ia perlu menulis sebuah buku? Selama ini ia suka menulis di blog dan berbicara di depan umum, tetapi ia merasa bahwa Allah mungkin menghendakinya berbuat lebih banyak lagi. “Aku bertanya kepada Allah apakah Dia mau aku melakukan ini,” katanya. Ia berbicara kepada Allah dan memohon bimbingan-Nya.

Jen mulai bertanya-tanya apakah Allah ingin supaya ia menulis tentang kecanduan suaminya terhadap pornografi dan karya Allah di dalam hidupnya dan pernikahan mereka. Namun kemudian ia berpikir bahwa hal itu mungkin akan mempermalukan suaminya di muka umum. Jadi ia berdoa, “Bagaimana jika kami menulis buku itu bersama-sama?” Ia menanyakan hal itu kepada suaminya, Craig, yang kemudian menyetujuinya.

Meskipun tidak menyebutkan dosa yang telah diperbuatnya, Raja Daud mengungkapkan pergumulannya kepada orang banyak. Ia bahkan menuliskannya dalam sebuah lagu. “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu,” tulisnya (Mzm. 32:3). Jadi, ia berkata, “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku” (ay.5). Memang tidak setiap orang harus mengemukakan pergumulan pribadi mereka di depan umum, tetapi ketika Daud mengakui dosanya, ia menemukan kedamaian dan penyembuhan yang mengilhaminya untuk menyembah Allah.

Craig dan Jen mengatakan bahwa proses penulisan kisah mereka yang sangat pribadi itu telah membawa keduanya lebih dekat satu sama lain. Alangkah serupanya itu dengan Allah, yang bersedia menukar kesalahan, rasa malu, dan keterasingan kita dengan pengampunan, keteguhan hati, dan persekutuan dengan-Nya! —Tim Gustafson

Apakah kamu merasa perlu menukarkan kesalahanmu dengan pengampunan Allah? Dia sedang menantikanmu.

Allah mengampuni mereka yang mengakui kesalahan mereka.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 31–32; Kisah Para Rasul 23:16-35