Posts

Jangan Remehkan Kemajuan Kecil

Penulis: J-Wood, Hindia Barat
Artikel asli dalam bahasa Inggris: Don’t Take Small Improvements for Granted

Dont-take-Small-Improvements-for-Granted

Kita sering mendambakan perubahan besar terjadi dalam hidup kita, namun seringkali perubahan besar baru dapat terwujud ketika kita bergerak selangkah demi selangkah melakukan perubahan kecil.

Sebagai contoh, seorang pemusik dapat memainkan alat musiknya dengan baik dengan berlatih setiap hari. Sedikit demi sedikit ia memperbaiki teknik bermainnya setiap kali berlatih. Seorang pemilik rumah dapat mengubah rumahnya dengan membuat perubahan-perubahan kecil secara bertahap, seperti memasang hiasan gantung pada dinding yang kosong, mengganti perabot lama, atau mengubah tata letak salah satu ruangan yang ada. Perbaikan-perbaikan kecil ini menjadi makin banyak seiring berjalannya waktu, dan pada akhirnya menghasilkan sebuah perubahan besar. Aku sendiri baru benar-benar memahami hal ini setelah melewati operasi besar di bulan Desember 2014.

Proses pemulihanku diperkirakan akan berlangsung selama 6-8 minggu, dan selama kurun waktu tersebut aku tidak boleh melakukan aktivitas reguler seperti menyetir mobil, berolahraga, mengangkat barang berat, dan sebagainya. Lupakan semua itu. Tubuhku sangat lemah dan mudah cedera. Aku merasa benar-benar tidak berdaya. Pada empat minggu pertama, aku bahkan tidak dapat bangkit dari tempat tidur tanpa bantuan orangtuaku. Orang-orang yang membesuk aku di rumah sakit banyak yang bertanya, “Rasanya bagaimana sekarang?” Aku menghargai perhatian mereka, tetapi aku sebenarnya berharap mereka menanyakan sesuatu yang lain. Jelas sekali aku sedang merasa tidak enak badan. Lebih baik jika mereka menanyakan, “Kamu sudah ada kemajuan apa hari ini?”

Meski awalnya kondisiku sangat lemah, sedikit demi sedikit aku mengalami kemajuan. Pada minggu keenam, aku sudah tidak lagi kesulitan untuk bangkit sendiri dari tempat tidurku.

Pengalaman ini mengajarku untuk tidak lagi menganggap remeh kemajuan-kemajuan kecil. Dalam 1 Raja-Raja 19, kita membaca kisah nabi Elia yang melarikan diri dari Izebel dan Ahab setelah ia mengalahkan nabi-nabi Baal di gunung Karmel (1 Raja-Raja 18). Masuk ke padang gurun, Elia merasa begitu putus asa hingga ia minta Allah mencabut nyawanya (1 Raja-Raja 19:4). Tetapi, Allah memulihkan Elia setahap demi setahap. Pertama-tama Dia mengirimkan makanan dan minuman untuk Elia, agar nabi itu dapat pulih kekuatannya. Beberapa saat kemudian, seorang malaikat kembali diutus Allah untuk menguatkannya sebelum berangkat ke Gunung Horeb. Kemudian, di Gunung Horeb, Allah menyatakan diri kepada Elia, bukan melalui angin besar, gempa, atau api yang mengguncang gunung itu, melainkan melalui “angin sepoi-sepoi” yang akhirnya memantapkan Elia untuk kembali pada tugasnya.

Seringkali, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan kita. Meski demikian sebagai seorang pengikut Kristus, Allah akan memimpin kita di sepanjang perjalanan. Kita dapat percaya bahwa Dia selalu siap, mau, dan sanggup membangun iman kita, melalui segala macam peristiwa, besar maupun kecil. Sebab itu, ayo rayakan kemajuan-kemajuan kecil yang terlihat dalam hidup kita, sama seperti saat kita merayakan perubahan-perubahan besar. Terpujilah nama Tuhan!

Untuk direnungkan lebih lanjut
Perubahan besar apa yang kamu dambakan terjadi dalam hidupmu? Langkah-langkah perubahan kecil apa saja yang dapat kamu ambil untuk menuju ke sana?

Dia Membimbingku

Selasa, 30 Desember 2014

Dia Membimbingku

Baca: Mazmur 23

23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

23:5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.

23:6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Ia membimbing aku ke air yang tenang. —Mazmur 23:2

Dia Membimbingku

Di Istanbul, Turki, pada tahun 2005, ada seekor domba meloncat dari sebuah tebing, lalu hampir 1.500 domba lain ikut terjun! Alhasil, kira-kira sepertiga dari kawanan domba itu mati. Karena tidak tahu ke mana harus melangkah, domba akan tanpa sadar mengikuti saja apa yang dilakukan domba-domba lain dalam kawanannya.

Tidak ada sosok yang lebih baik daripada domba yang dapat dipakai untuk menggambarkan kebutuhan kita akan seorang pemimpin yang dapat dipercaya. Kita semua, tulis Yesaya, seperti domba (Yes. 53:6). Kita cenderung memilih jalan kita sendiri. Namun sesungguhnya, kita sangat memerlukan pengarahan yang jelas dari seorang gembala.

Mazmur 23 menggambarkan karakter yang layak dipercaya dari Sang Gembala yang baik. Dia memelihara kita (ay.1); Dia menyediakan semua kebutuhan fisik kita (ay.2); Dia menunjukkan cara menjalani hidup yang benar (ay.3); Dia menyegarkan jiwa kita, menghibur kita, memulihkan kita, dan memberkati kita dengan limpah (ay.3-5); dan Dia tidak akan meninggalkan kita (ay.6).

Sungguh merupakan kelegaan yang luar biasa ketika mengetahui bahwa Allah membimbing kita dengan lembut dan pasti! Dia membimbing kita melalui nasihat Roh Kudus, pembacaan firman Tuhan, dan lewat doa. Allah adalah pemimpin yang kita perlukan dan dapat kita andalkan.

Sebagai pengakuan akan ketergantungan penuh pada Tuhan, kita bisa berkata bersama-sama pemazmur, “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang.” —DCE

Seperti domba yang terkadang keluar dari kawanannya
Dalam lika-liku hidup yang dapat menyesatkan,
Aku perlu tangan Gembalaku dan pengawasan-Nya
Untuk selalu menjagaku agar jangan tersesat. —Sanders

Anak Domba yang mati untuk menyelamatkan kita adalah Gembala yang hidup untuk menuntun kita.

Pemandu Yang Hebat

Minggu, 16 November 2014

Pemandu Yang Hebat

Baca: Yosua 1:1-9

1:1 Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian:

1:2 "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu.

1:3 Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.

1:4 Dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu.

1:5 Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.

1:6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.

1:7 Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.

1:8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.

1:9 Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi."

Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi. —Yosua 21:45

Pemandu Yang Hebat

Saat para aktor dan aktris bermain film, sang sutradaralah yang melihat “gambar besarnya” dan memahami seluruh pengarahan yang dibutuhkan. Aktris Marion Cotillard mengakui bahwa ia tidak memahami setiap hal yang dilakukan oleh seorang sutradara pada salah satu film terbarunya. Ia berkata, “Menurutku sangat menarik untuk membiarkan diriku terhanyut, karena aku tahu aku punya seorang pemandu yang hebat . . . . Aku cukup menyerahkan diri sepenuhnya pada suatu cerita dan pada seorang sutradara yang akan membuat semuanya berjalan lancar.”

Menurut saya, Yosua dapat mengatakan hal yang serupa tentang Sutradara hidupnya. Dalam bacaan Alkitab hari ini, pemimpin Israel yang baru ditunjuk tersebut berdiri di ambang Tanah Perjanjian. Lebih dari 2 juta orang Israel kini mengharapkannya untuk memimpin mereka. Bagaimana ia akan melakukannya? Allah tidak memberi Yosua naskah yang terperinci, tetapi Dia memberinya jaminan bahwa Dia akan menyertainya.

Allah berkata, “Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau” (Yos. 1:5). Dia memerintahkan Yosua untuk mempelajari dan melakukan seluruhnya yang tertulis dalam firman- Nya (ay.7-8). Dia juga berjanji menyertai Yosua ke mana pun ia pergi. Yosua merespons dengan ketaatan dan penyerahan total kepada Pemandunya yang hebat, dan “dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN . . ., tidak ada yang tidak dipenuhi” (21:45).

Kita juga dapat menyerahkan diri kita untuk diarahkan sepenuhnya oleh Sutradara kita dan mempercayai kesetiaan-Nya. —PFC

Tenanglah kini hatiku:
Tuhan memimpin langkahku.
Di tiap saat dan kerja,
Tetap kurasa tangan-Nya. —Gilmore
(Kidung Jemaat, No. 410)

Iman tak pernah tahu ke mana ia dibawa; ia tahu dan mengasihi Dia yang memimpin. —Oswald Chambers

Siulan

Rabu, 24 September 2014

Siulan

Baca: Zakharia 10:1-8

10:1 Mintalah hujan dari pada TUHAN pada akhir musim semi! Tuhanlah yang membuat awan-awan pembawa hujan deras, dan hujan lebat akan Diberikannya kepada mereka dan tumbuh-tumbuhan di padang kepada setiap orang.

10:2 Sebab apa yang dikatakan oleh terafim adalah jahat, dan yang dilihat oleh juru-juru tenung adalah dusta, dan mimpi-mimpi yang disebutkan mereka adalah hampa, serta hiburan yang diberikan mereka adalah kesia-siaan. Oleh sebab itu bangsa itu berkeliaran seperti kawanan domba dan menderita sengsara sebab tidak ada gembala.

10:3 "Terhadap para gembala akan bangkit murka-Ku dan terhadap kepala-kepala kawanan kambing Aku akan mengadakan pembalasan, sebab TUHAN semesta alam memperhatikan kawanan ternak-Nya, yakni kaum Yehuda, dan membuat mereka sebagai kuda keagungan-Nya dalam pertempuran.

10:4 Dari pada mereka akan muncul batu penjuru, dari pada mereka akan muncul patok kemah, dari pada mereka akan muncul busur perang, dari pada mereka akan keluar semua penguasa bersama-sama.

10:5 Maka mereka akan seperti pahlawan yang menginjak-injak musuh seakan-akan itu lumpur di jalan; mereka akan berperang, sebab TUHAN menyertai mereka, dan mereka akan membuat malu orang-orang yang mengendarai kuda.

10:6 Aku akan membuat kuat kaum Yehuda, dan Aku menyelamatkan keturunan Yusuf. Aku akan membawa mereka kembali, sebab Aku menyayangi mereka; dan keadaan mereka seakan-akan tidak pernah ditolak oleh Aku, sebab Akulah TUHAN, Allah mereka, dan Aku akan menjawab mereka.

10:7 Efraim akan seperti seorang pahlawan, hati mereka akan bersukacita seperti oleh anggur. Anak-anak mereka akan melihatnya, lalu bersukacita dan hati mereka bersorak-sorak karena TUHAN.

10:8 Aku akan bersiul memanggil mereka dan Aku akan mengumpulkan mereka, sebab Aku sudah membebaskan mereka, dan jumlah mereka menjadi banyak seperti dahulu.

Aku akan bersiul memanggil mereka dan Aku akan mengumpulkan mereka, sebab Aku sudah membebaskan mereka. —Zakharia 10:8

Siulan

Di La Gomera, salah satu pulau terkecil di Kepulauan Canaria, sedang digalakkan kembali penggunaan suatu bahasa yang bunyinya terdengar seperti nyanyian burung. Di tanah dengan lembah yang dalam dan jurang yang terjal, anak-anak sekolah dan para wisatawan mempelajari bagaimana siulan pernah dipakai untuk berkomunikasi hingga jarak sejauh 2 mil. Seorang gembala kambing yang kembali memanfaatkan bahasa kuno itu untuk berkomunikasi dengan ternaknya berkata, “Mereka mengenali siulan saya seperti mereka mengenali suara saya.”

Siulan juga ada dalam Alkitab, ketika Allah digambarkan sebagai gembala yang bersiul memanggil domba-domba-Nya. Gambaran itulah yang mungkin tertanam dalam benak sang nabi ketika menggambarkan Allah yang kelak akan bersiul memanggil umat yang telah tersesat dan tercerai-berai untuk kembali kepada-Nya (Zak. 10:8).

Berabad-abad kemudian Yesus bersabda, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku” (Yoh. 10:27). Mungkin yang dimaksud adalah siulan seorang gembala. Domba tidak memahami kata-kata, tetapi mengenali bunyi yang menandakan keberadaan sang gembala.

Suara-suara yang menyesatkan dan bunyi-bunyian yang mengganggu terus bersaing untuk merebut perhatian kita (baca Zak. 10:2). Namun Allah selalu memiliki cara untuk memberikan tanda kehadiran-Nya kepada kita, dan tidak selalu dengan kata-kata. Melalui beragam peristiwa yang membuat kita waspada atau menguatkan kita, Allah mengingatkan kita akan tuntunan, perlindungan, dan kehadiran-Nya bagi kita. —MRD II

Bapa, dunia ini sungguh bising. Terima kasih karena Engkau
selalu memanggil kami di tengah hiruk-pikuk dan keributan
yang mengalihkan perhatian kami. Tolong kami untuk mengenali
suara-Mu dan mengikuti tuntunan-Mu.

Panggilan Allah senantiasa terdengar jelas.

Bertahan Atau Jalan Terus?

Sabtu, 26 Mei 2012

Bertahan Atau Jalan Terus?

Baca: Keluaran 14:5-22

Berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu.” —Keluaran 14:13

Bangsa Israel terjebak. Ketika baru saja meninggalkan perbudakan dan Mesir, mereka menyaksikan suatu pemandangan yang menakutkan. Ada awan debu bergerak ke arah mereka, dan dibalik awan itu ada banyak tentara Mesir. “Penyakit” keras hati Firaun kumat lagi (Kel. 14:8). Alhasil, Firaun mengirim kereta-kereta tempurnya untuk mengejar Musa dan bangsa Israel.

Ketika pasukan Mesir hampir menyusul bangsa Israel, rasanya sudah tidak ada harapan lagi. Bangsa Israel terjebak di antara pasukan itu dan laut yang besar. Dalam keadaan panik, mereka berseru kepada Musa dan Allah.

Baik Musa dan Allah menanggapi seruan ini dengan perintah. Musa berkata: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu” (Kel. 14:13). Dan Allah berfirman, “Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat.” (ay.15). Meski sekilas kedua perintah ini tampak bertentangan tetapi keduanya berasal dari Allah dan benar adanya. Pertama, bangsa Israel harus “berdiri tetap” atau “bertahan” sampai menerima perintah dari Allah. Apa jadinya jika mereka bergegas menuju ke Laut Merah tanpa bertanya terlebih dulu kepada Allah? Namun dengan berdiri tetap, mereka mendengar perintah Allah, tentang apa yang harus mereka lakukan—melanjutkan perjalanan dan apa yang harus Musa lakukan, yaitu mengulurkan tangan ke atas laut dalam ketaatan dan Allah akan membelah airnya.

Apakah situasi yang ada telah membuat Anda terjebak? Berdirilah tetap. Sediakan waktu untuk bertanya kepada Allah dan mendengarkan firman-Nya. Kemudian, dengan menggunakan petunjuk-Nya, berjalanlah maju dan izinkan Allah menuntun Anda. —JDB

Segelap apa pun jalan yang dilalui,
Setebal apa pun awan hari demi hari,
Allah akan arahkan segala yang kita lakukan
Jika kita ambil waktu untuk berdoa. —Mead

Jika Anda sedang mencari tuntunan, jadikan Kristus sebagai penuntun Anda.

Kesempatan Yang Terbuka

Rabu, 11 April 2012

Kesempatan Yang Terbuka

Baca: 1 Korintus 16:1-12

Sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting. —1 Korintus 16:9

Seorang filsuf asal Denmark, Søren Kierkegaard (1813–1855) menulis: “Jika saya bisa meminta sesuatu, saya tidak akan minta kekayaan dan kekuasaan, tetapi . . . meminta mata yang selalu awas dan terang, peka melihat kesempatan.”

Paulus melihat adanya sejumlah kesempatan pelayanan yang besar dalam situasi hidup yang dialaminya. Ia memakai kesempatan yang dibukakan Allah untuk menjadi saksi bagi Kristus. Ketika ditangkap di Yerusalem dan tampil di hadapan Gubernur Felix, ia mengambil kesempatan itu untuk memberitakan Injil (Kis. 24:24). Ketika ia dan Silas di penjara, mereka membagikan Injil kepada sang kepala penjara di Filipi (Kis. 16:25-34). Di kemudian hari, Paulus menggunakan pengalamannya dalam penjara di Roma sebagai kesempatan untuk menguatkan iman jemaat di Filipi (Flp. 1:12-18).

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus mengatakan kepada orang percaya di sana bahwa ia ingin sekali berkunjung dan tinggal beberapa waktu lamanya dengan mereka, akan tetapi ia harus tinggal di Efesus karena adanya pintu kesempatan untuk pelayanan: “Aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta, sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang” (1 Kor. 16:8-9). Paulus juga melibatkan sesamanya dengan cara meminta mereka untuk berdoa agar terbuka kesempatan baginya untuk memberitakan tentang Kristus (Kol. 4:3).

Mintalah kepada Allah untuk menunjukkan pintu kesempatan pelayanan mana yang terbuka. Bisa jadi Anda akan terkejut dengan apa yang Anda lihat. —HDF

Yesus berkata kepada setiap kita:
“Pikul salibmu dan ikutlah Aku.”
Ketika Anda merasakan panggilan Roh Kudus,
Rebutlah kesempatan itu! —Hess

Di balik pintu kesempatan yang Allah buka, ada tanggung jawab kita untuk melangkah.

Paradigma Baru Tentang Perubahan

Minggu, 1 April 2012

Paradigma Baru Tentang Perubahan

Baca: Yohanes 10:7-18

Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku —Yohanes 10:14

Pada umumnya, tidak ada orang yang suka pada perubahan. Namun, yang tidak kita sukai biasanya adalah perubahan yang kita pikir akan memperburuk daripada memperbaiki situasi kita. Kita tidak ragu untuk pindah pekerjaan jika ditawari gaji dan posisi yang lebih tinggi. Dengan gembira, kita bersedia pindah ke rumah yang lebih besar dalam lingkungan yang lebih baik. Jadi, yang tidak kita sukai bukanlah perubahan itu sendiri, melainkan perubahan yang merenggut sesuatu dari kita—baik itu kehilangan secara fisik, emosional, atau psikologis.

Perubahan bukan saja tidak dapat dihindari, tetapi juga diperlukan. Jika segala sesuatu tetap sama, tidak akan ada yang bertumbuh. Akan tetapi, kita mempunyai Gembala yang membimbing kita melalui perubahan itu dan menuntun kita ke tempat yang lebih baik. Dalam perjalanan itu, kesulitan mungkin menghadang. Inilah yang dialami bangsa Israel dalam perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian. Mereka menggerutu ketika situasi mereka bukannya semakin baik dan justru bertambah buruk (Kel. 15:24; Bil. 14:2). Namun kita mempunyai Yesus sebagai teladan. Dalam waktu kurang dari seminggu, Dia berubah dari seorang pemimpin yang diikuti banyak orang menjadi seorang yang diabaikan oleh semua. Antara Minggu Palem dan Jumat Agung, Sang Gembala yang Baik berubah menjadi Anak Domba Paskah. Karena Kristus dengan rela menjalani penderitaan, Allah meninggikan Dia ke tempat yang tertinggi (Yoh. 10:11; Flp. 2:8-9).

Tidak semua perubahan itu menyenangkan, tetapi ketika kita dituntun ke tempat yang lebih baik oleh Tuhan yang mengasihi kita, perubahan itu tidak perlu kita takuti. —JAL

Aku tak tahu, tetapi Tuhan tahu;
Indahnya bebas dari takut!
Hari-hariku yang mendatang
Bagi-Nya jelas dan terbentang. —Flint

Iman dalam Kristus akan menjaga kita tetap teguh di tengah gelora perubahan.