Posts

Apa yang Mengendalikan Pikiranmu?

Hari ke-25 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 4:8-9

4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

4:9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

Semua berawal dari hal yang sepele. Aku melihat deretan jadwal pekerjaan paruh waktuku untuk seminggu ke depan dan aku merasa lelah. Lalu untuk yang keseribu kalinya aku berharap untuk memperoleh pekerjaan tetap seperti kebanyakan teman-temanku. Aku mengkhawatirkan kondisi keuanganku yang berada di ujung tanduk. Bagaimana jika suatu saat aku kehilangan pekerjaanku? Bagaimana aku bisa membayar biaya sewa dan membeli keperluan sehari-hari?

Aku semakin menderita karena merasa belum bekerja keras sehingga aku mulai memikirkan cara untuk mendapatkan pekerjaan tambahan. TIdak berhenti sampai di situ, aku pun iri melihat teman-temanku yang memiliki jenjang karier bagus, yang memberikan mereka penghargaan dan kesempatan untuk naik jabatan setiap mereka menunjukkan performa yang baik di tempat kerjanya.

Sebelum aku menyadarinya, pola pikirku yang buruk ini membuatku terjebak dalam pemahaman bahwa aku harus berjuang untuk diriku sendiri. Pada akhirnya, aku jadi kepahitan dan menganggap bahwa Allah tidak bersedia menolongku, yang kemudian memengaruhi bagaimana aku bersikap pada-Nya.

Yang awalnya hanya sekadar pemikiran, ketika diimani dan diladeni dalam cara yang negatif dapat berlanjut menjadi tindakan nyata. Pada akhirnya, pikiran tersebut berkuasa untuk menentukan tindakanku. Jika kebiasaan berpikir negatif ini terus kupelihara seperti yang pernah kualami sebelumnya, karakterku dapat berubah secara total dan hubunganku dengan Allah pun memburuk.

Paulus menyadari pentingnya menjaga pikiran. Ia mengetahui bahwa setiap pikiran yang kita hasilkan dapat menjadi faktor penentu, apakah kita ‘berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus’ (Filipi 3:14). Pikiran kita memiliki peran yang besar dalam membentuk realitas kita.

Dalam pasal terakhir kitab Filipi, Paulus memberikan nasihat tentang bagaimana kita dapat mengembangkan suatu cara berpikir yang dapat menuntun kita pada hidup yang berkemenangan. Daripada berlarut-larut dalam ketakutan dan frustrasi, Paulus mendorong kita untuk memikirkan “semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji” (Filipi 4:8). Hal-hal yang disebutkan di atas berakar pada kebaikan Tuhan yang tidak terelakkan.

Sederhananya, selama kita mengembangkan pola pikir yang berdasar pada karakter Allah, kita mampu membedakan mana yang kehendak Allah, dan mana yang tidak! Kita akan mengetahui jalur yang mengarahkan kita pada kehidupan, dan kita akan memilih untuk berjalan di dalamnya.

Bahkan hal-hal terkecil sekalipun—jikalau memang nyata, mulia, dan benar—dapat menjadi sumber anugerah Tuhan yang melimpah. Apakah seseorang pernah membuat harimu menjadi lebih baik hanya dengan melakukan sesuatu yang sederhana? Apakah kita pernah melakukan sesuatu untuk seseorang dan mendatangkan sukacita bagi kita? Ketika kita pernah mengalami hal-hal ini, maka perlu kita sadari bahwa Tuhan bekerja di balik hal-hal tersebut.

Paulus kemudian menasihati kita untuk melatih diri agar menjadi semakin serupa dengan Kristus, yang telah kita “pelajari, terima, atau dengar” dari orang lain (Filipi 4:9). Kita tidak hanya memikirkan kebaikan-kebaikan yang telah Allah lakukan, tetapi juga meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari kita. Setiap kita menghidupi firman-Nya, kita akan selalu teringat bagaimana Ia benar-benar hadir dalam hidup kita. Hal ini menyelaraskan realita hidup kita dengan firman-Nya dan membantu kita untuk senantiasa menyadari sebuah fakta bahwa Ia selalu bekerja.

Dengan berfokus pada kebaikan Tuhan, pandanganku terhadap hidup kini berubah. Hal ini memberanikanku untuk tetap memfokuskan diri pada kebenaran sejati kala kecemasan dan kekhawatiran melingkupiku: Aku tidak dilupakan. Aku tetap tenang.

Lewat kepercayaan dan keyakinan ini, kita dapat hidup dalam cara yang mencerminkan kebaikan Allah. Melalui cara ini kita juga dapat mengungkapkan kebaikan Allah pada orang-orang di sekitar kita.—Nelle Lim, Singapura

Handlettering oleh Novia Jonatan

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Pikiran apa yang meliputi benakmu? Apakah pikiran-pikiran itu sejalan dengan kebenaran firman Tuhan? Tuliskan dan doakanlah pada Allah dalam doamu!

2. Bagian hidup manakah yang kamu rasa belum terjamah damai sejahtera Allah? Mintalah Allah untuk membantumu menyerahkannya kepada Dia.

3. Apa sajakah pemikiran-pemikiran yang benar, mulia, dan manis yang dapat menggantikan pikiran-pikiran negatif?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Nelle Lim, Singapura | Nelle suka menonton siaran klasik di TV. Dia percaya cerita yang baik dapat menolong kita menemukan kepercayaan diri kita. Nelle mungkin saja jadi orang yang terhilang jika tidak ada Yesus, sang Pengarang Cerita Hidup.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Pikiran Yang Menggertak, Menggeram

Kamis, 1 Agustus 2013

Pikiran Yang Menggertak, Menggeram

Baca: Mazmur 59

Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. —Mazmur 59:17

Bertahun-tahun yang lalu, saya dan Ayah berjalan lintas alam melalui Big Bend di Texas. Saat ini tempat tersebut sudah dijadikan taman nasional, tetapi pada waktu itu masih merupakan daerah yang belum terawat.

Suatu malam, ketika sedang menggelar kantung tidur, muncul sepasang suami-istri dengan seekor anjing dan meminta izin untuk berkemah di dekat kami. Kami menyambut mereka lalu beranjak tidur. Mereka mengikat anjingnya di tonggak di samping tenda.

Beberapa jam kemudian Ayah membangunkan saya sambil mengarahkan lampu senter ke arah kegelapan. Kami dapat melihat berpasang-pasang bola mata berwarna kuning mengintip dari dalam gelap. Sekelompok anjing hutan mengepung anjing tetangga kami sambil menggertak dan menggeram. Meski kami berhasil mengusirnya dan tetangga kami memasukkan anjing itu ke dalam tendanya, kami tak bisa tidur nyenyak malam itu.

Saya teringat pada peristiwa malam itu saat membaca Mazmur 59 dan penggambaran Daud yang diulang sebanyak dua kali: “Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing” (ay.7,15). Daud sedang membayangkan tentang tentara Saul yang mengepungnya, namun saya berpikir tentang beragam pemikiran yang terus kembali untuk merongrong kita. Pemikiran itu datang pada malam hari, sambil menggertak dan menggeram: “Kamu bodoh.” “Kamu pecundang.” “Kamu tak berguna.” “Siapa yang butuh kamu?”

Ketika dirongrong oleh pemikiran seperti itu, kiranya kita bisa bersukacita dengan mengingat kasih Allah yang tanpa syarat dan tak berkesudahan. Kesetiaan-Nya yang teguh menjadi tempat perlindungan kita dari kelamnya rasa ragu dan takut (ay.17). —DHR

Ya Tuhan, aku bersyukur karena Engkau mengasihiku tanpa syarat.
Jauhkanlah pikiran merusak yang selalu kembali untuk merampas
keyakinanku terhadap Engkau dan karya-Mu dalam diriku.
Aku ingin bersandar kepada-Mu dan di dalam kasih setia-Mu.

Kesadaran bahwa Allah mengasihi kita bisa menepis segala keraguan hati kita.

Ulat Telinga

Sabtu, 20 Juli 2013

Ulat Telinga

Baca: Filipi 4:4-9

Semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji—pikirkanlah semuanya itu. —Filipi 4:8

Mereka menggali. Mereka menggali semakin dalam. Mereka melekatkan dirinya di dalam kepala Anda. Earworms (ulat telinga) adalah sebuah istilah yang awalnya digunakan untuk serangga saja, tetapi yang sekarang menjadi sebutan bagi nada-nada lagu tertentu yang tidak bisa Anda lupakan. Lagu-lagu seperti The Lion Sleeps Tonight, lagu Barney, atau lagu yang menjadi mimpi buruk bagi saya: It’s a Small World After All.

Ada yang mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk menghilangkan pengaruh yang merasuki pikiran ini adalah menggantikannya dengan nada lagu lainnya—suatu lagu yang “lebih bersih”. Lirik dan nada lagu yang baru itu dapat mengenyahkan lirik dan nada lagu yang lama.

Mungkin kita perlu memakai lagu yang lebih bersih untuk pikiran kita juga. Ketika pikiran-pikiran yang penuh hawa nafsu dan niat balas dendam mulai merasuki benak kita, kita dapat membersihkan pikiran kita dengan jalan membaca dan merenungkan firman Allah.

Alkitab mengajar kita untuk mengasihi Tuhan “dengan segenap hati [kita] dan dengan segenap jiwa [kita] dan dengan segenap akal budi [kita]” (Mat. 22:37) serta tidak “menjadi serupa dengan dunia ini” tetapi “berubahlah oleh pembaharuan budi [kita]” (Rm. 12:2). Alkitab menasihati kita untuk memikirkan hal-hal yang mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji (Flp. 4:8).

Ketika pikiran kita mulai mengembara dan dikotori dosa, “alat pembersih” yang paling mujarab adalah dengan membiarkan hikmat Alkitab meresap ke dalam pikiran dan hati kita (2Tim. 3:16). —CHK

Ya Tuhan, kami rindu menyediakan waktu untuk membaca firman-Mu.
Kami tahu bahwa merenungkan firman-Mu bisa mengisi pikiran kami
akan Engkau dan menolong kami untuk waspada agar kami tidak
memikirkan hal yang berdosa. Tolonglah kami untuk melakukannya.

Karakter diri dibentuk oleh perpaduan seluruh pikiran, perkataan, dan perbuatan kita.