Posts

Sepatu Kuda yang Salah

Minggu, 24 Juli 2016

Sepatu Kuda yang Salah

Baca: Mazmur 34:12-19

34:12 Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!

34:13 Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?

34:14 Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu;

34:15 jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya!

34:16 Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong;

34:17 wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi.

34:18 Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.

34:19 TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.

Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? Jagalah lidahmu terhadap yang jahat. —Mazmur 34:13-14

Sepatu Kuda yang Salah

Kekalahan pasukan Napoleon di Rusia 200 tahun lalu dikaitkan dengan kerasnya kondisi musim dingin di sana. Ternyata salah satu masalah spesifik yang ditemui adalah kuda-kuda yang dikerahkannya masih memakai sepatu untuk musim panas. Saat musim dingin tiba, kuda-kuda yang menarik kereta perbekalan itu mati terpeleset di atas jalan yang licin oleh es. Terputusnya perbekalan membuat pasukan Napoleon berkurang drastis dari 400.000 menjadi 10.000 tentara. Kekeliruan kecil yang membawa bencana besar!

Yakobus menjelaskan bagaimana ucapan yang sembrono dapat mengakibatkan kerusakan besar. Satu kata yang salah diucapkan dapat menghancurkan karier atau hidup seseorang. Begitu mematikannya lidah sehingga Yakobus menulis, “Tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yak. 3:8). Di zaman modern ini, masalahnya semakin meningkat karena kecerobohan dalam menulis e-mail atau pesan di media sosial dapat menimbulkan masalah besar. Pesan itu dapat tersebar luas dengan begitu cepat dan tidak selalu bisa ditarik kembali.

Raja Daud mengaitkan penghormatan kepada Tuhan dengan cara kita berkata-kata. Ia menulis, “Takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu! . . . Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu” (Mzm. 34:12,14). Ia pun bertekad, “Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang”(Mzm. 39:2). Ya Tuhan, tolonglah kami berbuat demikian juga. —C. P. Hia

Apa yang diajarkan Yakobus 3:1-12 dan Amsal 18:1-8 tentang ucapan yang sembrono?

Perkataan kita dapat membangun atau justru menghancurkan orang lain.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 35-36; Kisah Para Rasul 25

Artikel Terkait:

Belajar Mengendalikan Lidah

Salah satu cara orang dapat melihat iman kita adalah dengan melihat tutur kata kita. Menyandang status Kristen tidak serta-merta membuat kita bisa bertutur kata dengan sempurna. Kita harus belajar mengendalikan lidah agar apa yang keluar dari mulut kita dapat memberkati orang lain. Bagaimana perspektif Alkitab mengenai hal ini?

Ulangi Perkataan Saya

Senin, 13 Juni 2016

Ulangi Perkataan Saya

Baca: Mazmur 141

141:1 Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu!

141:2 Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.

141:3 Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!

141:4 Jangan condongkan hatiku kepada yang jahat, untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang fasik bersama-sama dengan orang-orang yang melakukan kejahatan; dan jangan aku mengecap sedap-sedapan mereka.

141:5 Biarlah orang benar memalu dan menghukum aku, itulah kasih; tetapi janganlah minyak orang fasik menghiasi kepalaku! Sungguh aku terus berdoa menentang kejahatan-kejahatan mereka.

141:6 Apabila mereka diserahkan kepada hakim-hakimnya, maka mereka akan mendengar, bahwa perkataan-perkataanku menyenangkan.

141:7 Seperti batu yang dibelah dan dihancurkan di tanah, demikianlah akan berhamburan tulang-tulang mereka di mulut dunia orang mati.

141:8 Tetapi kepada-Mulah, ya ALLAH, Tuhanku, mataku tertuju; pada-Mulah aku berlindung, jangan campakkan aku!

141:9 Lindungilah aku terhadap katupan jerat yang mereka pasang terhadap aku, dan dari perangkap orang-orang yang melakukan kejahatan.

141:10 Orang-orang fasik akan jatuh serentak ke dalam jala mereka, tetapi aku melangkah lalu.

Ya Tuhan, jagalah mulutku dan awasilah bibirku! —Mazmur 141:3 BIS

Ulangi Perkataan Saya

Ketika Rebecca berdiri di atas panggung untuk berbicara dalam sebuah konferensi, kalimat pertama yang diucapkannya melalui mikrofon bergema ke seluruh ruangan. Ia merasa kurang nyaman saat mendengar kembali ucapannya sendiri, tetapi ia harus menyesuaikan diri dengan kelemahan perangkat suara yang ada dan mencoba untuk tidak menghiraukan gema yang terdengar setiap kali ia mengucapkan sesuatu.

Bayangkan jika kita harus mendengar ulang setiap kata yang kita ucapkan! Alangkah indahnya kalau ucapan yang kita dengar kembali adalah kata-kata seperti “Aku mengasihimu” atau “Maafkan kesalahanku” atau “Terima kasih, Tuhan” atau “Aku mendoakanmu”. Akan tetapi, tidak semua kata-kata yang kita ucapkan seindah, selembut, atau sebaik itu. Bagaimana dengan kemarahan meluap-luap atau komentar merendahkan yang pernah kita ucapkan? Tentu tidak seorang pun ingin mendengar kata-kata yang amat kita sesalkan itu.

Seperti Daud sang pemazmur, kita rindu ucapan kita dikendalikan oleh Tuhan. Ia berdoa, “Ya Tuhan, jagalah mulutku dan awasilah bibirku.” (Mzm. 141:3 BIS). Syukurlah, Tuhan mau melakukannya. Dia dapat menolong kita untuk mengendalikan ucapan kita. Ia sanggup menjaga mulut dan bibir kita.

Sementara kita belajar untuk memperhatikan dengan cermat segala ucapan yang keluar dari mulut kita dan mendoakan perkataan yang hendak kita ucapkan, Tuhan akan mengajar kita dengan sabar dan memampukan kita untuk mempunyai pengendalian diri. Lebih dari semua itu, Dia mengampuni ketika kita gagal dan Dia senang ketika melihat kita mau bergantung kepada-Nya. —Anne Cetas

Cobalah mengingat-ingat perkataan yang baru-baru ini pernah kamu ucapkan tetapi yang kemudian kamu sesali. Mintalah kepada Tuhan agar Dia menolongmu untuk menjauhi kata-kata yang tidak pantas.

Penguasaan lidah adalah bagian dari pengendalian diri.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 6-8; Yohanes 21

Artikel Terkait:

5 Tips Menghentikan Kebiasaan Bergosip

Bergosip mungkin adalah hal yang sangat menyenangkan bagi kita. Namun, tentunya kita tahu bahwa kebiasaan bergosip ini tidaklah baik. Masalahnya kadang kita sulit untuk melepaskan kebiasaan buruk ini. Gracea membagikan 5 tips yang telah menolongnya untuk menghentikan kebiasan bergosip. Yuk temukan 5 tips tersebut dalam artikel ini.

Kebun Binatang Ayahnya

Jumat, 29 Januari 2016

Kebun Binatang Ayahnya

Baca: 1 Raja-Raja 4:29-34

4:29 Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut,

4:30 sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir.

4:31 Ia lebih bijaksana dari pada semua orang, dari pada Etan, orang Ezrahi itu, dan dari pada Heman, Kalkol dan Darda, anak-anak Mahol; sebab itu ia mendapat nama di antara segala bangsa sekelilingnya.

4:32 Ia menggubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima.

4:33 Ia bersajak tentang pohon-pohonan, dari pohon aras yang di gunung Libanon sampai kepada hisop yang tumbuh pada dinding batu; ia berbicara juga tentang hewan dan tentang burung-burung dan tentang binatang melata dan tentang ikan-ikan.

4:34 Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu.

Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam. —Amsal 12:10

Kebun Binatang Ayahnya

June Williams baru berumur empat tahun ketika ayahnya membeli tanah seluas 2,8 hektar sebagai lokasi bagi pembangunan sebuah kebun binatang tanpa jeruji besi atau kandang. Setelah bertumbuh besar, June mengingat betapa kreatifnya sang ayah dalam menolong satwa liar itu merasa bebas di dalam kurungan mereka. Kini Chester Zoo merupakan salah satu dari atraksi satwa liar yang paling terkenal di Inggris. Kebun binatang yang menjadi kediaman bagi 11.000 hewan di atas tanah seluas 44,5 hektar tersebut mencerminkan kepedulian ayahnya terhadap kesejahteraan, pelatihan, dan pelestarian satwa.

Salomo memiliki ketertarikan serupa pada seluruh makhluk ciptaan Tuhan, baik besar maupun kecil. Selain mempelajari kehidupan fauna dari Timur Tengah, ia juga mendatangkan binatang-binatang eksotis, seperti kera dan burung merak dari negeri yang jauh (1Raj. 10:22). Namun salah satu amsal yang ditulisnya menunjukkan kepada kita bahwa pengetahuan Salomo tentang alam bukan sekadar keingintahuan intelektual semata. Dengan meng-ungkapkan implikasi rohani dari sikap kita dalam memperlakukan hewan peliharaan kita, ia mencerminkan isi hati Allah Pencipta kita: “Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam” (Ams. 12:10).

Dengan hikmat dari Allah, Salomo melihat bahwa hubungan kita dengan Pencipta kita tidak hanya mempengaruhi cara kita memperlakukan sesama, tetapi juga seberapa besarnya perhatian yang kita berikan pada hewan peliharaan kita. —Mart Dehaan

Bapa di surga, ketika kami memikirkan tentang keajaiban dan keanekaragaman dari dunia satwa ciptaan-Mu, tolonglah kami untuk tidak hanya menyembah-Mu, tetapi juga memelihara apa yang telah Engkau percayakan kepada kami.

Allah adalah Pemilik sejati dari seluruh ciptaan-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 21-22; Matius 19

Kata-Kata yang Sembrono

Senin, 25 Januari 2016

Kata-Kata yang Sembrono

Baca: Yakobus 3:1-12

3:1 Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.

3:2 Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

3:3 Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

3:4 Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.

3:5 Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.

3:6 Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.

3:7 Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia,

3:8 tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.

3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,

3:10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.

3:11 Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?

3:12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.

Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. —Yakobus 3:5

Kata-Kata yang Sembrono

Kesehatan putri saya sering bermasalah akhir-akhir ini, dan suaminya sangat memperhatikan dan mendukungnya. “Kamu sungguh beruntung!” kata saya.

“Ah, Mama tak berpikir begitu saat pertama kali aku mengenalnya,” jawabnya kepada saya dengan cengiran.

Putri saya benar. Ketika Icilda dan Philip bertunangan, saya agak khawatir. Masing-masing dari mereka memiliki kepribadian yang jauh berbeda. Keluarga kami besar dan heboh, sementara Philip bersifat pendiam. Dan saya menyampaikan tentang kekhawatiran tersebut kepada putri saya secara blak-blakan.

Saya sangat terkejut saat menyadari bahwa kritikan yang saya katakan tanpa pikir panjang 15 tahun lalu itu ternyata masih diingatnya dan mungkin saja menghancurkan relasi yang telah terbukti langgeng dan bahagia. Hal itu mengingatkan saya betapa kita perlu menjaga ucapan kita kepada orang lain. Begitu banyak dari kita yang dengan cepat mengutarakan apa yang kita anggap sebagai kelemahan dalam diri keluarga, teman, atau rekan kerja, atau kita lebih berfokus pada kesalahan daripada keberhasilan mereka. “Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh,” ucap Yakobus (3:5), tetapi dapat mengeluarkan perkataan yang menghancurkan relasi atau sebaliknya, menciptakan kedamaian dan harmoni di tengah lingkungan tempat kerja, gereja, atau keluarga.

Mungkin kita harus menjadikan doa Daud sebagai doa kita setiap kali kita mengawali hari: “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” (Mzm. 141:3). —Marion Stroud

Bapa, tolonglah aku mengekang perkataanku yang sembrono dan jagalah lidahku hari ini dan setiap hari.

Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak. —Amsal 25:11

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 12-13; Matius 16