Posts

Ada Wi-Fi?

Rabu, 12 September 2018

Ada Wi-Fi?

Baca: Amsal 15:9-21

15:9 Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya.

15:10 Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati.

15:11 Dunia orang mati dan kebinasaan terbuka di hadapan TUHAN, lebih-lebih hati anak manusia!

15:12 Si pencemooh tidak suka ditegur orang; ia tidak mau pergi kepada orang bijak.

15:13 Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.

15:14 Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk dengan kebodohan.

15:15 Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.

15:16 Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan.

15:17 Lebih baik sepiring sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian.

15:18 Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.

15:19 Jalan si pemalas seperti pagar duri, tetapi jalan orang jujur adalah rata.

15:20 Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya.

15:21 Kebodohan adalah kesukaan bagi yang tidak berakal budi, tetapi orang yang pandai berjalan lurus.

Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk dengan kebodohan. —Amsal 15:14

Ada Wi-Fi?

Ketika saya sedang mempersiapkan perjalanan misi bersama sejumlah anak muda, pertanyaan yang paling sering diajukan adalah, “Apakah di sana ada Wi-Fi?” Saya meyakinkan mereka bahwa ada Wi-Fi di sana. Bayangkanlah seperti apa keluh kesah mereka ketika pada suatu malam Wi-Fi itu mati!

Banyak dari kita menjadi cemas ketika harus terpisah dari ponsel kita. Dan ketika tangan kita memegang ponsel, perhatian kita pun tidak bisa lepas dari layar ponsel itu.

Seperti banyak hal lainnya, internet dan segala sesuatu yang bisa kita akses dengannya dapat menjadi gangguan atau sebaliknya menjadi berkat, tergantung pada cara kita memperlakukannya. Dalam kitab Amsal, kita membaca, “Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk dengan kebodohan” (15:14).

Untuk menerapkan hikmat Alkitab tersebut dalam hidup ini, kita dapat bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita terus-menerus terdesak untuk mengecek akun media sosial kita sepanjang hari? Apakah sikap kita memberikan petunjuk tentang apa yang sebenarnya didambakan hati kita? Lalu, apakah hal-hal yang kita baca atau tonton di dunia maya mendorong kita untuk hidup lebih bijak (ay.16-21) ataukah kita lebih suka menikmati sampah, yakni gosip, fitnah, materialisme, atau percabulan?

Di saat kita berserah pada karya Roh Kudus, kita dapat memenuhi pikiran kita dengan semua “yang benar, yang terhormat, yang adil, murni, manis, dan baik” (Flp. 4:8 bis). Dengan hikmat Allah, kita dapat membuat pilihan-pilihan baik yang memuliakan-Nya. —Poh Fang Chia

Allah, tolong aku untuk menggunakan waktuku dengan baik dan mengisi pikiranku dengan hal-hal yang suci.

Apa yang diserap pikiran kita akan membentuk jiwa kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 13-15; 2 Korintus 5

Batal Kirim

Sabtu, 26 November 2016

Batal Kirim

Baca: 1 Petrus 3:8-12

3:8 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati,

3:9 dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab:

3:10 “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.

3:11 Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.

3:12 Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat.”

Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat harihari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapanucapan yang menipu. —1 Petrus 3:10

Batal Kirim

Pernahkah kamu mengirim e-mail dan tiba-tiba menyadari bahwa e-mail tersebut terkirim ke orang yang salah atau di dalamnya berisi kata-kata yang kasar dan menyakitkan? Andai saja kamu dapat menekan sebuah tombol dan menghentikan pengirimannya. Nah, sekarang kamu dapat melakukannya. Beberapa perusahaan menawarkan fitur yang memberikan sejumlah waktu singkat bagimu untuk membatalkan e-mail yang sempat kamu kirimkan. Jika dalam waktu itu kamu tidak menekan fitur tersebut, e-mail yang kamu kirimkan akan menjadi seperti ucapan yang sudah keluar dan tidak dapat ditarik kembali. Fitur “batal kirim” itu seharusnya mengingatkan kita akan pentingnya menjaga ucapan kita dan bukan digunakan sebagai jalan keluar dari semua masalah.

Dalam surat pertamanya, Rasul Petrus mengatakan kepada para pengikut Tuhan Yesus, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati. . . . Sebab: ‘Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya’” (1Ptr. 3:9-11).

Daud sang pemazmur menuliskan, “Awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku” (Mzm. 141:3). Doa itu sangat baik kita ucapkan di awal hari dan setiap kali kita berniat menyerang balik orang lain dengan perkataan kita.

Tuhan, awasilah perkataan kami hari ini agar kami tidak menyakiti orang lain lewat apa yang kami ucapkan. —David McCasland

Bapa, ajarlah kami terlebih dulu menjaga hati kami agar kami dapat menjaga lidah kami. Tolonglah apabila kami mengatakan hal-hal yang kami sesali, kami mau meminta maaf dengan rendah hati dan memohon pengampunan.

Hidup dan mati dikuasai lidah. —Amsal 18:21

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 27-29; 1 Petrus 3

Artikel Terkait:

Dia Melengkapiku (adalah sebuah kebohongan)

Menaruh pengharapan yang tidak realistis kepada orang yang katanya kamu kasihi itu sangatlah egois dan membebani. Sebab itu, aku tidak berharap hubungan cintaku akan “memperbaiki” depresiku. Seorang sahabat, pacar, atau pasangan mungkin bisa membantuku menghadapi masalah, tetapi mereka tidak bisa memulihkanku. Baca selengkapnya di dalam artikel ini.