Posts

Perubahan Tak Terduga

Kamis, 27 Februari 2020

Perubahan Tak Terduga

Baca: Yakobus 4:13-17

4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”,

4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.”

4:16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.

4:17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.—Yakobus 4:14

Perubahan Tak Terduga

Di bulan Januari 1943, angin panas Chinook menghantam kota Spearfish di Dakota Selatan, AS, sehingga temperatur udara naik drastis dari -20° ke 7°C. Perubahan cuaca drastis sebesar 27 derajat itu terjadi dalam waktu dua menit saja. Lonjakan suhu terbesar yang pernah tercatat di AS dalam kurun waktu dua puluh empat jam adalah 57 derajat! Hal itu terjadi pada tanggal 15 Januari 1972 di kota Loma, Montana, dengan suhu yang naik dari -48° ke 9°C.

Namun, perubahan mendadak tidak hanya terjadi pada cuaca dan suhu. Terkadang hal tersebut juga dialami dalam kehidupan. Yakobus mengingatkan kita, “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ‘Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung’, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok” (Yak. 4:13-14). Kehilangan yang tidak terduga. Diagnosis yang mengejutkan. Kemerosotan finansial. Perubahan yang mendadak.

Kehidupan adalah suatu perjalanan dengan banyak elemen yang tak terduga. Justru karena itulah Yakobus memperingatkan kita untuk berbalik dari kecongkakan yang tidak memperhitungkan Allah Mahakuasa (ay.16). Ia pun menasihati kita: “Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu’” (ay.15). Peristiwa dalam hidup kita mungkin serba tak pasti, tetapi ada satu hal yang pasti: di tengah segala pengalaman hidup yang tidak terduga, Allah kita takkan pernah meninggalkan kita. Dialah satu-satunya yang tetap di sepanjang hidup kita. —Bill Crowder

WAWASAN
Yakobus memperingatkan orang-orang kaya supaya tidak congkak dan menyombongkan diri, menjauhi pandangan duniawi dan materialistis, serta tidak mengeksploitasi orang-orang miskin (Yakobus 4:13-17; 5:1-6). Alih-alih membantu jemaat yang menderita karena penganiayaan, mereka yang kaya malah mengeksploitasi mereka (2:5-7). Padahal, kita diharuskan menggunakan kekayaan kita untuk melakukan kebaikan (4:15-17). Yakobus mengingatkan jemaat yang terlalu percaya diri dan congkak itu, yang yakin pada masa depan mereka, untuk menyadari bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian, singkat dan rapuh. Lebih baik mereka mempercayakan semuanya kepada Allah yang mengendalikannya (ay.14). Dengan menyinggung perumpamaan Kristus tentang orang kaya di Lukas 12:16-21, ia memperingatkan bahwa mengandalkan diri sendiri adalah dosa. Rasul Paulus juga memberikan peringatan yang serupa dalam 1 Timotius 6:17-19.—K. T. Sim

Ketika menghadapi perubahan mendadak, bagaimana kamu bereaksi? Menurutmu, bagaimana respons iman yang tepat untuk menghadapi berbagai pengalaman mengejutkan dalam kehidupan ini?

Ya Bapa, ampunilah aku manakala aku mengkhawatirkan hal-hal yang tidak dapat kuperkirakan atau kukendalikan. Tolonglah aku agar menemukan ketenangan di dalam Engkau.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 17-19; Markus 6:30-56

Handlettering oleh Angel Kosasih

Allah Jauh Lebih Besar

Rabu, 19 Februari 2020

Allah Jauh Lebih Besar

Baca: 2 Raja-Raja 6:8-17

6:8 Raja negeri Aram sedang berperang melawan Israel. Ia berunding dengan pegawai-pegawainya, lalu katanya: “Ke tempat ini dan itu haruslah kamu turun menghadang.”

6:9 Tetapi abdi Allah menyuruh orang kepada raja Israel mengatakan: “Awas, jangan lewat dari tempat itu, sebab orang Aram sudah turun menghadang ke sana.”

6:10 Sebab itu raja Israel menyuruh orang-orang ke tempat yang disebutkan abdi Allah kepadanya. Demikianlah Elisa memperingatkan kepadanya, supaya berawas-awas di sana, bukan sekali dua kali saja.

6:11 Lalu mengamuklah hati raja Aram tentang hal itu, maka dipanggilnyalah pegawai-pegawainya, katanya kepada mereka: “Tidakkah dapat kamu memberitahukan kepadaku siapa dari kita memihak kepada raja Israel?”

6:12 Tetapi berkatalah salah seorang pegawainya: “Tidak tuanku raja, melainkan Elisa, nabi yang di Israel, dialah yang memberitahukan kepada raja Israel tentang perkataan yang diucapkan oleh tuanku di kamar tidurmu.”

6:13 Berkatalah raja: “Pergilah melihat, di mana dia, supaya aku menyuruh orang menangkap dia.” Lalu diberitahukanlah kepadanya: “Dia ada di Dotan.”

6:14 Maka dikirimnyalah ke sana kuda serta kereta dan tentara yang besar. Sampailah mereka pada waktu malam, lalu mengepung kota itu.

6:15 Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: “Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?”

6:16 Jawabnya: “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.”

6:17 Lalu berdoalah Elisa: “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa.

Maka Tuhan membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa.—2 Raja-Raja 6:17

Allah Jauh Lebih Besar

Dalam novel The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch and the Wardrobe karya C. S. Lewis, seluruh Narnia bersukacita ketika akhirnya Aslan, sang singa perkasa, muncul kembali setelah lama menghilang. Namun, kegembiraan itu berubah menjadi dukacita ketika Aslan menyerah pada tuntutan Si Penyihir Putih yang jahat. Para penghuni Narnia yang harus menghadapi kenyataan bahwa Aslan telah kalah kemudian merasakan kekuatan Aslan ketika ia mengeluarkan raungan yang memekakkan telinga dan membuat si Penyihir lari ketakutan. Walaupun awalnya terlihat kalah, Aslan akhirnya membuktikan bahwa dirinya lebih besar daripada si penyihir jahat.

Seperti para pengikut Aslan dalam alegori karangan Lewis, bujang Elisa merasa putus asa ketika suatu pagi ia terbangun dan melihat musuh sudah mengepung mereka. “Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?” serunya (2Raj. 6:15). Elisa menjawab dengan tenang: “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka” (ay.16). Ia kemudian berdoa, “Ya Tuhan: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat” (ay.17). Jadi, “Tuhan membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa” (ay.17). Meski awalnya keadaan tampak suram di mata bujang Elisa, kuasa Allah ternyata jauh lebih besar daripada kepungan musuh.

Kesulitan yang kita hadapi saat ini mungkin membuat kita merasa tidak lagi berpengharapan, tetapi Allah ingin membuka mata kita dan menunjukkan bahwa Dia jauh lebih besar dari semuanya.—Remi Oyedele

WAWASAN
Meskipun dua nabi Perjanjian Lama, Elia (yang namanya berarti “Yahweh adalah Allah”) dan Elisa (yang namanya berarti “Allah adalah keselamatan”) memiliki nama dan misi yang mirip—untuk melayani Allah dan umat Israel—mereka adalah dua orang yang berbeda. Karya-karya kenabian mereka dapat dibaca di 1 Raja-Raja 17 sampai 2 Raja-Raja 13. Elia meninggalkan dunia ini dengan cara yang dramatis—dibawa angin badai ke surga (2 Raja-Raja 2:11); Elisa menderita sakit dan mati (13:14).—Arthur Jackson

Kesulitan apa yang sedang kamu hadapi? Pernahkah kamu mengalami bahwa Allah jauh lebih besar daripada kejahatan atau kesukaran apa pun yang kamu alami?

Ya Allah, terima kasih atas kesetiaan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 25; Markus 1:23-45

Handlettering oleh Oei Kristina

Saatnya Memakai Hiasan Kepala

Minggu, 2 Februari 2020

Saatnya Memakai Hiasan Kepala

Baca: Yesaya 61:1-7

61:1 Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,

61:2 untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung,

61:3 untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka “pohon tarbantin kebenaran”, “tanaman TUHAN” untuk memperlihatkan keagungan-Nya.

61:4 Mereka akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan mendirikan kembali tempat-tempat yang sejak dahulu menjadi sunyi; mereka akan membaharui kota-kota yang runtuh, tempat-tempat yang telah turun-temurun menjadi sunyi.

61:5 Orang-orang luar akan melayani kamu sebagai gembala kambing dombamu, dan orang-orang asing akan bekerja bagimu sebagai petani dan tukang kebun anggurmu.

61:6 Tetapi kamu akan disebut imam TUHAN dan akan dinamai pelayan Allah kita. Kamu akan menikmati kekayaan bangsa-bangsa dan akan memegahkan diri dengan segala harta benda mereka.

61:7 Sebagai ganti bahwa kamu mendapat malu dua kali lipat, dan sebagai ganti noda dan ludah yang menjadi bagianmu, kamu akan mendapat warisan dua kali lipat di negerimu dan sukacita abadi akan menjadi kepunyaanmu.

Perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung. —Yesaya 61:3

Saatnya Memakai Hiasan Kepala

Pada suatu pagi di bulan Januari, saya bangun tidur dan berharap bakal melihat pemandangan suram pertengahan musim dingin seperti yang sudah terjadi berminggu-minggu: rumput coklat menyembul di sela petak-petak salju, langit kelabu, dan pohon-pohon meranggas. Namun, ada yang tidak biasa terjadi malam sebelumnya. Embun beku menyelimuti semuanya dengan kristal es. Pemandangan muram telah menjadi panorama indah yang berkilauan oleh pantulan cahaya matahari pagi, sehingga saya pun dibuat takjub.

Terkadang kita memandang masalah tanpa membayangkannya dari sudut pandang iman. Kita merasa penderitaan, ketakutan, dan keputusasaan akan menyambut kita setiap pagi, tetapi mengabaikan kemungkinan terjadinya sesuatu yang berbeda. Kita tidak mengharapkan pemulihan, pertumbuhan, atau kemenangan oleh kuasa Allah. Padahal, Alkitab mengatakan bahwa hanya Allah yang menolong kita melewati masa-masa sulit. Dia memulihkan hati yang hancur dan membebaskan manusia dari keterikatan. Dia menghibur mereka yang berduka dengan memberikan “perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar” (Yes. 61:3).

Ini bukan berarti Allah hanya ingin menyemangati kita yang sedang menghadapi masalah. Akan tetapi, Dia sendirilah yang menjadi harapan kita di tengah pencobaan. Sekalipun kita harus menunggu sebelum mengalami kelepasan yang sesungguhnya di dalam surga, Allah senantiasa menyertai kita, menguatkan kita, dan sering kali mengizinkan kita melihat sekilas keberadaan diri-Nya. Dalam perjalanan hidup ini, kiranya kita dapat memahami ucapan Santo Agustinus: “Dalam lukaku yang terdalam, kulihat kemuliaan-Mu, dan itu membuatku terpesona.”—Jennifer Benson Schuldt

WAWASAN
Lebih dari tujuh abad setelah kitab Yesaya ditulis, Lukas menulis bahwa ketika Yesus berdiri untuk membaca Kitab Suci di sinagoge di kampung halaman-Nya, Nazaret, “kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya” (Lukas 4:17). Berdiri untuk membaca (ay.16) adalah praktik umum pada zaman itu (dan juga duduk untuk mengajar, ay.20). Ketika Yesus membaca nats yang kita kenal sebagai Yesaya 61:1-2, Dia tidak membaca bagian kedua dari ayat 2—“dan hari pembalasan Allah kita.” Mungkin Dia berhenti membaca karena fokus pelayanan-Nya bukanlah menghukum Israel maupun musuh-musuhnya. Dia datang untuk menyelamatkan; fokus-Nya adalah penyelamatan, seperti yang dapat dilihat dari semua karya-Nya yang membebaskan beserta kematian dan kebangkitan-Nya (lihat Lukas 19:10).—Arthur Jackson

Bagaimana kamu dapat berpaling kepada Allah saat berada dalam kesulitan? Apa upah yang dapat kita terima dari keputusan untuk mengandalkan Allah itu?

Allah yang setia, berikanlah iman yang kuperlukan untuk menjalani hari ini dan tolong aku melihat-Mu berkarya di tengah kesulitan yang kuhadapi.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 29-30; Matius 21:23-46

Iman yang Teguh

Kamis, 26 September 2019

Iman yang Teguh

Baca: Yohanes 19:38-42

19:38 Sesudah itu Yusuf dari Arimatea—ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi—meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu.

19:39 Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya.

19:40 Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.

19:41 Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.

19:42 Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.

Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah. —Yohanes 19:40

Iman yang Teguh

Desmond Doss dikenai wajib militer pada Perang Dunia II sebagai prajurit yang tidak terjun ke medan perang. Meskipun keyakinan agama melarangnya menyandang senjata, Doss dengan sangat cekatan bekerja sebagai tenaga medis. Dalam suatu pertempuran, ia menerobos tembakan musuh yang bertubi-tubi demi membawa tujuh puluh lima rekannya yang terluka ke tempat yang aman. Kisah heroiknya kemudian diceritakan dalam film dokumenter The Conscientious Objector dan difilmkan lagi dalam Hacksaw Ridge.

Daftar para pahlawan iman di dalam Alkitab mencatat tokoh-tokoh pemberani seperti Abraham, Musa, Daud, Elia, Petrus, dan Paulus. Namun, ada juga sejumlah pahlawan lain yang jarang disebut-sebut, seperti Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus. Mereka mempertaruhkan kedudukan mereka di antara kalangan pemimpin Yahudi dengan menurunkan mayat Kristus dari salib dan menguburkan-Nya secara layak (Yoh. 19:40-42). Sungguh tindakan yang berani dari Yusuf, seorang murid Yesus yang ketakutan dan tidak berani menunjukkan dukungannya secara terbuka, serta Nikodemus, seseorang yang sebelumnya hanya berani mengunjungi-Nya di malam hari (ay.38-39). Yang lebih mengesankan lagi, mereka mengukuhkan iman mereka sebelum Yesus bangkit dengan penuh kemenangan dari kematian. Mengapa?

Mungkin cara Yesus mati dan berbagai peristiwa yang terjadi sesudahnya (Mat. 27:50-54) telah meneguhkan iman yang ragu-ragu dari para pengikut yang ketakutan itu. Mungkin mereka belajar berfokus kepada Allah dan bukan kepada apa yang dapat diperbuat orang terhadap mereka. Apa pun yang menginspirasi mereka, kiranya kita mengikuti teladan mereka dan menunjukkan keberanian untuk melangkah dalam iman kepada Allah demi sesama kita hari ini. —Remi Oyedele

WAWASAN
Adat penguburan Yahudi mengharuskan jenazah dimakamkan dalam waktu dua puluh empat jam. Hukum Taurat memerintahkan bahwa mayat orang yang disalib harus diturunkan dan tidak boleh dibiarkan tergantung semalaman (Ulangan 21:22-23; Yohanes 19:31). Seandainya Yusuf tidak meminta mayat Yesus kepada Pilatus (Yohanes 19:38), maka Yesus akan dikuburkan bersama dua penjahat di kubur yang sama. Yusuf dari Arimatea adalah orang kaya sekaligus pemimpin berpengaruh dalam Sanhedrin, Mahkamah Agung agama Yahudi. Ia orang benar yang sedang menanti Kerajaan Allah. Meskipun ia diam-diam seorang murid Yesus, ia tidak takut melawan keputusan Sanhedrin yang menghukum mati sang Juruselamat (Matius 27:57; Markus 15:43; Lukas 23:50-52). Yusuf membaringkan tubuh Kristus “di dalam kuburnya yang baru” (Matius 27:60). Penguburan Yesus di dalam kubur orang kaya adalah penggenapan Yesaya 53:9 (BIS). —K.T. Sim

Dengan cara apa kamu telah hidup dengan berani bagi imanmu kepada Yesus? Hal berbeda apa yang dapat kamu lakukan untuk menunjukkan imanmu kepada dunia?

Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, tetapi kemenangan darinya. Nelson Mandela

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 1-2; Galatia 5

Perisai yang Melindungi Saya

Senin, 23 September 2019

Perisai yang Melindungi Saya

Baca: Mazmur 3

3:1 Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya.3:2 Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku;

3:3 banyak orang yang berkata tentang aku: “Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah.” Sela

3:4 Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.

3:5 Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Sela

3:6 Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!

3:7 Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.

3:8 Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang-orang fasik.

3:9 Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu! Sela

Tetapi Engkau, Tuhan, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. —Mazmur 3:4

Perisai yang Melindungi Saya

Gereja kami mengalami kehilangan yang menyakitkan ketika Paul, pemimpin pujian yang sangat berbakat, meninggal dunia dalam usia tiga puluh satu tahun karena kecelakaan kapal. Paul dan istrinya, DuRhonda, sudah tidak asing lagi dengan penderitaan; beberapa kali janin dalam kandungan sang istri meninggal sebelum sempat dilahirkan. Sekarang, ada kubur baru di dekat makam anak-anak mereka. Peristiwa memilukan yang dialami keluarga itu sangat mengguncang orang-orang terdekat mereka.

Daud dan keluarganya juga tidak asing dengan krisis dan penderitaan. Dalam Mazmur 3, kita melihat Daud yang digayuti masalah pemberontakan anaknya, Absalom. Alih-alih bertahan dan melawan, ia memilih melarikan diri, meninggalkan rumah dan takhtanya (2Sam. 15:13-23). Meskipun “banyak orang” menganggapnya telah ditinggalkan Allah (Mzm. 3:3), Daud tahu bahwa itu tidak benar; ia justru melihat Tuhan adalah perisai yang melindunginya (ay.4), dan berseru kepada-Nya untuk meminta perlindungan (ay.5). Demikian pula dengan DuRhonda. Di tengah kedukaannya, saat ratusan orang berkumpul untuk mengenang almarhum suaminya, ia mengangkat suaranya yang lembut dan merdu untuk menyanyikan lagu pujian yang mengungkapkan keyakinannya kepada Allah.

Saat menerima hasil yang tidak menggembirakan dari dokter, saat kondisi keuangan tidak juga membaik, saat segala upaya untuk mendamaikan hubungan terus gagal, saat kematian merenggut orang-orang yang kita cintai—kiranya kita juga dikuatkan untuk berkata, “Tetapi Engkau, Tuhan, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku” (MZM. 3:4). —Arthur Jackson

WAWASAN
Kitab Mazmur adalah puisi dan nyanyian orang Israel yang mencurahkan pengalaman manusiawi dan perasaan para pemazmur saat mereka berusaha percaya kepada Allah di tengah pergumulan hidup dan penderitaan. Mazmur 3 adalah mazmur pertama dari 14 mazmur yang ditulis Daud sebagai tanggapan atas suatu peristiwa khusus (7; 18; 30; 34; 51; 52; 54; 56; 57; 59; 60; 63; 142). Keterangan pada awal Mazmur 3 berbunyi, “ketika ia lari dari Absalom, anaknya.” Hal ini menceritakan krisis yang Daud alami ketika anaknya merebut takhtanya sehingga raja terpaksa melarikan diri karena jika ia tetap tinggal di Yerusalem, ia akan dibunuh (2 Samuel 15:13-14). Meskipun hidupnya dalam bahaya dan terancam, Daud percaya penuh akan perlindungan dan pembebasan Allah serta pemenuhan kebutuhannya, “Aku membaringkan diri, lalu tidur; . . . Aku tidak takut” (Mazmur 3:6-7). Daud mengalami “damai sejahtera” yang dijanjikan dalam Yesaya 26:3, damai yang berasal dari kepercayaan kepada Allah. —K.T. Sim

Bagaimana responsmu dalam situasi yang menekanmu baru-baru ini? Bagaimana kesadaran bahwa Allah adalah perisaimu telah menghibur hatimu?

Bapa Surgawi, tolonglah aku melihat bahwa walaupun hidup ini penuh dengan kesulitan, aku tetap dapat mengalami penghiburan di dalam-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 1-3; Galatia 2

Handlettering oleh Naomi Prajogo Djuanda

Segala Sesuatu yang Kita Lakukan

Jumat, 13 September 2019

Segala Sesuatu yang Kita Lakukan

Baca: Amsal 16:1-9

16:1 Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.

16:2 Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.

16:3 Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.

16:4 TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.

16:5 Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.

16:6 Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan.

16:7 Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia.

16:8 Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan.

16:9 Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu. —Amsal 16:3

Segala Sesuatu yang Kita Lakukan

Dalam buku Surprised by Joy, C. S. Lewis mengakui bahwa ia mengenal iman Kristen pada usia tiga puluh tiga tahun, tetapi dengan “meronta, melawan, dongkol, dan mencari-cari celah untuk melarikan diri.” Meskipun Lewis berusaha melawan, dan ia juga menghadapi banyak kendala serta kelemahan diri, Tuhan mengubahnya menjadi seorang pembela iman yang berani dan kreatif. Lewis menyerukan kebenaran dan kasih Allah lewat banyak karya esai dan novel luar biasa yang masih dibaca, dipelajari, dan dibagikan orang sampai sekarang, lebih dari lima puluh lima tahun setelah ia meninggal dunia. Hidupnya mencerminkan keyakinannya bahwa tidak ada orang yang “terlalu tua untuk menetapkan tujuan lain atau merajut impian baru.”

Ketika kita membuat rencana dan mengejar impian, Allah dapat memurnikan motivasi kita dan memampukan kita untuk menyerahkan segala sesuatu yang kita lakukan kepada-Nya (ams. 16:1-3). Dari tugas yang paling sederhana hingga tantangan yang terbesar, kita dapat hidup demi kemuliaan Pencipta kita yang Mahakuasa, yang “membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing” (ay.4). Setiap tindakan, kata, dan pemikiran dapat menjadi ungkapan penyembahan kita yang tulus, suatu persembahan untuk menghormati Allah yang memperhatikan kita (ay.7).

Allah tidak dapat dibatasi oleh keterbatasan, kekhawatiran, atau kecenderungan kita untuk cepat merasa puas dan berhenti bermimpi. Ketika kita memilih untuk hidup bagi Dia—mengabdikan diri dan bergantung kepada-Nya—Dia akan mewujudkan rencana-rencana-Nya atas kita. Apa pun yang kita lakukan dapat dilakukan bersama Dia, untuk Dia, dan hanya karena Dia. —Xochitl Dixon

WAWASAN
Kitab Amsal menekankan agar kita menghormati Allah dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Hal tersebut tampak lewat frasa “takut akan TUHAN” (16:6), yang berarti rasa segan dan hormat yang sangat besar kepada Allah. Kekaguman, hormat dan penundukan diri sepatutnya diberikan kepada-Nya sebagai Pencipta, Penopang, Penebus, dan Tuhan atas segalanya. Seluruh kitab Amsal menegaskan pentingnya memiliki sikap takut akan Allah, baik secara individu maupun komunal, yakni seluruh umat Allah. Takut akan TUHAN adalah dasar bagi hidup yang berhikmat (1:7; 9:10); takut akan TUHAN adalah pilihan kita (1:29), takut akan TUHAN memperpanjang umur (10:27); dan nilainya lebih besar daripada harta (15:16). Orang yang takut akan Tuhan terlindung dari kejahatan (16:6; 19:23) dan mempunyai segala sesuatu yang mereka butuhkan (10:3). —Arthur Jackson

Bagaimana Amsal 16:3 dapat membantu kamu lebih yakin dalam menggunakan karunia-karuniamu? Langkah-langkah apa yang dapat kamu ambil untuk memuliakan Allah dalam usaha mewujudkan mimpi yang Dia taruh dalam hatimu?

Ya Allah, terima kasih Kau ingatkan kami bahwa tidak ada pekerjaan yang terlalu kecil dan mimpi yang terlalu besar dalam Kerajaan-Mu yang agung.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 16-18; 2 Korintus 6

Memahami Cobaan Hidup

Senin, 29 April 2019

Memahami Cobaan Hidup

Baca: Ayub 12:13-25

12:13 Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.

12:14 Bila Ia membongkar, tidak ada yang dapat membangun kembali; bila Ia menangkap seseorang, tidak ada yang dapat melepaskannya.

12:15 Bila Ia membendung air, keringlah semuanya; bila Ia melepaskannya mengalir, maka tanah dilandanya.

12:16 Pada Dialah kuasa dan kemenangan, Dialah yang menguasai baik orang yang tersesat maupun orang yang menyesatkan.

12:17 Dia yang menggiring menteri dengan telanjang, dan para hakim dibodohkan-Nya.

12:18 Dia membuka belenggu yang dikenakan oleh raja-raja dan mengikat pinggang mereka dengan tali pengikat.

12:19 Dia yang menggiring dan menggeledah para imam, dan menggulingkan yang kokoh.

12:20 Dia yang membungkamkan orang-orang yang dipercaya, menjadikan para tua-tua hilang akal.

12:21 Dia yang mendatangkan penghinaan kepada para pemuka, dan melepaskan ikat pinggang orang kuat.

12:22 Dia yang menyingkapkan rahasia kegelapan, dan mendatangkan kelam pekat pada terang.

12:23 Dia yang membuat bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya, dan memperbanyak bangsa-bangsa, lalu menghalau mereka.

12:24 Dia menyebabkan para pemimpin dunia kehilangan akal, dan membuat mereka tersesat di padang belantara yang tidak ada jalannya.

12:25 Mereka meraba-raba dalam kegelapan yang tidak ada terangnya; dan Ia membuat mereka berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk.”

Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian. —Ayub 12:13

Memahami Cobaan Hidup

Ayah seorang teman saya didiagnosis mengidap penyakit kanker. Namun, saat menjalani proses kemoterapi, ia bertobat dan menjadi percaya kepada Kristus. Penyakitnya pun berangsur-angsur membaik. Ia bebas dari penyakit kanker selama delapan belas bulan, tetapi kemudian kanker itu kambuh lagi, bahkan lebih parah dari sebelumnya. Ia dan istrinya menghadapi kenyataan tentang penyakit itu dengan rasa prihatin dan banyak pertanyaan. Namun, mereka juga menghadapinya dengan iman yang tunduk kepada Allah karena mereka melihat bagaimana Dia memelihara mereka saat pertama kalinya penyakit itu menyerang.

Kita tidak selalu bisa memahami mengapa kita harus menghadapi berbagai cobaan hidup. Itulah yang terjadi pada Ayub yang mengalami penderitaan dan kehilangan yang luar biasa beratnya. Meski hatinya bertanya-tanya, Ayub tetap menegaskan kemahakuasaan Allah di pasal 12. ”Bila Ia membongkar, tidak ada yang dapat membangun kembali” (ay.14) dan “pada Dialah kuasa dan kemenangan” (ay.16). “Dia yang membuat bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya”(ay.23). Dalam daftar panjang yang ditulis Ayub, tak sekalipun ia menyebutkan motivasi Allah atau alasan-Nya mengizinkan kesakitan dan kesukaran terjadi. Ayub tak punya jawabannya. Namun, dengan penuh keyakinan, Ayub menyatakan, “Pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian”(ay.13).

Mungkin kita tidak mengerti mengapa Dia mengizinkan kesulitan tertentu terjadi dalam hidup kita, tetapi seperti orangtua teman saya tadi, kita dapat mempercayakan hidup kita kepada-Nya. Allah mengasihi dan memelihara kita dalam tangan-Nya (ay.10; 1ptr. 5:7). Hikmat, kuasa, dan pengertian ada pada-Nya! —Julie Schwab

WAWASAN

Setelah mendengarkan berpasal-pasal ceramah yang tidak berguna dari teman-temannya, Ayub tidak tahan lagi. Ia pun memulai pasal 12 dengan sarkasme yang tajam: “Memang, kamulah orang-orang itu, dan bersama-sama kamu hikmat akan mati” (ay.2). Kemudian ia berkata, “Penghibur sialan kamu semua! Belum habiskah omong kosong itu?” (16:2-3).
Karena tidak mendapat jawaban dari teman-temannya, Ayub beralih kepada satu-satunya pengharapannya: “Pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian” (12:13). Namun, sekalipun mengakui kuasa dan hikmat Allah, ia tetap mengajukan pertanyaan demi pertanyaan kepada Yang Maha Kuasa. Kitab Ayub memuat banyak dialog antara Ayub dan para penghiburnya yang tidak mumpuni, sudut pandang dari teman keempat, Elihu, yang juga tidak lebih berguna (pasal 32-37), serta jawaban Allah yang tak terbantahkan (pasal 38-41).—Tim Gustafson

Pergumulan apa yang sedang Anda hadapi? Bagaimana Anda terhibur oleh kenyataan bahwa Allah selalu menyertai Anda?

Tuhan, tolong aku mempercayai-Mu, bahkan di saat aku tidak mengerti cara kerja-Mu. Terima kasih Engkau memegangku dengan tangan kasih-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 6–7; Lukas 20:27-47

Background photo credit: Nathanael Tan

Handlettering oleh Novia Jonatan

Kekuatan Baru

Senin, 22 April 2019

Kekuatan Baru

Baca: Yesaya 40:27-31

40:27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: “Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?”

40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. —Matius 11:28

Kekuatan Baru

Di usia ke-54 saya mengikuti perlombaan maraton Milwaukee dengan dua target—mencapai garis akhir dan menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 5 jam. Pencapaian saya akan sangat mengagumkan seandainya saja paruh kedua ditempuh selancar paruh pertama. Namun, pada kenyataannya, perlombaan tersebut sangat melelahkan, dan kekuatan baru yang saya butuhkan untuk menuntaskan paruh kedua itu tidak pernah datang. Saat saya mencapai garis finis, langkah-langkah mantap saya di awal perlombaan telah berubah menjadi langkah yang tertatih-tatih.

Perlombaan lari bukan satu-satunya yang membutuhkan kekuatan baru—perlombaan hidup ini pun membutuhkannya. Agar mampu bertahan, orang-orang yang letih lesu membutuhkan pertolongan Allah. Yesaya 40:27-31 memadukan puisi dengan nubuatan dengan sangat indah untuk menghibur dan memotivasi mereka yang membutuhkan kekuatan untuk terus maju. Kata-kata yang abadi mengingatkan mereka yang letih lesu dan kecewa bahwa Tuhan tidaklah jauh dan masih peduli (ay.27), bahwa keadaan kita yang sulit tidak pernah luput dari perhatian-Nya. Kata-kata ini memberikan penghiburan dan jaminan, mengingatkan kita pada Allah yang kuasa-Nya tak terbatas dan pengetahuan-Nya tak terhingga (ay.28).

Kekuatan baru yang dijelaskan dalam ayat 29-31 sangatlah tepat untuk kita—entah kita sedang berjuang membesarkan anak-anak dan mencari nafkah untuk keluarga, berjuang menjalani hidup yang dibebani masalah fisik maupun keuangan, atau sedang dikecewakan oleh hubungan yang renggang atau pergumulan dalam hal spiritual. Kekuatan baru itulah yang akan diterima—lewat perenungan firman Tuhan dan berdoa—oleh mereka yang menanti-nantikan Tuhan. —Arthur Jackson

WAWASAN

Yesaya—namanya berarti “TUHAN menyelamatkan”—memperingatkan Yehuda yang tidak juga mau bertobat bahwa Allah akan menggunakan dua negara adidaya, Asyur dan Babel, untuk menghukum Yehuda karena ketidaksetiaan dan penyembahan berhala mereka (Yesaya 1-39). Yesaya juga menghibur Yehuda dengan janji pemulihan dan berkat Allah setelah hukuman mereka selesai dijalani (pasal 40-66). Dalam pasal 40, Yesaya mengalihkan pandangan kepada otoritas, kedaulatan, kebesaran, dan kemuliaan Allah (ay.1-26) serta dengan lembut berbicara tentang kasih dan pemeliharaan Allah (ay.11, 27-31). Menjawab rasa terabaikan yang dialami Yehuda (ay.27), Yesaya meyakinkan mereka bahwa Allah tidak hanya berketetapan untuk memberkati mereka, tetapi juga memiliki kuasa mutlak untuk melakukannya (ay.28). Sebagai Allah Pencipta yang kekal dan maha kuasa, Dia adalah sumber kekuatan mereka (ay.29). Yesaya mengundang bangsa Yahudi yang patah semangat ini untuk bangkit memulai komitmen baru saat mereka percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya (ay.30-31).—K.T. Sim

Kapan kehidupan ini begitu menguras tenaga dan membebani Anda? Dalam area tertentu apa Anda membutuhkan kekuatan Tuhan hari ini?

Tuhan, aku datang kepada-Mu dalam kelemahan dan kelelahan, berikanlah kepadaku kekuatan yang baru.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 14–15; Lukas 17:1-19

Handlettering oleh Febronia

Bertahan dengan Berani

Minggu, 17 Maret 2019

Bertahan dengan Berani

Baca: Ulangan 31:1-8

31:1 Kemudian pergilah Musa, lalu mengatakan segala perkataan ini kepada seluruh orang Israel.

31:2 Berkatalah ia kepada mereka: “Aku sekarang berumur seratus dua puluh tahun; aku tidak dapat giat lagi, dan TUHAN telah berfirman kepadaku: Sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi.

31:3 TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan menyeberang di depanmu; Dialah yang akan memunahkan bangsa-bangsa itu dari hadapanmu, sehingga engkau dapat memiliki negeri mereka; Yosua, dialah yang akan menyeberang di depanmu, seperti yang difirmankan TUHAN.

31:4 Dan TUHAN akan melakukan terhadap mereka seperti yang dilakukan-Nya terhadap Sihon dan Og, raja-raja orang Amori, yang telah dipunahkan-Nya itu, dan terhadap negeri mereka.

31:5 TUHAN akan menyerahkan mereka kepadamu dan haruslah kamu melakukan kepada mereka tepat seperti perintah yang kusampaikan kepadamu.

31:6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”

31:7 Lalu Musa memanggil Yosua dan berkata kepadanya di depan seluruh orang Israel: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya.

31:8 Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.”

Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar. —Ulangan 31:6

Daily Quotes ODB

Ketika sebagian besar pemimpin gereja di Jerman tunduk kepada Hitler, pendeta dan teolog Martin Niemöller termasuk segelintir orang yang berani menentang kejahatan Nazi. Saya ingat pernah membaca cerita tentang suatu hari di dekade 1970-an, ketika sekelompok orang tua Jerman berdiri di depan sebuah hotel besar, seorang lelaki yang terlihat lebih muda dari mereka semua terlihat sibuk mengurusi koper-koper. Seseorang bertanya tentang mereka. “Mereka para pendeta dari Jerman,” jawab seseorang. “Lalu, siapa pria yang lebih muda itu?” “Itu Martin Niemöller—umurnya sudah delapan puluh tahun. Namun, ia tetap terlihat muda karena ia tidak kenal takut.

Niemöller tidak kenal takut bukan karena ia manusia super yang memiliki kemampuan untuk tidak merasa takut, tetapi semata-mata karena anugerah Allah. Sebenarnya dahulu ia anti dengan orang Yahudi. Namun, ia bertobat dan Allah memulihkannya. Dia menolongnya untuk memberitakan dan menghidupi kebenaran.

Musa mendorong bangsa Israel untuk mengalahkan ketakutan dan mengikuti kebenaran Allah. Ketika bangsa itu takut karena menyadari Musa akan segera wafat, sang pemimpin meneguhkan mereka dengan kata-kata yang tegas: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar . . . sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau” (Ul. 31:6). Tidak ada alasan untuk gentar terhadap masa depan yang tidak pasti karena satu alasan: Allah menyertai mereka.

Masalah apa pun yang menghadang kamu di depan, apa pun persoalan yang bertubi-tubi melanda—Allah menyertaimu. Dengan anugerah-Nya, kiranya kamu dapat menghadapi ketakutan itu dengan kesadaran bahwa Allah “tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (ay.6,8). —Winn Collier

Ketakutan apa yang sedang kamu hadapi? Bagaimana kehadiran Allah memberikan keberanian kepada hatimu?

Hidup dengan berani bukan berarti tidak merasa takut, melainkan tidak ditundukkan oleh ketakutan itu.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 30-31; Markus 15:1-25