Posts

Menangkap Rubah

Jumat, 2 November 2018

Menangkap Rubah

Baca: Kidung Agung 2:14-17

2:14 Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!”

2:15 Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!

2:16 Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung.

2:17 Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, kembalilah, kekasihku, berlakulah seperti kijang, atau seperti anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah!

Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur. —Kidung Agung 2:15

Menangkap Rubah

Saat berbicara di telepon dengan seorang teman yang tinggal di tepi laut, saya sempat senang mendengar suara burung camar. “Hewan yang jahat,” kata teman saya, karena baginya burung camar membahayakan dirinya setiap hari. Sebagai warga London, saya juga mempunyai perasaan yang sama terhadap rubah. Saya merasa rubah bukan binatang yang lucu, tetapi makhluk yang suka berkeliaran dan meninggalkan kotoran berbau di mana-mana.

Rubah muncul dalam Kidung Agung, kitab puisi dalam Perjanjian Lama yang mengungkapkan cinta antara suami dan istri, serta mengungkapkan juga kasih antara Allah dan umat-Nya, seperti diyakini oleh sejumlah penafsir Alkitab. Sang mempelai perempuan memperingatkan tentang rubah-rubah kecil dan meminta mempelai laki-laki untuk menangkapnya (2:15). Rubah yang lapar dapat merusak tanaman anggur mereka yang rentan. Mempelai perempuan yang menanti-nantikan hidup bersama dalam pernikahan itu tidak ingin ada hewan liar yang mengganggu ikatan cinta mereka.

Bagaimana “rubah-rubah” dapat mengganggu hubungan kita dengan Allah? Bagi saya, ketika menuruti terlalu banyak permintaan, saya cenderung menjadi kewalahan dan mudah tersinggung. Selain itu, ketika melihat terjadinya konflik, saya bisa jatuh pada sikap putus asa atau marah. Ketika saya meminta Allah untuk membatasi dampak dari “rubah-rubah” tersebut—masalah-masalah yang saya biarkan masuk atau menyelinap ke dalam hidup saya—saya makin mempercayai dan mengasihi Allah sekaligus merasakan kehadiran dan pimpinan-Nya yang penuh kasih.

Bagaimana denganmu? Bagaimana caramu mencari pertolongan Allah untuk menyingkirkan segala sesuatu yang menjauhkanmu dari Dia? —Amy Boucher Pye

Tuhan Allah, Engkau kuat dan Engkau baik. Peliharalah hubunganku dengan-Mu, dengan menjauhkan apa saja yang membuatku mengalihkan pandanganku dari-Mu.

Allah sanggup memelihara hubungan kita dengan-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 27-29; Titus 3

Artikel Terkait:

Bebas dari Kebiasaan Buruk

Uang

Senin, 12 Desember 2016

Uang

Baca: Matius 6:24-34

6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

6:25 “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,

6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.

6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?

6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?

6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.

6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. —Matius 6:24

Uang

Di awal karier saya, saya pernah melakukan suatu pekerjaan yang lebih mirip sebagai pelayanan. Saat itu ada perusahaan lain menawarkan kedudukan yang menjanjikan gaji jauh lebih besar. Jika saya menerima pekerjaan tersebut, kami sekeluarga tentu akan lebih punya banyak uang. Namun ada satu masalah. Saya tidak sedang mencari pekerjaan baru karena saya senang dengan peran saya saat itu, peran yang saya rasakan sesuai dengan panggilan saya.

Namun uangnya itu . . .

Saya pun meminta saran kepada Ayah yang pada waktu itu sudah berusia lebih dari 70 tahun. Walaupun pemikirannya yang dahulu tajam sudah dilemahkan oleh penyakit stroke dan usia lanjut, jawaban beliau sangat tegas dan jelas: “Jangan pikirkan uangnya. Apa yang sebenarnya ingin kau kerjakan?”

Saat itu juga saya membulatkan tekad. Tidak mungkin saya meninggalkan pekerjaan yang saya cintai hanya demi uang! Terima kasih, Ayah.

Dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan Yesus mencurahkan sebagian besar waktu-Nya untuk berbicara tentang uang dan kegemaran kita akan uang. Dia mengajar kita untuk tidak memohon kekayaan yang berlimpah ruah, melainkan untuk “makanan [kita] yang secukupnya” setiap hari (Mat. 6:11). Dia memperingatkan kita agar tidak menyimpan harta di dunia, dan menunjuk pada burung dan bunga sebagai bukti bahwa Allah sangat mempedulikan makhluk ciptaan-Nya (ay.19-31). “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,” kata Yesus, “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (ay.33).

Uang memang penting, tetapi uang tidak boleh mengendalikan proses kita dalam mengambil keputusan. Masa-masa yang sulit dan setiap keputusan penting merupakan kesempatan untuk menumbuhkan iman kita dengan cara-cara yang baru. Bapa Surgawi selalu memelihara kita. —Tim Gustafson

Jangan pernah mengira bahwa godaan adalah kesempatan.

Bacaan Alkitab Setahun: Hosea 9-11; Wahyu 3

Artikel Terkait:

Mengapa Aku Mengundurkan Diri Saat Akan Dipromosi

Di akhir tahun keempatku mengajar, kepala sekolah menawariku sebuah kenaikan gaji dan promosi jabatan. Dan itulah ketika aku mengajukan surat pengunduran diri yang telah aku tulis sebelum hari pertama aku masuk bekerja. Mengapa aku mengundurkan diri saat akan dipromosi? Temukan jawabannya di dalam artikel ini.