Posts

Keajaiban Salju Putih

Rabu, 12 Februari 2020

Keajaiban Salju Putih

Baca: Yesaya 1:15-20

1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.

1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,

1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!

1:18 Marilah, baiklah kita berperkara! —firman TUHAN—Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

1:19 Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.

1:20 Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang.” Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya.

Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju.—Yesaya 1:18

Keajaiban Salju Putih

Pada abad ke-17, Sir Isaac Newton menggunakan sebuah prisma untuk mempelajari bagaimana cahaya membantu kita melihat bermacam-macam warna. Ia menemukan bahwa ketika cahaya melewati suatu objek, objek itu terlihat seperti memiliki warna tertentu. Sebutir kristal es terlihat tembus cahaya, dan salju terbentuk dari banyak kristal es yang melebur menjadi satu. Ketika cahaya melewati kristal-kristal yang menyatu itu, salju pun terlihat berwarna putih.

Alkitab menunjukkan hal lain yang juga memiliki warna tertentu—dosa. Melalui Nabi Yesaya, Allah menunjukkan dosa-dosa bangsa Yehuda dan menggambarkan dosa mereka seperti “merah seperti kirmizi” dan “merah seperti kain kesumba.” Namun, Allah berjanji dosa mereka akan “menjadi putih seperti salju” (Yes. 1:18). Bagaimana caranya? Yehuda perlu berbalik dari semua kejahatan mereka dan meminta pengampunan dari Allah.

Berkat pengorbanan Tuhan Yesus, kini kita memperoleh jaminan pengampunan Allah. Yesus menyebut diri-Nya “terang dunia” dan berkata bahwa siapa saja yang mengikut Dia “tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan . . . akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Ketika kita mengakui dosa kita, Allah mengampuni kita dan memandang kita melalui terang pengorbanan Kristus di kayu salib. Itu artinya Allah melihat kita sebagaimana Dia melihat Yesus—yakni tidak bercela.

Kita tidak perlu berkubang dalam kesalahan dan rasa malu karena kesalahan yang telah kita perbuat. Sebaliknya, kita dapat berpegang pada kebenaran tentang pengampunan dari Allah yang membuat kita “putih seperti salju.”—Linda Washington

WAWASAN
Gambaran yang ada dalam Yesaya 1:15-20 menjadi saksi dari hikmat Alkitab yang bisa diterima secara universal. Yesaya menggunakan dua analogi, yaitu salju dan bulu domba, untuk memberikan gambaran tentang kesempurnaan dan kebersihan hati (1:18). Salju yang baru turun mengubah musim dingin yang suram dengan selimut putihnya yang indah, tetapi pembaca yang belum pernah merasakan musim dingin tidak dapat sepenuhnya memahami pengalaman tersebut. Namun, kemungkinan besar mereka tahu tentang keindahan bulu putih domba yang baru dicukur. Dengan cara ini, Yesaya menyampaikan dengan jelas kepada semua orang di dunia bahwa dosa-dosa kita, meskipun merah seperti darah di tangan seorang pembunuh (ay.15), dapat dicuci bersih. Meskipun Yesaya bernubuat kepada orang Yehuda secara spesifik, pembersihan jiwa total yang digambarkan di sini berlaku untuk semua orang dan membutuhkan darah Yesus, Anak Domba yang dikorbankan.—Tim Gustafson

Apa artinya diampuni sepenuhnya? Apa yang membantu kamu mengingat bahwa Allah sudah mengampunimu?

Bapa Surgawi, terima kasih atas pengampunan yang Engkau berikan secara cuma-cuma.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 13; Matius 26:26-50

Kisah Sedih

Jumat, 16 Agustus 2019

Kisah Sedih

Baca: 2 Samuel 11:2-15

11:2 Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.

11:3 Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: “Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.”

11:4 Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya.

11:5 Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: “Aku mengandung.”

11:6 Lalu Daud menyuruh orang kepada Yoab mengatakan: “Suruhlah Uria, orang Het itu, datang kepadaku.” Maka Yoab menyuruh Uria menghadap Daud.

11:7 Ketika Uria masuk menghadap dia, bertanyalah Daud tentang keadaan Yoab dan tentara dan keadaan perang.

11:8 Kemudian berkatalah Daud kepada Uria: “Pergilah ke rumahmu dan basuhlah kakimu.” Ketika Uria keluar dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja.

11:9 Tetapi Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya dan tidak pergi ke rumahnya.

11:10 Diberitahukan kepada Daud, demikian: “Uria tidak pergi ke rumahnya.” Lalu berkatalah Daud kepada Uria: “Bukankah engkau baru pulang dari perjalanan? Mengapa engkau tidak pergi ke rumahmu?”

11:11 Tetapi Uria berkata kepada Daud: “Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!”

11:12 Kata Daud kepada Uria: “Tinggallah hari ini di sini. Besok aku akan melepas engkau pergi.” Jadi Uria tinggal di Yerusalem pada hari itu. Keesokan harinya

11:13 Daud memanggil dia untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Pada waktu malam keluarlah Uria untuk berbaring tidur di tempat tidurnya, bersama-sama hamba-hamba tuannya. Ia tidak pergi ke rumahnya.

11:14 Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan perantaraan Uria.

11:15 Ditulisnya dalam surat itu, demikian: “Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.”

Hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata Tuhan. —2 Samuel 11:27

Kisah Sedih

Sangatlah menyedihkan mendengar tentang terkuaknya kejahatan yang sudah sekian lama diabaikan—pelecehan seksual terhadap banyak wanita yang dilakukan oleh laki-laki yang berkuasa atas mereka. Saat membaca berita demi berita, hati saya sedih saat mendengar bukti pelecehan seksual yang dilakukan oleh dua laki-laki yang saya kagumi. Gereja pun tidak kebal terhadap masalah ini.

Raja Daud juga harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Dikisahkan bahwa pada suatu sore, Daud melihat “seorang perempuan sedang mandi” (2sam. 11:2) dan ia mengingini perempuan itu. Meskipun Batsyeba adalah istri Uria, salah seorang prajuritnya yang setia, Daud tetap merebutnya. Ketika Batsyeba memberi kabar bahwa ia hamil, Daud pun panik. Dengan culas, Daud mengatur supaya Yoab menempatkan Uria di barisan depan supaya ia mati.

Perbuatan Daud yang menyalahgunakan kekuasaan demi merebut Batsyeba dan menyingkirkan Uria itu tidak dapat disembunyikan dan terpampang sangat jelas. Kita harus menghadapi kejahatan kita sendiri.

Kisah-kisah itu juga mendorong kita untuk mewaspadai penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi di sekitar kita. Daud adalah “seorang yang berkenan di hati [Allah]” (Kis. 13:22), tetapi ia tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Marilah kita juga dengan bijaksana mengawasi para pemimpin kita agar mereka bertanggung jawab atas kekuasaan yang mereka miliki.

Pengampunan dimungkinkan karena ada kasih karunia Allah. Bila kita membaca lebih jauh, kita membaca bagaimana Daud sangat menyesal (2Sam. 12:13). Syukurlah, hati yang keras masih dapat dilembutkan dan kematian pun diubah menjadi kehidupan. —Winn Collier

WAWASAN
Uria, suami Batsyeba, masuk dalam daftar “para pahlawan” Daud (2 Samuel 23:39). Ia juga disebut orang Het (11:3), salah satu suku Kanaan yang selalu disebutkan dalam daftar bangsa-bangsa yang akan ditundukkan Israel ketika merebut tanah perjanjian (Keluaran 3:8). Orang penting lainnya dari suku Het dalam Perjanjian Lama antara lain Ahimelekh, tentara Daud (1 Samuel 26:6), dan Efron, pemilik gua yang dibeli oleh Abraham untuk menguburkan istrinya, Sara (Kejadian 23:2-20). —Bill Crowder

Mengapa penting untuk mengungkapkan dengan bijaksana penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi di sekitar kita? Bagaimana Yesus menunjukkan cara yang benar untuk mempraktikkan kekuasaan yang benar?

Ya Allah, aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat dengan segala kebobrokan yang kulihat di dunia dan yang juga ada dalam diriku. Sudilah kiranya Engkau menerangi hati kami dan memulihkan kami.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 94-96; Roma 15:14-33

Background photo credit: Setiawan Jati

Kembali Berperang

Rabu, 7 Agustus 2019

Kembali Berperang

Baca: 2 Samuel 12:26-31

12:26 Yoab berperang melawan Raba, kota bani Amon dan ia merebut kota kerajaan.

12:27 Lalu Yoab menyuruh orang kepada Daud dengan pesan: “Aku berperang melawan kota Raba, dan telah merebut pula kota air.

12:28 Oleh sebab itu, kumpulkanlah sisa tentara, kepunglah kota itu dan rebutlah, supaya jangan aku yang merebut kota itu dan jangan namaku menjadi juga nama kota itu.”

12:29 Sesudah itu Daud mengumpulkan seluruh tentara, ia berangkat ke kota Raba dan berperang melawannya, lalu merebutnya.

12:30 Ia mengambil mahkota dari kepala raja mereka, beratnya setalenta emas, bertatahkan sebuah batu permata yang mahal dan itu dikenakan pada kepala Daud. Juga diangkutnya banyak sekali jarahan dari kota itu.

12:31 Penduduk kota itu diangkutnya dan dipaksanya bekerja dengan gergaji, penggerek besi dan kapak; juga dipekerjakannya mereka di tempat pembuatan batu bata. Demikianlah juga diperlakukan Daud segala kota bani Amon. Sesudah itu pulanglah Daud dengan seluruh tentara ke Yerusalem.

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. —1 Yohanes 1:9

Kembali Berperang

Semasa kecil, seorang wanita pernah melontarkan kata-kata yang tidak pantas kepada kedua orangtuanya. Ia tidak mengira perkataan itu akan menjadi interaksi terakhirnya dengan mereka. Sampai sekarang, sekalipun sudah bertahun-tahun mengikuti konseling, ia masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri. Perasaan bersalah dan penyesalan membuatnya terpuruk.

Ada penyesalan-penyesalan yang kita rasakan dalam hidup ini, dan beberapa di antaranya cukup berat. Namun, Alkitab menunjukkan kepada kita cara untuk mengatasi rasa bersalah. Mari lihat salah satu contohnya.

Apa yang diperbuat Raja Daud memang sangat buruk. Pada waktu “raja-raja biasanya maju berperang, . . . Daud sendiri tinggal di Yerusalem” (2sam. 11:1). Jauh dari pertempuran, ia pun merebut istri orang lain dan mencoba menutupi perbuatannya dengan pembunuhan (ay.2-5,14-15). Allah turun tangan dan menghentikan Daud agar tidak terjerumus lebih jauh ke dalam dosa (12:1-13), tetapi sang raja akan terus hidup dengan kesadaran akan dosa seumur hidupnya.

Sementara Daud berusaha bangkit dari keterpurukan, Yoab, jenderal kepercayaannya, memenangi pertempuran yang seharusnya dipimpin oleh Daud (12:26). Yoab menantang Daud, “Kumpulkanlah sisa tentara, kepunglah kota itu dan rebutlah” (ay.28). Daud akhirnya kembali pada posisi yang ditentukan Allah baginya, yaitu sebagai pemimpin dari bangsa dan pasukannya (ay.29).

Ketika kita membiarkan masa lalu menghancurkan kita, itu seperti memberitahukan kepada Allah bahwa anugerah-Nya tidak cukup bagi kita. Namun, Allah Bapa menyediakan pengampunan penuh kepada kita. Seperti Daud, kita dapat menerima anugerah yang cukup dari Allah untuk bangkit dan kembali berperang. —Tim Gustafson

Penyesalan apa yang menggerogoti jiwamu? Siapa orang dalam hidupmu yang bisa diajak bicara tentang kepastian dari anugerah Allah ?

WAWASAN
Kitab 2 Samuel menceritakan bahwa kejahatan Daud terhadap Batsyeba dan suaminya, Uria, terkait dengan kegagalannya sebagai raja. Catatan ini menekankan kesalahan Daud serta menggambarkan Uria dan Batsyeba sebagai korban penyalahgunaan kekuasaan (2 Samuel 12:1-17). Kisah ini tampaknya hendak menunjukkan bahwa dosa Daud disebabkan karena kelalaiannya memimpin bala tentara sebagai raja. Daud malah tinggal dalam kenyamanan di Yerusalem dan mengutus Yoab (11:1-2)—sebuah tindakan yang dikritisi dengan keras oleh Yoab dalam pasal 12:27-28. Setelah Daud tahu bahwa Batsyeba adalah istri Uria—salah satu tentara kepercayaan raja—barulah ia menyuruh memanggil Batsyeba, mungkin merasa aji mumpung karena wanita itu sedang ditinggal berperang oleh suaminya dan tak ada yang menjaga. Raja Daud dipanggil untuk menggembalakan umat Allah (5:12), tetapi ia malah menggunakan kekuasaannya dengan keji dan khianat. —Monica Brands

Bukan dosa, melainkan kasih Allah, yang menentukan identitas kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 72-73; Roma 9:1-15

Handlettering oleh Julio Mesak Nangkoda

Background photo credit: Setiawan Jati

Akankah Kau Kembali?

Selasa, 6 Agustus 2019

Akankah Kau Kembali?

Baca: Hosea 3:1-5

3:1 Berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis.”

3:2 Lalu aku membeli dia bagiku dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai.

3:3 Aku berkata kepadanya: “Lama engkau harus diam padaku dengan tidak bersundal dan dengan tidak menjadi kepunyaan seorang laki-laki; juga aku ini tidak akan bersetubuh dengan engkau.”

3:4 Sebab lama orang Israel akan diam dengan tidak ada raja, tiada pemimpin, tiada korban, tiada tugu berhala dan tiada efod dan terafim.

3:5 Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan akan mencari TUHAN, Allah mereka, dan Daud, raja mereka. Mereka akan datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-Nya pada hari-hari yang terakhir.

Cintailah dia seperti Aku juga mencintai orang Israel sekalipun mereka meninggalkan Aku dan menyembah ilah-ilah lain. —Hosea 3:1 (BIS)

Akankah Kau Kembali?

Pernikahan Ron dan Nancy berada di ujung tanduk. Nancy pernah selingkuh, tetapi kemudian mengakui dosanya kepada Allah. Ia tahu apa yang Tuhan mau ia lakukan, tetapi itu sangat sulit baginya. Akhirnya Nancy menceritakan hal yang sebenarnya kepada Ron. Alih-alih minta cerai, Ron memilih untuk memberi Nancy kesempatan agar ia dapat dipercaya kembali dengan menunjukkan bahwa dirinya telah berubah. Dengan cara yang ajaib, Allah memulihkan pernikahan mereka.

Tindakan Ron adalah gambaran kasih dan pengampunan Allah kepada orang berdosa seperti kamu dan saya. Nabi Hosea memahami dengan baik hal ini. Allah memerintahkan Hosea untuk menikahi perempuan yang tidak setia sebagai cara untuk menunjukkan kepada bangsa Israel ketidaksetiaan mereka kepada Allah (hos. 1). Tidak hanya sampai di situ, bahkan ketika istri Hosea meninggalkannya, Allah menyuruh Hosea untuk mengajak istrinya bersatu kembali. Kata-Nya, “Pergilah lagi dan cintailah seorang wanita yang suka berzinah” (3:1 bis). Walaupun umat Allah memberontak dan tidak taat kepada Allah, Allah tetap merindukan hubungan yang akrab dengan umat-Nya. Sama seperti Hosea mencintai istrinya yang tidak setia, mengejarnya, dan berkorban baginya, demikianlah kasih Allah kepada umat-Nya. Kemarahan dan kecemburuan-Nya yang benar dimotivasi oleh kasih-Nya yang besar.

Allah yang sama juga merindukan kita mendekat kepada-Nya hari ini. Ketika kita datang dan beriman kepada-Nya, kita dapat meyakini bahwa di dalam Dia kita akan menemukan kepuasan total. —Estera Pirosca Escobar

WAWASAN
Hosea 14:2 merupakan jantung kitab Hosea, “Kembalilah kepada TUHAN Allahmu, hai bangsa Israel!” (BIS). Kata kuncinya terdapat pada kata kembali. Berulang kali dalam kitab Hosea kita melihat Allah—yang setia dan memegang perjanjian-Nya—memanggil Israel yang tidak setia untuk kembali kepada-Nya. Bahasa Ibrani untuk “kembali” adalah šūb (dibaca syub). Kata kerja ini lazim dipakai dalam Perjanjian Lama, lebih dari 1.050 kali (kata ke-12 terbanyak dipakai dalam Perjanjian Lama). Delapan belas di antaranya ada dalam kitab Hosea. Makna teologis dari kata ini adalah pertobatan Israel kepada Tuhan, seperti tertulis dalam Hosea 3:5: “Tapi akan datang masanya bangsa Israel kembali kepada TUHAN Allah mereka, dan kepada raja mereka dari keturunan Daud” (BIS). —Arthur Jackson

Bagaimana kamu merespons kasih Allah kepadamu hari ini? Kepada siapakah kamu ingin dan dapat membagikan kasih Allah?

Allah Bapa, ajaib dan besar kasih-Mu bagi pendosa seperti aku! Aku tidak layak menerima kasih-Mu karena segala kesalahanku. Terima kasih Engkau mengampuniku, menebusku, dan memperbaiki hubungan-Mu denganku.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 70-71; Roma 8:22-39

Siap Dipulihkan

Selasa, 30 Juli 2019

Siap Dipulihkan

Baca: Mazmur 85

85:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur bani Korah.85:2 Engkau telah berkenan kepada tanah-Mu, ya TUHAN, telah memulihkan keadaan Yakub.

85:3 Engkau telah mengampuni kesalahan umat-Mu, telah menutupi segala dosa mereka. Sela

85:4 Engkau telah menyurutkan segala gemas-Mu, telah meredakan murka-Mu yang menyala-nyala.

85:5 Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati-Mu kepada kami.

85:6 Untuk selamanyakah Engkau murka atas kami dan melanjutkan murka-Mu turun-temurun?

85:7 Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umat-Mu bersukacita karena Engkau?

85:8 Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya TUHAN, dan berikanlah kepada kami keselamatan dari pada-Mu!

85:9 Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?

85:10 Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita.

85:11 Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman.

85:12 Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.

85:13 Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya.

85:14 Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan.

Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umat-Mu bersukacita karena Engkau? —Mazmur 85:7

Siap Dipulihkan

Saat ditempatkan di Jerman dalam dinas ketentaraan, saya membeli Volkswagen Beetle baru keluaran tahun 1969. Mobil yang sangat cantik! Eksteriornya yang berwarna hijau gelap begitu serasi dengan interior yang terbuat dari kulit berwarna coklat. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak hal mulai terjadi, termasuk sebuah kecelakaan yang merusak pijakan kaki dan menghancurkan salah satu pintu. Saya pernah berpikir, “Mobil klasik saya ini sangat perlu diperbaiki!” Jika saya mau mengeluarkan lebih banyak uang, saya pasti dapat memperbaikinya. Namun, hal itu tidak pernah terjadi.

Syukurlah, dengan pengetahuan-Nya yang sempurna dan sumber daya yang tidak terbatas, Allah tidak mudah menyerah dan membiarkan manusia dalam keadaan mereka yang bobrok. Mazmur 85 menggambarkan orang-orang yang sangat perlu dipulihkan dan Allah Mahakuasa yang sanggup memulihkan mereka. Kemungkinan konteks dari mazmur itu adalah masa setelah orang Israel kembali dari pengasingan selama tujuh puluh tahun (hukuman atas pemberontakan melawan Allah). Saat menoleh ke belakang, mereka melihat kebaikan Allah—termasuk pengampunan-Nya (ay.2-4). Mereka tergerak untuk meminta pertolongan Allah (ay.5-8) dan mengharapkan hal-hal yang baik dari-Nya (ay.9-14).

Rasanya tidak ada di antara kita yang tidak pernah merasa babak belur, terluka, dan hancur. Terkadang semua itu disebabkan oleh perbuatan kita sendiri. Namun, karena Allah adalah sumber pemulihan dan pengampunan, siapa saja yang dengan rendah hati datang kepada-Nya tidak akan pernah dikecewakan. Dengan tangan terbuka, Dia menyambut semua yang berpaling kepada-Nya; dan mereka pun akan menemukan kesejahteraan dalam dekapan-Nya. —Arthur Jackson

WAWASAN
Bagian awal Mazmur 85 merujuk kepada Yakub (ay. 2). Beberapa versi terjemahan memakai kata “Israel” karena pemazmur bukan hanya berbicara tentang sang bapa leluhur bangsa tetapi juga keturunannya. Pilihan kata “Yakub” menarik untuk diperhatikan. Ketika umat Allah sadar bahwa mereka membutuhkan belas kasihan, mereka sering kali menyebut diri mereka sebagai “rumah Yakub.” Dasarnya adalah kesamaan karakter mereka, walaupun bukan karakter yang baik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tampaknya Yakub dikenang sebagai seorang penipu dan pengkhianat, sampai Allah mengubah hatinya dan mengganti namanya menjadi Israel. Dari semula, Allah sendiri yang mengajar umat-Nya untuk mengingat Dia sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub (Kejadian 50:24; Keluaran 3:15; Kisah Para Rasul 7:32). Ini merupakan cara untuk mengingatkan mereka bahwa—baik nanti maupun sekarang—satu-satunya harapan mereka adalah Allah yang mau mengampuni dan mengubah mereka. —Mart DeHaan

Adakah tanda-tanda yang menunjukkan bahwa hidup kamu membutuhkan pemulihan? Bagaimana kamu menanggapi Allah sumber pemulihan itu?

Ya Tuhan, tolonglah aku untuk tidak mengabaikan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa hidupku membutuhkan pemulihan dari-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 51-53; Roma 2

Handlettering oleh Elizabeth Rachel Soetopo

Background photo credit: Setiawan Jati

Tuhan Bersukacita

Minggu, 23 Juni 2019

Tuhan Bersukacita

Baca: Zefanya 3:14-20

3:14 Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!

3:15 TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi.

3:16 Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem: “Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu.

3:17 TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai,

3:18 seperti pada hari pertemuan raya.” “Aku akan mengangkat malapetaka dari padamu, sehingga oleh karenanya engkau tidak lagi menanggung cela.

3:19 Sesungguhnya pada waktu itu Aku akan bertindak terhadap segala penindasmu, tetapi Aku akan menyelamatkan yang pincang, mengumpulkan yang terpencar dan akan membuat mereka yang mendapat malu menjadi kepujian dan kenamaan di seluruh bumi.

3:20 Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka,” firman TUHAN.

[Allah] bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. —Zefanya 3:17

Tuhan Bersukacita

Belum lama ini, Nenek mengirimi saya sebuah album tua penuh dengan foto-foto lama, dan ketika saya membolak-baliknya, ada satu foto yang menarik perhatian saya. Foto itu menampilkan saya saat berusia dua tahun, duduk di depan perapian di salah satu sisi. Di sisi lain, tampak Ayah yang merangkul pundak Ibu. Keduanya menatap saya dengan ekspresi penuh cinta dan kegembiraan.

Saya menempel foto itu di meja rias supaya bisa melihatnya setiap pagi. Saya diingatkan akan kasih sayang orangtua kepada saya. Namun, kenyataannya kasih sayang orangtua yang baik sekalipun tetap tidak sempurna. Saya menyimpan foto tersebut untuk mengingatkan saya bahwa meskipun cinta kasih manusia kadang-kadang gagal, kasih Allah tidak pernah gagal—dan menurut Kitab Suci, Allah melihat saya dengan sukacita seperti orangtua melihat saya dalam foto tadi.

Nabi Zefanya menggambarkan kasih Allah dengan cara yang membuat saya kagum. Ia menggambarkan Allah bersukacita karena umat-Nya dengan sorak-sorai. Padahal, umat Tuhan belum layak mendapatkan kasih seperti itu. Mereka gagal mematuhi-Nya atau tidak memperlakukan sesamanya dengan belas kasihan. Namun, Zefanya berjanji bahwa pada akhirnya, kasih Allah akan mengatasi segala kegagalan mereka. Allah akan menyingkirkan hukuman mereka (Zef. 3:15), dan Dia akan bersukacita karena mereka (ay.17). Dia akan mengumpulkan umat-Nya, membawa mereka pulang, dan memulihkan mereka (ay.20).

Itulah kasih yang patut kita renungkan setiap pagi. —Amy Peterson

WAWASAN
Kitab Zefanya ditutup dengan pengharapan yang besar, tetapi sebagian besar isinya memperingatkan tentang penghakiman yang berat. Mengapa? Sebab Yerusalem “makin giat menjadikan busuk perbuatan mereka” (Zefanya 3:7) meskipun Allah berusaha meluruskan umat-Nya. Namun, Allah menjanjikan kesatuan yang penuh damai. “Aku akan memberikan bibir lain kepada bangsa-bangsa, yakni bibir yang bersih, supaya sekaliannya mereka memanggil nama TUHAN, beribadah kepada-Nya dengan bahu-membahu,” kata-Nya melalui sang nabi (ay.9). Penekanan kata “bibir” sangatlah menarik; Allah memilih dosa yang spesifik yakni berbohong dan menyombongkan diri—dosa-dosa yang melibatkan perkataan. Cara yang diambil-Nya untuk mempertobatkan umat akan berhasil. “Di antara [Israel] akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah,” kata-Nya. “Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong” (ay.12-13). Penghakiman Allah ini menjadi latar belakang bagi penutup kitab Zefanya yang memberikan penghiburan. —Tim Gustafson

Bagaimana perasaanmu mengetahui bahwa Allah bersorak-sorai karenamu? Bagaimana selama ini kamu mengalami kasih-Nya?

Ya Allah, terima kasih untuk pengampunan dan kasih setia-Mu atas kami.

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 9-10; Kisah PARA RASUL 7: 1-21

Handlettering oleh Kath Melisa

Dihapus Sampai Bersih

Senin, 11 Maret 2019

Dihapus Sampai Bersih

Baca: Yesaya 43:25; 44:21-23

43:25 Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.

44:21 Ingatlah semuanya ini, hai Yakub, sebab engkaulah hamba-Ku, hai Israel. Aku telah membentuk engkau, engkau adalah hamba-Ku; hai Israel, engkau tidak Kulupakan.

44:22 Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!

44:23 Bersorak-sorailah, hai langit, sebab TUHAN telah bertindak, bertempiksoraklah, hai rahim bumi! Bergembiralah dengan sorak-sorai, hai gunung-gunung, hai hutan serta segala pohon di dalamnya! Sebab TUHAN telah menebus Yakub, dan Ia telah memperlihatkan keagungan-Nya dalam hal Israel.

Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. —Yesaya 44:22

Daily Quotes ODB

Saat menciptakan penghapus pensil, insinyur Inggris bernama Edward Nairne awalnya menggunakan sepotong roti. Pada tahun 1770, kulit roti tawar digunakan untuk menghapus tulisan di kertas. Namun, tanpa sengaja, Nairne mengambil lembaran karet lateks dan mendapati bahwa ternyata karet bisa menghapus tulisan, meninggalkan “remah-remah” karet yang mudah dibersihkan dengan tangan.

Kesalahan kita yang terburuk pun dapat dihapus, karena Tuhan Yesus, Sang Roti Hidup yang membersihkan semua itu dengan nyawa-Nya sendiri, berjanji tidak akan pernah mengingat dosa-dosa kita lagi. “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri,” kata Yesaya 43:25, “dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.”

Mungkin kita menganggap hal itu terlalu ajaib, bahkan tidak layak kita terima. Banyak orang sulit mempercayai bahwa dosa masa lalu dapat begitu saja dihapuskan oleh Allah “seperti kabut diterbangkan angin.” Benarkah Allah, yang tahu segala sesuatu, dengan mudah melupakan dosa kita?

Namun, persis itulah yang Allah lakukan saat kita menerima Yesus sebagai Juruselamat. Dengan memilih mengampuni dosa-dosa kita dan tidak lagi “mengingat-ingat dosa [kita]”, Bapa Surgawi membuat kita bebas untuk melangkah maju. Dengan tidak lagi terbebani oleh kesalahan-kesalahan di masa lalu, kita bersih dari segala dosa dan siap untuk melayani Allah kembali, sekarang dan selamanya.

Memang tetap ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Namun, Allah telah menghapus dosa itu sendiri lalu mengajak kita kembali menjalani hidup yang baru dan bersih. Tidak ada cara lain yang lebih baik untuk memulai kembali. —Patricia Raybon

Hal apa di masa lalu yang tidak mudah kamu lupakan? Minta Allah menolong kamu meyakini firman-Nya.

Tuhan, hapuskan dosa-dosa lamaku, gantikan dengan hidup baru di dalam-Mu. Ajar aku menghayati berkat pengampunan-Mu dengan penuh sukacita.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 14-16; Markus 12:28-44

Kabar Baik!

Kamis, 28 Februari 2019

Kabar Baik!

Baca: Mazmur 51:1-9

51:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud,51:2 ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba.51:3 Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!

51:4 Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!

51:5 Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.

51:6 Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.

51:7 Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.

51:8 Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.

51:9 Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!

Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu. —Mazmur 51:3

Kabar Baik!

Saya membaca kisah yang begitu menyentuh dalam sebuah artikel singkat di surat kabar. Setelah mengikuti program pembinaan iman tentang cara mempererat ikatan keluarga, sekelompok narapidana memperoleh kesempatan langka. Mereka diizinkan menerima kunjungan terbuka dari keluarga mereka. Ada sejumlah narapidana yang bertahun-tahun belum pernah bertemu dengan anak-anak mereka. Kali ini, mereka tidak hanya berbicara melalui pembatas kaca, melainkan boleh bersentuhan dan berpelukan dengan keluarga yang mereka kasihi. Air mata pun mengalir ketika hubungan dalam keluarga para narapidana itu bertambah erat dan mengalami pemulihan.

Bagi kebanyakan pembaca, artikel itu hanya cerita biasa. Namun, bagi keluarga-keluarga tersebut, kesempatan untuk saling berpelukan adalah peristiwa yang mengubahkan hidup—bagi sebagian yang lain, hal itu menjadi awal dari pengampunan dan rekonsiliasi.

Pengampunan dosa dan perdamaian yang Allah tawarkan melalui Anak-Nya sesungguhnya lebih dari sekadar fakta dalam iman Kristen. Rekonsiliasi yang diceritakan dalam artikel di atas mengingatkan kita bahwa pengorbanan Yesus merupakan kabar baik, tak hanya bagi dunia, tetapi juga bagi kamu dan saya secara pribadi.

Pada saat kita tertekan oleh rasa bersalah karena pelanggaran yang pernah kita lakukan, kabar baik itu menjadi suatu kepastian yang dapat kita andalkan. Fakta tentang belas kasihan Allah yang tak berkesudahan itu patut kita terima secara pribadi: karena Yesus telah mati bagi kita, kita boleh datang kepada Bapa dalam kondisi suci, “lebih putih dari salju” (Mzm. 51:9). Ketika kita sadar bahwa kita tak layak untuk diampuni, kita dapat berpegang pada satu hal yang selalu bisa diandalkan: kasih setia Allah dan belas kasihan-Nya (ay.3). —Leslie Koh

Bapa, ampuni aku jika aku pernah memandang remeh belas kasih dan cinta-Mu. Terima kasih atas berkat dan hak istimewa yang indah ini, sesuatu yang tak layak kuterima tetapi yang Engkau berikan secara cuma-cuma.

Pengampunan adalah kabar baik yang luar biasa bagi setiap orang!

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 20-22; Markus 7:1-13

Dipulihkan

Sabtu, 2 Februari 2019

Dipulihkan

Baca: Yoel 2:18-27

2:18 TUHAN menjadi cemburu karena tanah-Nya, dan Ia belas kasihan kepada umat-Nya.

2:19 TUHAN menjawab, kata-Nya kepada umat-Nya: “Sesungguhnya, Aku akan mengirim kepadamu gandum, anggur dan minyak, dan kamu akan kenyang memakannya; Aku tidak akan menyerahkan kamu lagi menjadi cela di antara bangsa-bangsa.

2:20 Yang datang dari utara itu akan Kujauhkan dari padamu, dan akan Kuusir ke suatu negeri kering dan tandus, barisan mukanya ke laut timur, dan barisan belakangnya ke laut barat, maka bau busuknya dan bau anyirnya akan naik, sebab ia telah melakukan perkara yang besar.

2:21 Jangan takut, hai tanah, bersorak-soraklah dan bersukacitalah, sebab juga TUHAN telah melakukan perkara yang besar!

2:22 Jangan takut, hai binatang-binatang di padang, sebab tanah gembalaan di padang gurun menghijau, pohon menghasilkan buahnya, pohon ara dan pohon anggur memberi kekayaannya.

2:23 Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena TUHAN, Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, hujan pada awal dan hujan pada akhir musim seperti dahulu.

2:24 Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum, dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan minyak.

2:25 Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu.

2:26 Maka kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya.

2:27 Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa Aku ini, TUHAN, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya.”

Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang. —Yoel 2:25

Dipulihkan

Pada tahun 2003, serangan jangkrik Mormon menyebabkan gagal panen yang membawa kerugian lebih dari 25 juta dolar AS. Serangga itu muncul begitu banyaknya hingga nyaris menutup permukaan tanah. Serangga mirip belalang itu dijuluki demikian karena pernah menyerang tanaman milik para penduduk pertama di wilayah Utah pada tahun 1848. Satu ekor jangkrik dapat melahap makanan dalam jumlah mencengangkan—lebih dari 17 kg hasil tanaman di sepanjang masa hidupnya—meskipun ukuran tubuhnya hanya 5-7,5 cm. Dampak buruk dari hama serangga itu bagi penghidupan petani—dan perekonomian negara secara menyeluruh—sangatlah dahsyat.

Dalam Perjanjian Lama, Nabi Yoel menyebut serbuan serangga yang merusak seluruh Yehuda sebagai akibat ketidaktaatan mereka sebagai sebuah bangsa. Ia menubuatkan datangnya serangan belalang yang lebih dahsyat daripada tahun-tahun terdahulu (Yl. 1:2). Gerombolan belalang itu akan melahap semua yang mereka temui hingga bangsa Yehuda mengalami paceklik dan jatuh miskin. Namun, jika Yehuda mau bertobat dari dosa mereka dan memohon pengampunan dari Allah, Yoel mengatakan bahwa Tuhan akan ”memulihkan kepada [mereka] tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang” (2:25).

Kita juga bisa belajar dari Yehuda: seperti belalang, pelanggaran kita menggerogoti kehidupan yang indah dan berbuah seperti yang dikehendaki Allah bagi kita. Namun, jika kita datang kepada-Nya dan melepaskan semua pilihan kita di masa lalu, Allah berjanji akan menghapus aib kita dan memulihkan kita untuk kembali mengalami hidup yang berkelimpahan di dalam Dia. —Kirsten Holmberg

Untuk hal apa kamu ingin meminta pengampunan dari Allah hari ini?

Kasih Allah memulihkan.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 29-30; Matius 21:23-46