Posts

Mitos Kesempurnaan

Kamis, 3 September 2015

Mitos Kesempurnaan

Baca: 1 Yohanes 1:5-2:2

1:5 Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.

1:6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.

1:7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.

1:8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.

1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

1:10 Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.

2:1 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.

2:2 Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. —1 Yohanes 1:8

Mitos Kesempurnaan

Dr. Brian Goldman terobsesi untuk mengobati pasiennya secara sempurna. Namun, dalam suatu acara televisi, ia mengaku pernah melakukan kesalahan. Suatu waktu ia merawat seorang wanita di ruang gawat darurat, lalu memulangkannya. Kemudian, di hari yang sama, seorang perawat bertanya, “Kamu ingat dengan pasien yang kamu pulangkan? Ia dibawa lagi ke sini.” Pasien itu kembali dirawat di rumah sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian itu menghancurkan hati Dr. Goldman. Ia mencoba lebih keras lagi untuk menjadi dokter yang sempurna, tetapi akhirnya menyadari bahwa kesempurnaan itu mustahil untuk dicapai.

Sebagai orang Kristen, bisa saja kita secara tidak realistis mendambakan kesempurnaan atas diri kita sendiri. Namun, sekalipun kita mampu memperlihatkan kehidupan yang tidak bercela, segala pikiran dan motivasi kita takkan pernah murni sepenuhnya.

Rasul Yohanes menulis, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita” (1Yoh. 1:8). Solusinya bukanlah dengan menyembunyikan dosa kita dan berusaha lebih keras, melainkan dengan melangkah menuju terang kebenaran Allah dan mengakui dosa kita. “Jika kita hidup di dalam terang,” kata Yohanes, “sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa” (ay.7).

Apa yang terjadi seandainya orang Kristen bukan dikenal karena menyembunyikan dosa, tetapi karena mereka saling mengasihi dan mendukung dalam kasih karunia dan kebenaran Allah? Apa yang terjadi seandainya kita jujur dan terbuka terhadap satu sama lain dan juga terhadap dunia yang memperhatikan gerak-gerik kita? —Tim Gustafson

Ya Bapa, sulit bagi kami untuk saling mengakui kesalahan, tetapi Engkau memanggil kami dalam kesatuan sebagai umat-Mu. Oleh Roh Kudus-Mu, mampukan kami menjalani hidup dengan berani untuk jujur dan mengasihi.

Pengakuan dosa yang jujur kepada Allah akan membawa pengampunan.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 140-142; 1 Korintus 14:1-20

Membersihkan Lemari

Kamis, 23 Oktober 2014

Membersihkan Lemari

Baca: Mazmur 139:13-24

139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.

139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;

139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!

139:18 Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.

139:19 Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah,

139:20 yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia.

139:21 Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau?

139:22 Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.

139:23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;

139:24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku. —Mazmur 139:23

Membersihkan Lemari

Sampai hari ini seakan-akan masih terngiang di telinga saya perintah ibu kepada saya untuk membereskan kamar tidur. Dengan taat, saya akan naik ke kamar untuk mulai merapikannya, tetapi tidak lama kemudian perhatian saya teralihkan dan saya mulai membaca buku komik yang seharusnya saya susun rapi. Namun belum lama saya membaca, ibu saya kembali memberi peringatan bahwa dalam waktu 5 menit ia akan naik untuk memeriksa kamar saya. Karena tahu saya tidak akan mampu membersihkan kamar itu sampai rapi dalam waktu sesingkat itu, saya memilih untuk menyembunyikan semua barang yang tidak tahu harus saya apakan di dalam lemari, merapikan tempat tidur, lalu menanti Ibu masuk ke kamar—dan berharap ia tidak akan membuka-buka lemari saya.

Hal itu mengingatkan saya akan apa yang dilakukan oleh kebanyakan dari kita dengan hidup ini. Kita membersihkan bagian luar kehidupan kita, dengan berharap tidak ada orang yang akan melongok ke dalam “lemari”—tempat kita menyembunyikan dosa-dosa kita dengan mencari-cari pembenaran serta alasan dan dengan menyalahkan orang lain atas kesalahan-kesalahan kita.

Masalahnya, meskipun kita berpenampilan baik dan saleh, kita menyadari betul kebobrokan yang tersimpan di dalam diri kita. Pemazmur mendorong kita untuk menyerahkan diri pada karya Allah yang menyelidiki dan membersihkan kita: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mzm. 139:23-24). Marilah kita mengundang-Nya untuk menyelidiki dan membersihkan setiap sudut dari hidup kita. —JMS

Ya Tuhan, ampunilah aku karena aku membuat diriku terlihat baik di
luar sambil berupaya menyembunyikan kesalahan dan kegagalanku.
Aku rindu agar Engkau membersihkan hidupku sehingga aku bisa
berjalan bersama-Mu dengan integritas diri yang utuh.

Kita perlu mengakui dosa kita—bagaimanapun juga kita takkan bisa menyembunyikannya dari Allah.

Ketika Dikenal

Jumat, 19 September 2014

Ketika Dikenal

Baca: Yakobus 5:16-20

5:16 Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

5:17 Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.

5:18 Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya.

5:19 Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik,

5:20 ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.

Dosaku kuberitahukan kepada-Mu . . . ; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. —Mazmur 32:5

Ketika Dikenal

Salah satu konflik batin yang tersulit dalam diri kita terjadi ketika hasrat kita untuk dikenal orang berbenturan dengan ketakutan kita untuk dikenali. Sebagai makhluk yang diciptakan serupa dengan gambar Allah, kita diciptakan supaya dikenal—dikenal oleh Allah dan juga oleh sesama. Namun karena natur kita sebagai makhluk yang berdosa, setiap dari kita mempunyai berbagai dosa dan kelemahan, dan kita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Kita menggunakan istilah “sisi gelap” untuk mengacu pada aspek-aspek kehidupan yang kita sembunyikan rapat-rapat. Selain itu, kita menggunakan ungkapan seperti “tampilkan sisi terbaikmu” dengan maksud mendorong orang lain untuk menunjukkan sifat diri mereka yang terbaik.

Salah satu alasan mengapa kita tidak ingin mengambil risiko untuk dikenal adalah karena kita takut ditolak atau dipermalukan. Namun ketika kita mengetahui bahwa Allah mengenal kita, mengasihi kita, dan bahkan bersedia mengampuni hal terburuk yang pernah kita lakukan, maka ketakutan kita untuk dikenal Allah akan mulai memudar. Dan ketika kita menemukan sekelompok orang percaya yang memahami adanya hubungan yang dinamis antara pengampunan dan pengakuan dosa, kita pun merasa aman untuk saling mengakui dosa kita (Yak. 5:16).

Hidup dalam iman bukanlah berarti hidup dengan hanya menunjukkan sisi terbaik kita. Hidup itu juga termasuk menyingkapkan sisi gelap kita untuk disinari terang Kristus melalui pengakuan dosa kepada Allah dan juga kepada sesama. Dengan demikian, kita dapat menerima pemulihan dan menjalani hidup dalam kemerdekaan yang dialami oleh karena pengampunan. —JAL

Tuhan, tolonglah aku menyingkap dosaku,
Juga semua pelanggaran yang kusembunyikan,
Aku ingin mengakui semuanya kepada-Mu,
Senantiasa terbuka di hadapan-Mu. —D. DeHaan

Suara dosa mungkin terdengar nyaring, tetapi suara pengampunan jauh lebih nyaring. —D. L. Moody

Menutup Lubang Besar

Kamis, 20 Februari 2014

Baca: Mazmur 32:1-5

32:1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!

32:2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

32:3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;

32:4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela

32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela

Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! —Mazmur 32:1

Menutup Lubang Besar

Pada akhir bulan Mei 2010, badai tropis Agatha melanda wilayah Amerika Tengah dan menyebabkan hujan lebat serta tanah longsor. Setelah badai itu berlalu, didapati ada sebuah lubang pada tanah dengan kedalaman 200 kaki (±61 meter) di pusat kota Guatemala City. Lubang besar ini menyebabkan lahan di sekitarnya runtuh dengan tiba-tiba, sehingga tanah, tiang-tiang listrik, dan sebuah bangunan setinggi 3 lantai amblas dan terhisap masuk ke dalam bumi.

Meskipun lubang-lubang seperti itu menyebabkan kehancuran besar, ada satu lubang yang begitu umum dan paling merusak, yaitu lubang besar yang terdapat dalam hati manusia. Raja Daud adalah contoh seseorang yang mengalaminya.

Di permukaan, kehidupan Daud terlihat stabil; meskipun demikian, kehidupan jiwanya sebenarnya dilandaskan pada suatu fondasi yang rapuh. Setelah melakukan dosa perzinahan dan pembunuhan, Daud mengira bahwa ia telah berhasil menyembunyikan tindakan liciknya (2Sam. 11-12). Namun, tekanan penghakiman Allah yang begitu kuat melalui teguran Nabi Natan menyebabkan Daud menyadari bahwa usahanya menyangkali keberadaan dosa dalam hidupnya hanya akan melemahkan fondasi kehidupan imannya. Untuk mencegah keruntuhan rohani ini bertambah buruk, Daud pun mengakui dosanya kepada Allah dan bertobat (Mzm. 32:5). Sebagai hasilnya, Allah menutupi dosa Daud dan memberinya sukacita yang datang dari pengampunan.

Kita juga akan mengalami kasih karunia Allah ketika kita mengakui dosa-dosa kita kepada-Nya. Dia akan mengampuni segala dosa kita dan menutup lubang-lubang rohani kita. —MLW

Untuk Direnungkan
Adakah kebiasaan berdosa, kecanduan tersembunyi, atau kerentanan
tak terlihat yang sedang melemahkan jiwa Anda? Ingatlah, Allah
rindu untuk memberikan pengampunan yang seutuhnya kepada Anda.

Ketika kita menyingkapkan dosa-dosa kita dalam pertobatan, maka Allah akan menutupinya.

“Saya . . . Uh . . . Minta Maaf”

Minggu, 11 Agustus 2013

“Saya . . . Uh . . . Minta Maaf”

Baca: Mazmur 51:3-19

Hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! —Mazmur 51:3-4

Media pemberitaan biasanya sangat cepat melaporkan secara terperinci kesalahan tokoh-tokoh terkenal yang kemudian disusul dengan pengakuan mereka. Mungkin tokoh itu adalah seorang atlet yang tertangkap menyetir dalam keadaan mabuk. Atau mungkin seorang politisi yang tertangkap berselingkuh. Memang hanya Allah yang mengenal isi hati mereka, tetapi ketika kita mendengar suatu pengakuan yang diucapkan dengan terbata-bata, “Saya . . . uh . . . minta maaf,” kita mungkin bertanya-tanya apakah mereka betul-betul bertobat atau hanya menyesal karena terpergok.

Ketika membaca pengakuan Raja Daud, kita melihat adanya suatu penyesalan yang sungguh-sungguh. Sang raja yang telah menanggung aib akibat dosa-dosa keji yang sengaja disembunyikannya (2Sam. 12:1-13; Mzm. 32:3-5) kini memohon ampun, dan Daud mengungkapkan pengakuan dosanya di depan umum dalam Mazmur 51.

Daud mengakui bahwa dosanya adalah penghinaan terhadap Allah—bukan hanya terhadap sesamanya—dan hanya Allah yang pantas menghukumnya (Mzm. 51:3-8). Daud menyadari bahwa ia harus ditahirkan Allah (ay.9-12), dan ia mensyukuri pemulihannya melalui pelayanan dan penyembahan (ay.13-19).

Kita semua telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Ketika merasakan beratnya beban dosa yang menekan kita, kita dianugerahi kesempatan untuk mengakui dosa dan menerima pengampunan (1Yoh. 1:9) untuk mengangkat kita kembali. Demikianlah Allah kita yang agung, yang mengubahkan dosa-dosa kita menjadi suatu kesempatan untuk bertumbuh dalam anugerah, kuasa dan kasih-Nya! —JDB

Ya Tuhan, beriku kerendahan hati dan keberanian
untuk mengakui dosa-dosaku di hadapan-Mu dan orang lain.
Terima kasih untuk janji-Mu untuk tetap setia
mengampuni dosa-dosaku dan menyucikanku.

Mengakui dosa berarti setuju dengan pandangan Allah terhadap dosa kita.

Bangkit Kembali

Senin, 1 Juli 2013

Bangkit Kembali

Baca: 1 Yohanes 1:5-2:2

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. —1 Yohanes 1:9

Pada 18 Januari 2012, rekor kemenangan terpanjang dalam sejarah olahraga antar kampus di Amerika Serikat—252 kemenangan beruntun—terpatahkan saat Trinity College kalah dalam suatu pertandingan squash melawan Yale. Pagi berikutnya setelah kekalahan pertama dalam 14 tahun tersebut, pelatih Trinity, Paul Assaiante, menerima e-mail dari seorang teman yang merupakan seorang pelatih football ternama. Temannya itu menulis, “Ini kesempatanmu untuk bangkit kembali.” Sepuluh hari kemudian, giliran tim yang dilatih sang teman tersebut menerima kekalahan di salah satu pertandingan terakbar, yakni final NFL Super Bowl. Setiap dari kita pasti pernah menghadapi kekalahan di dalam hidup ini.

Perasaan gagal dalam suatu pertandingan olahraga mencerminkan kuatnya perasaan kita yang menyalahkan diri sendiri setelah mengalami kejatuhan rohani. Bagaimana kita bisa bangkit dari kejatuhan setelah kita mengecewakan Tuhan, sesama, dan juga diri kita sendiri? Rasul Yohanes menulis, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1Yoh. 1:8-9). Allah mengampuni kita karena Yesus Kristus telah membayar harga untuk dosa-dosa kita (2:2).

Pengampunan Allah membuat kita bebas untuk memulai suatu awal yang baru dan untuk memusatkan perhatian kita pada kesempatan yang ada di masa kini daripada kekalahan di masa lalu. Dia dengan setia menyucikan kita sehingga kita bisa memulai lagi dengan hati yang murni. Hari ini, Allah mengundang dan memampukan kita untuk bangkit kembali. —DCM

Saat kau pernah percaya kepada Yesus dan menaati jalan-Nya,
Saat kau pernah dituntun tangan-Nya hari demi hari,
Namun kini langkahmu menyimpang ke jalan lain,
Kembalilah lagi dari awal. —Kroll

Daripada hidup dalam bayang-bayang masa lalu, berjalanlah dalam terang masa kini dan harapan akan masa depan.

Surat Dari C. S. Lewis

Senin, 10 Juni 2013

Surat Dari C. S. Lewis

Baca: 1 Yohanes 2:9-17

Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya. —1 Yohanes 2:12

Pada September 1961, Harvey Karlsen, seorang siswa sekolah menengah atas di Brooklyn, New York, menulis surat kepada C. S. Lewis di Inggris. Harvey telah membaca buku Lewis yang berjudul The Screwtape Letters (Surat-Surat Screwtape) dan bertanya kepada sang penulis, “Ketika Anda menulis buku ini, apakah Iblis memberi Anda masalah, dan jika ya, apa yang Anda lakukan untuk mengatasinya?”

Tiga minggu kemudian, Lewis menuliskan surat balasan yang menegaskan bahwa ia masih menghadapi banyak cobaan. Dalam menghadapinya, ia berkata, “Mungkin . . . yang paling penting adalah untuk terus maju; tidak menjadi putus asa seberapa pun seringnya kita kalah terhadap pencobaan, tetapi selalu berusaha bangkit kembali dan memohon pengampunan.”

Surat-surat Yohanes dalam Perjanjian Baru penuh dengan dorongan untuk bertekun dalam pencobaan. “Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat” (1Yoh. 2:12-13).

Berapapun usia atau pengalaman kita, kita semua tengah menghadapi pertempuran rohani. “Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya” (ay.17).

Marilah kita berpegang kepada Allah dan terus maju! —DCM

Tuhan, aku merasa berkecil hati saat aku lagi-lagi menyerah
kepada tipu daya Iblis. Namun aku bersyukur, Kristus telah
membayar dosaku di kayu salib. Tolong aku mengakui dosaku
dan terus mengandalkan-Mu untuk pertumbuhan imanku.

Untuk berkuasa atas pencobaan, biarkan Kristus berkuasa atasmu.

Sesuatu Yang Disembunyikan

Rabu, 31 Oktober 2012

Sesuatu Yang Disembunyikan

Baca: Mazmur 32:1-11

Aku berkata: “Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. —Mazmur 32:5

Jika Anda memiliki sesuatu untuk disembunyikan, Mike Slattery mungkin punya jalan keluarnya. Beberapa tahun silam, sebuah perusahaan telepon seluler ingin mendirikan antena di atas tanah milik Mike dan menyamarkannya seperti sebatang pohon pinus. Mike punya gagasan yang lebih baik dan membangun sebuah lumbung palsu dengan panel-panel vinil (serat sintetis yang tahan api) yang membuatnya dapat dilewati gelombang radio. Lalu ia mengembangkan konsep tersebut dan membangun suatu perusahaan yang mendirikan bangunan untuk menyembunyikan antena demi alasan estetika dan keamanan. Mike yakin bahwa banyak tetangganya masih tidak tahu apa yang terdapat di dalam lumbungnya (dari surat kabar The Gazette, Colorado Springs).

Kebanyakan dari kita berusaha menyembunyikan sesuatu. Hal itu bisa jadi adalah sesuatu yang tidak berbahaya seperti barang rongsokan di ruang bawah tanah atau sebaliknya sesuatu yang beracun seperti kejatuhan moral dan rohani yang kita coba sembunyikan dari orang lain, dari diri sendiri, dan bahkan dari Allah.

Dalam Mazmur 32, Daud menggambarkan kesia-siaan usahanya untuk menutupi dosanya (ay.3-4) dan kelegaan yang diterimanya setelah ia mengakui isi hatinya kepada Tuhan: “‘Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku” (ay.5).

Mengakui dosa-dosa kita kepada Allah dan meninggalkan semua itu akan memberikan kelegaan bagi jiwa kita dan kesadaran bahwa tidak ada sesuatu pun yang perlu kita sembunyikan. —DCM

Tuhan Yesus, tolonglah aku datang kepada-Mu
Saat aku tergoda untuk pergi dan menyembunyikan
Jalan hidupku yang berdosa dan bebal;
Ampuni dan sucikan kembali batinku. —Sper

Kapan pun kita siap untuk mengungkapkan dosa-dosa kita, Allah siap untuk mengampuninya.

Bersih Total

Minggu, 5 Agustus 2012

Bersih Total

Baca: 1 Yohanes 1:1-10

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. —1 Yohanes 1:9

Seorang teman menceritakan kepada saya kabar terbarunya selama setahun terakhir ini—tahun dimana ia harus menerima perawatan berkala karena penyakit kanker yang dideritanya. Senyum di wajahnya menjadi pernyataan yang sangat jelas dari kabar baik yang baru saja diterimanya. Ia berkata bahwa pada pemeriksaan rutin tahunannya, dokter memberitahukan bahwa semua hasil tesnya menunjukkan satu hal: “Anda telah bersih total!” Luar biasa pengaruh dua kata itu! Bagi teman saya, bersih total berarti setiap jejak penyakit yang mengancam jiwanya beberapa bulan sebelumnya telah terhapus bersih dari tubuhnya. Kami bersukacita ketika mendengar bahwa ia telah bersih total!

Raja Daud, setelah kejatuhan moralnya dengan Batsyeba, mendambakan hal yang serupa terjadi di dalam hatinya. Berharap agar noda dosanya itu dapat terhapus bersih, ia berseru, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mzm. 51:12). Kabar baiknya, bagi Daud dan bagi kita, adalah bahwa dosa-dosa kita dapat diampuni. Ketika kita membutuhkan pembersihan, perkataan Yohanes yang sudah sangat dikenal ini menuumbuhkan pengharapan bagi kita: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yoh. 1:9).

Kita tidak dapat membersihkan hati kita sendiri; hanya Allah yang dapat melakukannya. Jika kita mengaku dosa kita kepada-Nya, Dia berjanji untuk membuat kita bersih total! —WEC

Oh Allahku, jenguklah diriku,
Ujilah hati dan pikiranku.
Aku telah berdosa dan cemar,
Sucikan dan jadikan ‘ku benar. —Orr
(Nyanyikanlah Kidung Baru, No. 13)

Pengakuan dosa kepada Allah selalu membawa pembersihan dari-Nya.