Posts

Mereka Yang Tak Lagi Berkuasa

Jumat, 5 Oktober 2012

Mereka Yang Tak Lagi Berkuasa

Baca: 1 Korintus 10:1-13

Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! —1 Korintus 10:12

Sebuah daftar unik berjudul The 100 Least Powerful People in the World (100 Orang yang Tak Lagi Berkuasa di Dunia) muncul dalam majalah online 24/7 Wall St. Yang terpilih diantaranya adalah para pemimpin perusahaan, tokoh olahraga, politikus, dan selebriti yang memiliki satu karakteristik yang sama—mereka dahulu pernah berkuasa. Beberapa merupakan korban dari keadaan, yang lain karena membuat keputusan bisnis yang buruk, sedangkan yang lain lagi kehilangan pengaruh mereka karena kemerosotan moral.

Dalam 1 Korintus 10, Paulus menarik suatu pelajaran yang suram dari sejarah Perjanjian Lama. Bangsa yang dipimpin Musa untuk keluar dari perbudakan di Mesir menuju Tanah Perjanjian terus menerus berpaling dari Allah yang telah membebaskan mereka (ay.1-5). Penyembahan berhala, perzinaan, dan sikap menggerutu merupakan sejumlah hal yang membuat mereka jatuh (ay.6-10). Paulus menunjukkan kejatuhan mereka sebagai contoh bagi kita, dan ia memberikan peringatan ini: “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (ay.12).

Setiap pengikut Yesus dapat memegang teguh janji Allah: “Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (ay.13). Setiap dari kita diberi kuasa untuk mempengaruhi iman sesamanya. Betapa tragisnya jika kuasa itu disia-siakan ketika kita menyerah kepada godaan yang seharusnya dapat kita tolak karena Allah telah memampukan kita untuk melakukannya. —DCM

Tuhan, ada banyak godaan untuk berbuat dosa di mana pun.
Tolong aku untuk tidak menyerah. Ajarku peka untuk melihat
jalan keluar yang Kau sediakan. Aku ingin kasihku pada-Mu menjadi
nyata dan menguatkan orang lain dalam perjalanan iman mereka.

Cara terbaik untuk menjauhi godaan adalah dengan berlari kepada Allah.

Pintu Rahasia

Rabu, 5 September 2012

Pintu Rahasia

Baca: Yakobus 1:12-21

Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan. —Yakobus 1:12

Hal ini bukan pertama kalinya terjadi dalam dunia olahraga, dan pasti bukan untuk yang terakhir kalinya. Namun menceritakan kembali kejadian ini dapat membantu kita supaya tidak mengulang kesalahan memalukan yang sama.

Seorang pelatih futbol di sebuah universitas—dikenal memiliki karakter Kristen yang baik—mengundurkan diri secara tidak hormat setelah terbukti melanggar peraturan yang telah digariskan oleh Asosiasi Atletik Antar Kampus Nasional (NCAA) di Amerika Serikat. Sebuah artikel di suatu majalah menyimpulkan: “Integritas dirinya adalah salah satu mitos terbesar dalam dunia futbol antar kampus”

Tentulah itu saat yang memalukan bagi sang pelatih, tetapi sadarkah bahwa hal ini dapat menimpa setiap dari kita? Godaan untuk bersembunyi di balik pintu rahasia dalam kehidupan kita dan melakukan hal-hal yang mempermalukan Tuhan menghantui kita semua. Benar sekali, kita dapat saja mengubah integritas kita menjadi mitos belaka, yaitu menjalani hidup dengan cara yang berlawanan dengan kesaksian kita tentang Yesus. Apa pun godaannya, kita rentan untuk jatuh ke dalamnya.

Jadi, bagaimana agar kita tidak menyerah kepada godaan? Dengan mengakui bahwa pencobaan dapat terjadi di mana dan kapan saja (1 Kor. 10:13). Dengan menyadari akibat berbahaya dari sikap menyerah pada dosa (Yak. 1:13-15). Dengan bertanggung jawab kepada saudara-saudara seiman (Pkh. 4:9-12). Dan dengan memohon pertolongan Allah agar tidak terjatuh (Mat. 26:41). Hanya kasih karunia dan kuasa Allah yang dapat menjaga kita agar tidak terjatuh dan mengangkat kita kembali ketika kita tersandung. —JDB

Iblis sungguh cerdik, memperdaya kita semua,
Dengan licik ia jatuhkan bahkan yang terkuat;
Namun kita pasti dapat mengenali siasatnya
Asal tiap hari mau perhatikan peringatan-Nya. —D. De Haan

Dosa apa pun bisa masuk dari mana saja; pastikan Anda siap sedia menghalanginya.

Tipu Muslihat Musuh

Sabtu, 23 Juni 2012

Tipu Muslihat Musuh

Baca: Yohanes 8:42-47

Tetapi aku takut, . . . pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. —2 Korintus 11:3

Ditulis pada abad ke-6 SM oleh seorang jenderal Tiongkok bernama Sun Tzu, “Seni Berperang” telah menjadi kitab pedoman strategi militer berabad-abad lamanya. Namun kitab ini juga telah digunakan oleh orang-orang dari berbagai bidang lain seperti kepemimpinan, manajemen, bisnis, politik, dan olahraga. Apa yang telah ditulis oleh Sun Tzu mengenai peperangan militer dapat membantu para pengikut Kristus untuk mengerti berbagai taktik yang diterapkan oleh musuh rohani kita: “Semua peperangan didasari tipu muslihat. Oleh karena itu, pada saat kita mampu menyerang, kita harus terkesan tidak mampu; pada saat menggerakkan pasukan kita, kita harus tampak diam; pada saat kita dekat, kita harus membuat musuh percaya bahwa kita masih jauh; pada saat kita jauh, kita harus membuat musuh percaya bahwa kita sudah dekat.”

Demikian juga, peperangan rohani yang digerakkan Iblis terhadap kita juga didasari tipu muslihat. Bahkan, dosa paling pertama merupakan hasil tipu muslihat musuh. Perhatikan perkataan Paulus: “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya” (2 Kor. 11:3).

Kebenaran inilah yang membuat peringatan Tuhan kita bahwa Iblis adalah bapa segala dusta (Yoh. 8:44) yang selalu berusaha mengelabui kita. Lalu bagaimana kita dapat bertahan? Dengan membuka hati kita supaya dipenuhi dengan kebenaran firman Allah. Hanya kebenaran dari Allah yang dapat melindungi kita dari tipu muslihat musuh. —WEC

Bapa, kami tahu bahwa Iblis itu cerdik, penuh tipu muslihat, dan
licik. Kami tidak ingin terkecoh olehnya dan mempercayai dustanya.
Tolong kami untuk mengenal cara-caranya yang licik dan
memenuhi pikiran kami dengan kebenaran-Mu.

Kebenaran Allah adalah perlindungan terbaik terhadap dusta Iblis.

Sekali Ini Saja

Selasa, 5 Juni 2012

Sekali Ini Saja

Baca: Mazmur 19:8-15

Jauhkanlah aku dari dosa yang disengaja. —Mazmur 19:14 BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari)

Sewaktu saya kecil, saya biasa mengendarai go-cart (sejenis mobil mainan) yang dikendalikan dengan seutas tali. Pada suatu waktu, ketika saya meluncur dari pekarangan rumah, saya teringat pada peringatan orangtua saya: “Jangan lupa melihat kiri-kanan jalan, jangan-jangan ada mobil.” Namun saya berkilah: Sekali ini saja, itu tidak perlu. Tidak akan terjadi apa-apa. Tiba-tiba saya mendengar suara ban berderit ketika sebuah mobil mendadak berhenti agar tidak menabrak saya. Ketika saya mengira dapat melanggar perintah orangtua, nyawa saya pun nyaris terenggut.

Alkitab mencatat banyak contoh tentang orang-orang yang mengetahui hukum Allah, tetapi tetap memilih untuk melanggarnya. Sejak masa kanak-kanaknya, Daud telah merenungkan hukum-hukum Allah sambil menggembalakan domba. Ia tahu bahwa hukum ketujuh mengutuk perzinahan, tetapi ketika melihat seorang wanita cantik sedang mandi, ia menggunakan kuasanya sebagai raja untuk mengambil istri Uria menjadi miliknya. Dosa ini membawa akibat yang mengenaskan (2 Sam. 11-12).

Pemazmur menulis: “Jauhkanlah aku dari dosa yang disengaja” (Mzm. 19:14 BIS). Apakah Anda merasa tergoda untuk melakukan sesuatu “sekali ini saja” meski Anda tahu itu salah? Melirik pornografi di Internet, menilep uang dari rekening kantor atau menutupi suatu kebenaran, mungkin terlihat seperti suatu aktivitas yang remeh. Namun hal-hal tersebut dapat membawa akibat yang mengenaskan. Dengan pertolongan Allah, berpalinglah dari dosa dan temukan jalan keluar yang disediakan-Nya (1 Kor. 10:13). —HDF

‘Ku dipikat pencobaan
Meninggalkan kasih-Mu;
Inilah hatiku, Tuhan,
Meteraikan bagi-Mu. —Robinson
(Kidung Jemaat, No. 240)

Godaan bisa datang kapan saja, tetapi jangan puaskan keinginannya!

Elang Dan Singa

Rabu, 4 April 2012

Elang Dan Singa

Baca: 1 Petrus 5:5-11

Si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. —1 Petrus 5:8

Suatu pagi, saya menyaksikan seekor kelinci sedang menggigiti rumput di halaman belakang rumah saya. Badannya kecil, dengan bulu berbintik cokelat dan ekor seperti gumpalan kapas. Tiba-tiba, seekor elang terbang menukik secepat kilat ke arah si kelinci. Dengan cakar yang terentang, elang itu berusaha menyambar mangsanya. Namun kelinci itu menyadari adanya bahaya yang mendekat dan berhasil kabur ke tempat yang aman, meleset sedikit saja dari cengkeraman si elang.

Sebagaimana halnya kelinci yang melihat pemangsanya dan bergegas kabur, kita sebagai orang Kristen juga perlu waspada supaya kita dapat menghindari musuh kita. “Si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Ptr. 5:8). Iblis ingin menelan kita dengan cara membawa kita untuk mengikuti jalannya. Ia melakukan hal ini dengan cara menyelewengkan kebenaran (Yoh. 8:44) dan berusaha menipu kita (Kej. 3:1).

Rancangan Iblis mencerminkan sifatnya yang penuh tipu daya, dan tipuannya dimaksudkan untuk membuat kita lengah. Untuk menanggapinya, orang Kristen harus terus berjaga-jaga dan berpikir jernih (1 Ptr. 5:8). Hidup dalam keadaan waspada setiap saat akan membantu kita mengenali pengajaran palsu (1 Yoh. 4:1-3; 2 Yoh. 1:7-11) dan mengalahkan pencobaan (Mat. 26:41).

Hari ini, berjaga-jagalah terhadap pemangsa rohani Anda. Kebohongan apa yang sedang ia bisikkan? Bagaimanakah caranya ia menggoda Anda? Lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari [Anda] (Yak. 4:7). —JBS

Iblis itu cerdik, penipu, dan licik;
Menipu kita untuk menelan tipu dayanya.
Caranya yang licik pasti dapat kita kenali
Asal kita perhatikan peringatan Allah tiap hari. —D. De Haan

Mengenali musuh adalah langkah pertama menuju kemenangan.

Terlindung Batu Karang

Jumat, 27 Januari 2012

Baca: Mazmur 18:31-37

Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahanku dan penyelamatku. —Mazmur 18:3

Ada kisah tentang seorang pengkhotbah muda bernama Augustus Toplady. Ia sedang berjalan kaki menyusuri pedesaan Inggris ketika tiba-tiba badai melanda daerah itu. Toplady lalu melihat suatu barisan lebar bukit batu yang memiliki celah di mana ia dapat berlindung sampai badai berlalu. Ketika menanti hujan badai mereda, ia merenungkan kaitan antara tempatnya berlindung dengan pertolongan Allah dalam badai kehidupan.

Ia tidak mempunyai kertas untuk menulis, tetapi ia menemukan selembar kartu permainan di dasar gua tempatnya berlindung dan mulai menulis kata-kata untuk himne Rock of Ages (Batu Karang yang Teguh) yang terkenal.

Ditulis di hari penuh badai pada tahun 1775, himne itu menjadi sumber kekuatan bagi banyak orang Kristen hingga saat ini.

Batu Karang yang teguh,
Kau tempatku berteduh.
Kar’na dosaku berat,
Dan kuasanya menyesak,
Oh, bersihkan diriku,
Oleh darah lambung-Mu.
(Kidung Jemaat, No. 37)

Pikirkanlah pergumulan-pergumulan Anda. Apakah Anda membutuhkan tempat untuk berlindung? Apakah Anda memerlukan satu Pribadi untuk melindungi Anda dari serangan badai kehidupan? Apakah Anda membutuhkan jaminan bahwa Anda telah diampuni? Seperti yang dialami Toplady, kita dapat menemukan tempat perlindungan dan jaminan di dalam Allah.

Jangan hadapi badai kehidupan Anda seorang diri. Carilah perlindungan di dalam Allah. Mintalah supaya Dia melindungi Anda. Pastikan bahwa Anda telah menerima pengampunan-Nya. Mendekatlah kepada Batu Karang yang Teguh––tempat perlindungan hidup yang paling aman. —JDB

Ketika dunia di sekeliling Anda runtuh, Allah adalah bukit batu tempat Anda dapat berdiri teguh.

Mendapatkan Keseimbangan

Rabu, 18 Januari 2012

Baca: Efesus 6:10-18

Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. —Efesus 6:13

Beberapa tahun terakhir ini, istri saya, Marlene, menderita masalah di telinga bagian dalam yang membuatnya kehilangan keseimbangan. Tiba-tiba saja, bagian dalam telinganya dapat terganggu dan ia menjadi pusing. Jika ia mencoba untuk duduk atau berdiri, ia tidak dapat melakukannya karena suatu keadaan yang disebut vertigo membuatnya harus berbaring. Upaya apa pun tidak dapat mengatasi kekuatan telinga bagian dalam itu untuk mengganggu dan menggoyahkan Marlene. Sebagai seorang yang aktif, ia pun merasa frustrasi dengan keadaan yang tidak dikehendakinya ini.

Terkadang hidup seperti itu. Sesuatu yang tidak terduga mengganggu rutinitas kita dan menggoyahkan keseimbangan kita. Mungkin hal itu berupa berita buruk mengenai pemecatan kerja atau hasil tes kesehatan yang tidak sesuai harapan. Atau, bisa jadi, hal itu berupa serangan yang kita terima dari musuh rohani kita. Apa pun itu, keseimbangan emosi kita dihantam, dan kita merasa seakan tidak dapat bertahan lagi.

Momen-momen tersebut haruslah membawa kita datang kepada Allah. Ketika kita merasa kehilangan keseimbangan, Allah dapat memberikan pertolongan. Dia menyediakan segala perlengkapan rohani yang dapat menolong kita bertahan. Paulus berkata, “Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu” (Ef. 6:13).

Ketika hidup menggoyahkan kita, janganlah frustrasi. Dengan kekuatan dari Allah yang menopang kita dan perlengkapan senjata Allah yang melindungi kita, kita dapat tetap berdiri teguh. —WEC

Dengan kesabaran dalam kasih-Nya, aku akan bersandar,
Dan berbisik bahwa Dia tahu yang terbaik,
Lalu, bergantung pada tangan-Nya yang menuntun,
Meski lemah, dalam kuasa-Nya aku akan berdiri teguh. —Pentecost

Kita dapat menanggung segala sesuatu, jika bersandar kepada Allah dalam segala hal.

Aku Akan Gembira Selalu

Kamis, 29 Desember 2011

Baca: Habakuk 3:11-19

Aku akan gembira selalu, sebab Engkau Tu han Allah penyelamatku. —Habakuk 3:18 BIS

Menjalani hidup di dunia ini tidak lepas dari berbagai kesulitan. Dalam masa hidup kita, kebanyakan dari kita pernah bertanya-tanya, Di manakah Allah di tengah masalah yang kuhadapi? Dan kita mungkin juga pernah berpikir, Kelihatannya ketidakadilanlah yang menang dan Allah hanya diam saja. Kita diperhadapkan pada pilihan bagaimana kita akan menanggapi masalah-masalah yang kita hadapi. Nabi Habakuk memiliki suatu sikap yang patut diteladani: Ia memilih untuk selalu bergembira.

Habakuk melihat bertambah dalamnya kejatuhan moral dan rohani bangsa Yehuda, dan hal tersebut sangat mengusik jiwanya. Namun, tanggapan Allah atas hal itu justru membuatnya semakin terusik. Allah akan menggunakan bangsa Babel yang jahat untuk menghukum Yehuda. Habakuk tidak sepenuhnya memahami tindakan Allah ini, tetapi ia dapat bergembira karena ia telah belajar untuk bersandar pada hikmat, keadilan, dan kedaulatan Allah. Ia mengakhiri kitabnya dengan suatu penegasan yang indah: “Aku akan gembira selalu, sebab Engkau Tuhan Allah penyelamatku” (3:18). Meski tidak jelas baginya bagaimana Yehuda akan bertahan, Habakuk telah belajar untuk mempercayai Allah di tengah ketidakadilan, penderitaan, dan kehilangan yang terjadi. Ia akan hidup oleh iman kepada Allah saja. Iman semacam ini membangkitkan sukacitanya di dalam Allah, apa pun keadaan yang terjadi di sekitarnya.

Demikian pula, kita dapat bersukacita di tengah segala pencobaan yang kita alami, memiliki kepercayaan yang teguh pada Allah, dan hidup bersandar pada kedaulatan Allah. —MLW

Biarlah ini yang menjadi tujuan jiwaku
Pilihanku yang pasti dan sungguh-sungguh;
Untuk berserah dalam kendali Allah Mahatinggi
Dan bergembira dalam tiap pencobaan. —NN.

Memuji Allah di tengah semua pencobaan yang kita alami akan mengubah beban jadi berkat.

Penantian Yang Penuh Anugerah

Selasa, 27 Desember 2011

Baca: 2 Korintus 4:7-18

Sebab itu kami tidak tawar hati. —2 Korintus 4:16

Roger kehilangan pekerjaannya karena ada pengurangan karyawan di perusahaannya. Berbulan-bulan lamanya ia mencari, melamar pekerjaan, berdoa, meminta orang lain untuk mendoakannya, dan mempercayakan dirinya kepada Allah. Namun, perasaan Roger dan Jerrie, istrinya, mengalami pasang-surut. Mereka melihat bagaimana Allah memelihara mereka melalui cara-cara yang tidak terduga dan mereka pun mengalami anugerah-Nya, tetapi terkadang mereka khawatir bahwa pekerjaan tidak akan pernah datang. Selama 15 bulan yang panjang, mereka menanti.

Lalu Roger diwawancarai tiga kali oleh sebuah perusahaan, dan seminggu kemudian kantor penempatan tenaga kerja menghubunginya dan berkata, “Pernahkah Anda mendengar pepatah, ‘Habis hujan tampak pelangi’? Anda diterima!” Di kemudian hari, Jerrie berkata kepada saya, “Kami tak akan menyesali pengalaman sulit yang telah kami lalui ini. Pengalaman ini telah mendekatkan kami berdua dan mendekatkan kami kepada Tuhan.” Para sahabat yang telah mendoakan mereka juga bergembira dan mengucap syukur kepada Allah.

Paulus ingin supaya gereja di Korintus melihat anugerah Allah bekerja dalam hidupnya, yang dapat menyebabkan “semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah” (2 Kor. 4:15). Pencobaan yang dialaminya begitu berat karena ia “ditindas”, “habis akal”, “dianiaya”, dan “dihempaskan” (ay.8-9). Namun, ia menguatkan orang lain supaya tidak tawar hati di tengah pergumulan (ay.16), tetapi justru mempercayai Allah. Dalam kesulitan kita, kita dapat dibawa mendekat kepada Allah dan orang lain, seperti yang dialami oleh Roger dan Jerrie, dan pujian pun akan dinaikkan kepada Tuhan atas anugerah-Nya. —AMC

Bersyukurlah kepada Tuhan ketika masalah datang,
Kasih dan anugerah-Nya dinyatakan;
Pujian syukur menyatakan iman,
Mengubah pencobaan menjadi berkat. —Egner

Tidak ada saat yang lebih baik untuk memuji Allah selain saat ini.