Posts

Keajaiban Jantung

Rabu, 10 Desember 2014

Keajaiban Jantung

Baca: Ayub 38:1-11

38:1 Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub:

38:2 “Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan?

38:3 Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.

38:4 Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!

38:5 Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? Bukankah engkau mengetahuinya? –Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukur padanya?

38:6 Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya

38:7 pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai?

38:8 Siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual ke luar dari dalam rahim? —

38:9 ketika Aku membuat awan menjadi pakaiannya dan kekelaman menjadi kain bedungnya;

38:10 ketika Aku menetapkan batasnya, dan memasang palang dan pintu;

38:11 ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!

Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan. —Mazmur 71:6

Keajaiban Jantung

Setiap hari jantung kita berdetak sekitar 100.000 kali, memompa darah ke setiap sel yang ada dalam tubuh kita. Itu berarti secara total jumlahnya sekitar 35 juta detak per tahun dan 2,5 milyar detak sepanjang hidup manusia pada umumnya. Ilmu kedokteran memberi tahu kita bahwa setiap kontraksi yang terjadi itu setara dengan usaha yang kita butuhkan untuk menggenggam sebuah bola tenis dengan telapak tangan kita dan meremasnya kuat-kuat.

Akan tetapi, sehebat-hebatnya jantung kita, hal itu hanyalah satu contoh dari keberadaan dunia yang telah diciptakan untuk menyatakan sesuatu tentang diri Pencipta kita. Itulah gagasan yang terkandung di balik cerita tentang seorang laki-laki bernama Ayub.

Ketika Ayub dihempaskan oleh berbagai masalah yang menimpa silih berganti, ia pun merasa diabaikan. Pada saat Allah akhirnya berbicara, Dia tidak menyebutkan alasan mengapa Ayub menderita. Dia juga tidak mengatakan kepada Ayub bahwa kelak Dia sendiri akan menderita baginya. Sebaliknya, Allah menarik perhatian Ayub pada serangkaian keajaiban alam yang sebenarnya selalu tampak nyata di hadapan kita—bahkan terkadang dengan begitu gamblang—yakni suatu hikmat dan kuasa yang jauh lebih besar daripada hikmat dan kuasa kita sendiri (Ayb. 38:1-11).

Jadi, apa yang dapat kita pelajari dari canggihnya organ jantung yang selalu bekerja keras itu? Pelajarannya mungkin sama seperti yang kita terima ketika mendengar bunyi ombak yang menerjang tepian pantai dan melihat bintang-bintang yang bersinar lembut di langit pada malam hari. Kita belajar bahwa kuasa dan hikmat dari Allah Sang Pencipta kita itu membuat Dia layak kita percayai. —MRD II

Tuhan, Engkaulah Allah kami, kami milik-Mu;
Kami diciptakan dengan begitu menakjubkan;
Lewat setiap seluk-beluk rangka tubuh kami
Kami melihat hikmat, kuasa, dan kasih-Mu. —NN.

Ketika kita merenungkan kuasa Allah dalam mencipta, kita juga melihat kuasa-Nya dalam memelihara kita.

Adam dan Hawa

Oleh: Evan Septian Handra

Forest Sunrise

Matahari bersinar terang,
Menghias cakrawala nan benderang,
Kicau burung turut terundang,
Menyaksikan pohon yang berdendang,

Sang Pencipta yang Benderang,
Melihat dunia sungguhlah senang,
Dibuat-Nya-lah pengurus dunia dua orang,
untuk wakilkan citra-Nya yang sempurna

Adam dan Hawa namanya,
Ditugaskan Tuhan tuk urus dunia,
Disuruh-Nya juga untuk taati Perintah-Nya,
Karena dunia memang tetap milik-Nya,

Terhasut oleh ular penggoda,
Hati Hawa tergoda,
Buah terlarang pun dimakannya,
Juga dibagikan pada suaminya,

Citra Tuhan dalam manusia pun pupus,
ketika Adam dan Hawa terjerumus,
Mereka pun diusir dari Firdaus,
dengan harapan masa depan yang sudah putus,

Tetapi Tuhan tetap sayang mereka,
Sang Penyelamat akan datang melalui keturunan mereka
dan setiap manusia yang memercayai-Nya
kelak dapat kembali hidup dengan-Nya selamanya

Teori Atas Segala Sesuatu

Rabu, 22 Agustus 2012

Teori Atas Segala Sesuatu

Baca: Yohanes 1:1-13

Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. —Kolose 1:16

Para ilmuwan berusaha mencari “Teori Atas Segala Sesuatu”. Brian Greene, seorang ahli fisika, mengaku telah menemukannya. Ia menulis buku The Elegant Universe: Superstrings, Hidden Dimensions and the Quest for the Ultimate Theory (Alam Semesta yang Elegan: Adidawai, Dimensi Tersembunyi dan Pencarian Teori Terunggul). String Theory (Teori Dawai) yang diperkenalkan Greene adalah suatu konsep canggih yang menyatakan bahwa pada tingkatnya yang terkecil, segala sesuatu yang ada itu terdiri atas serangkaian kombinasi helai atau dawai yang bergetar. Ia menjelaskan teorinya sebagai “suatu kerangka yang mampu menerangkan setiap unsur penting yang mendasari terbentuknya alam semesta.”

Dari masa ke masa, para pemikir mulai dari Newton, Einstein, Hawking hingga Greene telah menghabiskan sebagian besar hidup mereka dengan berusaha untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja—dan mereka telah mengajukan berbagai teori yang mengagumkan.

Pada kenyataannya, teori mana pun yang hendak menjelaskan segala sesuatu yang ada di alam semesta haruslah dimulai dan diakhiri dengan Allah. “Segala sesuatu . . . yang kelihatan dan yang tidak kelihatan” (Kol. 1:16) berasal dari Dia dan ada untuk memuji-Nya (Mzm. 72:19). Ayat-ayat pembuka dari Injil Yohanes memberi tahu kita bahwa Tuhan kitalah yang menciptakan alam semesta dan tanpa kreasi tangan-Nya, tidak akan ada apa pun.

Itulah alasannya mengapa ketika berpikir tentang dunia dan segala isinya, kita dapat berseru bersama Nabi Yesaya: “Seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (6:3). Puji nama-Nya yang kudus! —DCE

Allah kita menciptakan langit dan bumi,
Matahari, bulan, dan bintang tiada bandingnya;
Karya tangan-Nya tak bisa disangkal—
Sidik jari-Nya ada di mana saja. —Seals

Seluruh ciptaan mengarahkan kita kepada Allah.

Seruan Di Langit!

Selasa, 7 Agustus 2012

Seruan Di Langit!

Baca: 1 Raja-Raja 8:22-30

Langit menceritakan kemuliaan Allah. —Mazmur 19:2

Pada bulan Agustus 2011, NASA menerbitkan serangkaian gambar yang diambil dari teleskop Hubble yang membuat orang tersenyum. Gambar itu menunjukkan adanya dua galaksi yang hendak berbenturan. Benturan tersebut terlihat seperti membentuk tanda seru (!) di langit . Statistik terakhir yang saya baca mengatakan bahwa ada sekitar 100 milyar galaksi yang dapat diamati di alam semesta ini. Setiap galaksi terdiri atas milyaran bintang, dan masih terus ditemukan banyak galaksi baru.

Ketika melihat gambar “tanda seru” itu di siaran berita CNN, saya diingatkan tentang Pencipta kita yang Agung. Langit menceritakan kemuliaan Allah (Mzm. 19:2), tetapi Dia jauh lebih besar daripada langit yang diciptakan-Nya. Setelah Salomo membangun Bait Suci tempat kehadiran Allah akan berdiam, ia berdoa: “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini” (1 Ra. 8:27). Salomo mengetahui bahwa jika langit saja tidak dapat memuat keberadaan Allah, apalagi Bait Suci yang dibangunnya.

Kebesaran Allah memang jauh melampaui kemampuan pikiran kita yang terbatas untuk memahaminya. Namun Dia memampukan kita untuk mengenal-Nya melalui Anak-Nya Yesus yang diutus-Nya ke dunia untuk hidup di atas bumi ini, mati untuk kita, dan kemudian dibangkitkan. Ketika kita percaya kepada-Nya, bersama dengan langit, hidup kita akan memberitakan kemuliaan-Nya! —AMC

Puji Allah yang bertakhta di surga,
Allah dari segala ciptaan,
Allah Mahakuasa, Mahakasih,
Allah keselamatan kita. —Schutz

Melalui ciptaan kita melihat karya tangan Allah dan melalui penebusan kita melihat isi hati-Nya.

Dari Mars?

Sabtu, 28 Juli 2012

Dari Mars?

Baca: Ayub 38:4-18

Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak. . . . Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita . . . .” —Kejadian 1:21,26

Mikroba dari planet Mars jatuh ke Bumi yang baru saja terbentuk . . . , dan keturunan dari mikroba-mikroba itu masih hidup di sini, yaitu kita.” Begitulah seorang astronom berspekulasi tentang bagaimana hidup berawal dari Mars, lalu datang ke Bumi.

Sejumlah ilmuwan melihat ke angkasa luar untuk mencari asal mula kehidupan di bumi, dan mereka tidak mempercayai penjelasan Alkitab bahwa Allah telah menempatkan manusia, binatang, dan tanaman di atas bumi melalui penciptaan yang khusus. Namun, bagaimana caranya kehidupan yang konon berasal dari mikroba itu mulai terbentuk di planet yang lingkungannya tidak bersahabat? Pertanyaan yang lebih utama adalah: Mengapa sulit sekali menerima bahwa bumi, yang dijadikan sebagai tempat unik dan satu-satunya yang cocok untuk didiami kehidupan, merupakan tempat Allah menciptakan dan menempatkan makhluk hidup ciptaan-Nya?

Ketika manusia merasa enggan untuk menerima bahwa kehidupan bermula dengan ajaib dari napas Allah (Kej. 2:7), mereka memilih untuk mempercayai jenis keajaiban yang jauh berbeda, yakni keajaiban dari hidup yang bermula tanpa sebab awal apa pun. Mungkin mereka harus menuruti nasihat yang diterima Ayub: “Berilah telinga kepada semuanya itu, hai Ayub, diamlah, dan perhatikanlah keajaiban-keajaiban Allah” (Ayb. 37:14). Dan mungkin mereka seharusnya berusaha menjawab pertanyaan Allah: “Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi?” (38:4).

Pujilah Allah karena Dia telah menciptakan tempat yang luar biasa ini untuk kita diami! Kita semua takjub akan ciptaan-Nya yang mengagumkan. —JDB

Bapa Surgawi, Engkaulah Allah yang begitu mengagumkan dan
penuh kuasa! Engkau ciptakan hidup manusia dari napas-Mu sendiri.
Kami memuji-Mu dan tertegun dalam kekaguman akan diri-Mu.
Terima kasih atas karya ciptaan-Mu.

Hanya Allah yang dapat menciptakan alam semesta dari suatu kenihilan.

Dijadikan Dengan Ajaib

Sabtu, 16 Juni 2012

Dijadikan Dengan Ajaib

Baca: Mazmur 139:1-16

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib. —Mazmur 139:14

Waktu saya masih kecil, seorang kerabat hendak mendorong saya untuk menjadi anak yang lebih baik dengan kerap bertanya, “Mengapa kamu bisa bodoh begini?” Saya tidak menyadari betapa besarnya hal ini mempengaruhi saya sampai sewaktu remaja, seseorang di belakang saya berseru, “Hai bodoh!” Saya langsung berbalik karena mengira ia sedang memanggil saya.

Mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat menolong saya menyadari bahwa karena Allah menciptakan saya dalam gambar-Nya (Kej. 1:27), saya tidaklah bodoh melainkan diciptakan dengan “dahsyat dan ajaib” (Mzm. 139:14). Allah berkata bahwa segala yang dijadikan-Nya itu “sungguh amat baik” (Kej 1:31), dan Mazmur mengingatkan bahwa kita “dengan cermat dirangkaikan” (Mzm. 139:15 BIS).

Daud sang pemazmur menggambarkan betapa baiknya Allah mengenal masing-masing dari kita: “Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi” (ay.1-3).

Kita tidak hanya dijadikan dengan ajaib, tetapi oleh kematian Kristus di kayu salib, kita juga dapat dipulihkan dengan ajaib kepada hubungan yang benar dengan Allah. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru . . . . Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya” (2 Kor. 5:17-18). —AL

Serupa gambar-Nya, Allah ciptakan manusia,
Dia membentuk tubuhnya dari debu tanah;
Namun lebih dari itu, mereka yang dalam Kristus
Dilahirkan kembali dan diberi-Nya hidup kekal. —Hess

Setiap pribadi adalah hasil karya yang unik dari rancangan Allah yang penuh kasih.