Posts

Pertolongan yang Bijaksana

Kamis, 18 Juli 2019

Pertolongan yang Bijaksana

Baca: 1 Tesalonika 5:12-15

5:12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu;

5:13 dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.

5:14 Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.

5:15 Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.

Tabahkan hati orang yang takut; tolonglah orang yang perlu ditolong dan sabarlah terhadap semua orang. —1Tesalonika 5:14 BIS

Pertolongan yang Bijaksana

Saat mobil saya berhenti di lampu merah, saya melihat lagi orang yang sama berdiri di pinggir jalan. Ia memegang papan dari kardus bertuliskan: Butuh uang untuk makan. Pemberian apa pun sangat membantu. Saya berpaling dan menghela nafas. Apakah saya tipe orang yang tidak peduli kepada orang miskin?

Banyak orang berpura-pura membutuhkan sesuatu padahal mereka sebenarnya penipu. Ada yang memang benar-benar membutuhkan bantuan tetapi menghadapi kesulitan dalam mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk. Para pekerja sosial mengatakan bahwa lebih baik menyumbang melalui yayasan-yayasan sosial di kota kami. Dengan berat hati, saya pun beranjak dari tempat itu. Saya merasa bersalah, tetapi mungkin itu langkah yang bijaksana.

Allah memerintahkan kepada kita, “Tegurlah dengan rukun orang yang tidak mau bekerja; tabahkan hati orang yang takut; tolonglah orang yang perlu ditolong” (1Tes. 5:14 bis). Untuk melakukannya dengan benar, kita perlu tahu siapa yang termasuk dalam kategori-kategori di atas. Bila kita menegur mereka yang takut, bisa jadi kita sedang mematahkan semangatnya; bila kita menolong orang yang tidak mau bekerja, kita bisa membuatnya semakin malas. Oleh karena itu, yang terbaik adalah kita membantu seseorang yang cukup kita kenal agar kita mengetahui kebutuhan yang sebenarnya.

Apakah Allah menggerakkan hatimu untuk menolong seseorang? Luar biasa! Kamu dapat mulai melangkah. Namun, jangan mengira kamu sudah tahu kebutuhannya. Mintalah kepadanya untuk menceritakan kisahnya, dan dengarkanlah. Setelah itu, berikanlah bantuan dengan bijaksana dan sungguh-sungguh, bukan sekadar untuk membuatmu merasa lebih baik. Bila kita benar-benar bermaksud untuk “berbuat baik, seorang kepada yang lain”, kita bisa lebih sabar “terhadap semua orang,” bahkan di saat mereka jatuh (ay.14-15 bis). —Mike Wittmer

WAWASAN
Sebagian besar pakar Alkitab sependapat bahwa Paulus menulis surat 1 Tesalonika pada masa delapan belas bulan pertamanya saat tinggal di Korintus (sekitar tahun 49-51 SM) selama perjalanan misinya yang kedua (lihat Kisah Para Rasul 18:1-18). Paulus, Timotius, dan Silas mengajar di rumah ibadat di Tesalonika selama tiga hari Sabat berturut-turut. Selama waktu itu, beberapa orang Yahudi maupun non-Yahudi yang takut akan Allah yang menjadi percaya kepada Yesus (Kisah Para Rasul 17:4). Namun, sejumlah pihak yang membuat keributan memaksa mereka untuk meninggalkan kota (ay. 9-10). Tak lama setelah itu, Paulus mengirim Timotius ke sana untuk melihat keadaan jemaat baru itu. Ketika Timotius bertemu dengan Paulus di Korintus, ia menyampaikan laporan yang akhirnya mendorong Paulus untuk menulis surat ini. Tema utama surat Tesalonika adalah kedatangan Kristus kali kedua. Bacaan hari ini mengajarkan bagaimana kita harus menjalani hidup saat ini hingga kelak Dia kembali. —Alyson Kieda

Kapan kamu merasa paling dibantu oleh orang lain? Apa yang kamu pelajari tentang cara terbaik untuk membantu sesama?

Bapa, ajarlah aku untuk bijaksana dan tekun dalam menolong sesamaku.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 20-22; Kisah Para Rasul 21:1-17

Handlettering oleh Priska Sitepu

Terus Bertahan

Jumat, 10 Januari 2014

Terus Bertahan

Baca: Yakobus 5:7-11

5:7 Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.

5:8 Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!

5:9 Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.

5:10 Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan.

5:11 Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.

Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! —Yakobus 5:7

Terus Bertahan

Suatu jajak pendapat terhadap lebih dari 1.000 responden berusia dewasa yang diadakan pada tahun 2006 menemukan bahwa rata-rata orang akan kehilangan kesabaran mereka setelah 17 menit menunggu dalam suatu antrian. Selain itu, kebanyakan orang akan kehilangan kesabaran mereka hanya setelah 9 menit diminta menunggu di telepon. Ketidaksabaran sudah menjadi sikap yang sangat umum.

Yakobus menulis pada sekelompok orang percaya yang sedang bergumul untuk tetap bersabar dalam menanti kedatangan Yesus kembali (Yak. 5:7). Mereka tengah hidup dalam masa-masa yang penuh tekanan dan penganiayaan, dan Yakobus mendorong mereka untuk terus bertahan. Dengan menantang umat itu untuk bertahan dalam penderitaan, ia berusaha menguatkan mereka agar terus berdiri teguh dan memiliki sikap hidup yang rela berkorban hingga Tuhan datang kembali untuk menegakkan kebenaran dan meluruskan setiap kesalahan. Yakobus menulis, “Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!” (ay.8).

Yakobus mengajak mereka untuk bersikap seperti seorang petani yang menanti dengan sabar turunnya hujan dan musim panen (ay.7), dan seperti para nabi serta leluhur mereka Ayub yang menunjukkan ketekunan mereka dalam kesulitan (ay.10-11). Garis akhir sudah di depan mata dan Yakobus mendorong orang-orang percaya itu untuk tidak menyerah.

Ketika kita sedang diuji di bawah tekanan yang menyiksa jiwa, Allah rindu menolong kita untuk terus hidup oleh iman dan mempercayai belas kasih serta kemurahan-Nya (ay.11). —MLW

Untuk Direnungkan
Hal apa yang membuat Anda sulit untuk bersabar di tengah
tekanan besar yang Anda hadapi? Mintalah kepada Allah untuk
memampukan Anda agar hidup oleh iman dan terus bertahan.

Ujian besar akan menghasilkan sifat panjang sabar.

Persaingan Memberi

Selasa, 10 Desember 2013

Persaingan Memberi

Baca: 2 Korintus 9:6-15

Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!—2 Korintus 9:15

Sebuah iklan televisi di masa Natal yang saya sukai menampilkan dua orang tetangga yang saling bersaing secara baik-baik untuk melihat siapa yang paling banyak bisa menyebarkan sukacita Natal. Mereka berdua mengamati satu sama lain ketika menghias rumah mereka dan pohon-pohon dengan lampu yang berkelap-kelip. Kemudian mereka memperbaiki rumah masing-masing supaya yang satu lebih baik daripada yang lain. Selanjutnya, mereka mulai bersaing untuk melihat siapa yang bisa memberi paling banyak kepada tetangga-tetangga yang lain, dan mereka pun berlarian dengan riang gembira sambil membagi-bagikan hadiah.

Umat Allah tidaklah berada dalam suatu persaingan untuk melihat siapa yang bisa memberi paling banyak, tetapi kita dipanggil untuk “suka memberi dan membagi” (1Tim. 6:18). Rasul Paulus memerintahkan jemaat di Korintus: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2Kor. 9:7).

Di masa Natal, ketika kita memberikan hadiah kepada orang lain, kita mengingat kemurahan Allah kepada kita—Dia telah memberikan Anak-Nya bagi kita. Ray Stedman berkata, “Yesus meninggalkan kekayaan-Nya dan masuk ke dunia ciptaan-Nya dalam kemiskinan untuk memperkaya kita semua dengan anugerah-Nya.”

Seberapa pun banyaknya hadiah yang kita bagikan, semua itu tidak akan bisa menandingi kemurahan Tuhan yang berlimpah ruah. Kita mengucap syukur kepada Allah untuk Yesus, karunia-Nya yang tak terkatakan itu! (ay.15). —AMC

Naikkan pujian pada Bapa, Pencipta dan Raja,
Yang rahmat-Nya memberi kita nyanyian baru;
Yang ciptakan kita, dan mengasihi kita yang berdosa,
Dan merancang penebusan kita dengan harga mulia. —Clarkson

Tiada pemberian yang lebih besar daripada Kristus itu sendiri.