Posts

Apa yang Ada pada Kita

Kamis, 22 November 2018

Apa yang Ada pada Kita

Baca: 2 Korintus 8:1-12

8:1 Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.

8:2 Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.

8:3 Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.

8:4 Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.

8:5 Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.

8:6 Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya.

8:7 Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, —dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami—demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.

8:8 Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.

8:9 Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

8:10 Inilah pendapatku tentang hal itu, yang mungkin berfaedah bagimu. Memang sudah sejak tahun yang lalu kamu mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikannya juga.

8:11 Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu.

8:12 Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.

Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. —2 Korintus 8:12

Apa yang Ada pada Kita

Teman saya ingin sekali mengumpulkan keluarga dan teman-temannya untuk merayakan Thanksgiving di rumahnya. Setiap tamu menanti-nantikan waktu untuk berkumpul bersama di seputar meja makan. Mereka juga ingin membantu meringankan biaya dengan berkontribusi membawa makanan. Ada tamu yang membawa roti, tamu yang lain membawa salad atau makanan ringan. Namun, ternyata ada satu orang yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Ia ingin menikmati waktu bersama di sana, tetapi ia tidak punya cukup uang untuk membeli makanan. Jadi, ia pun menawarkan diri untuk membersihkan kediaman si tuan rumah sebagai pemberian darinya.

Sebenarnya ia akan tetap disambut meski datang dengan tangan kosong. Namun, ia melihat apa yang bisa ia berikan—waktu dan keahliannya—dan memberikannya dengan sepenuh hati. Menurut saya, itulah semangat yang dimaksud oleh Paulus dalam 2 Korintus 8. Jemaat Korintus pernah bertekad untuk memberikan bantuan kepada saudara-saudara seiman mereka, dan kini Paulus mendorong mereka untuk menyelesaikan upaya itu. Ia memuji keinginan dan kerelaan mereka, dengan mengatakan bahwa motivasi mereka untuk memberi itulah yang menjadikan pemberian mereka diterima, berapa pun besar atau jumlahnya (ay.12).

Kita sering membanding-bandingkan pemberian kita dengan pemberian orang lain, terutama saat keuangan kita tidak memungkinkan untuk memberi sebanyak yang kita inginkan. Namun, Allah memandang pemberian kita dengan berbeda: Kerelaan kita untuk memberikan apa yang ada pada kitalah yang menyenangkan hati-Nya. —Kirsten Holmberg

Ya Tuhan, tolong kami melihat apa yang telah Engkau berikan kepada kami, meski bagi dunia itu tidak seberapa. Tolong kami untuk memberi dengan murah hati.

Allah menyukai pemberian yang sepenuh hati, seberapa pun jumlahnya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 18-19; Yakobus 4

Menuai di Ladang

Sabtu, 29 September 2018

Menuai di Ladang

Baca: Rut 2:1-12

2:1 Naomi itu mempunyai seorang sanak dari pihak suaminya, seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh, namanya Boas.

2:2 Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: “Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku.” Dan sahut Naomi kepadanya: “Pergilah, anakku.”

2:3 Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.

2:4 Lalu datanglah Boas dari Betlehem. Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: “TUHAN kiranya menyertai kamu.” Jawab mereka kepadanya: “TUHAN kiranya memberkati tuan!”

2:5 Lalu kata Boas kepada bujangnya yang mengawasi penyabit-penyabit itu: “Dari manakah perempuan ini?”

2:6 Bujang yang mengawasi penyabit-penyabit itu menjawab: “Dia adalah seorang perempuan Moab, dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab.

2:7 Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti.”

2:8 Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut: “Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerja perempuan.

2:9 Lihat saja ke ladang yang sedang disabit orang itu. Ikutilah perempuan-perempuan itu dari belakang. Sebab aku telah memesankan kepada pengerja-pengerja lelaki jangan mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan dan minumlah air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu.”

2:10 Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: “Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?”

2:11 Boas menjawab: “Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal.

2:12 TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung.”

Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: “Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku.” —Rut 2:2

Menuai di Ladang

Seorang teman asal Tanzania memiliki visi untuk membeli sebidang tanah kosong di ibu kota Dodoma. Setelah menyadari kebutuhan dari sejumlah janda di lingkungan itu, Ruth ingin mengubah tanah yang tidak terpakai itu menjadi tempat untuk beternak ayam dan bercocok tanam. Visinya untuk membantu mereka yang berkekurangan itu berasal dari kasihnya kepada Allah, dan terinspirasi oleh tokoh Alkitab yang bernama sama dengannya, Rut.

Hukum Taurat memperbolehkan orang miskin atau orang asing untuk memungut (menuai) sisa-sisa hasil tuaian dari tepi ladang (Im. 19:9-10). Tokoh Rut di Alkitab adalah seorang asing. Karena itu, ia diizinkan bekerja di ladang dan mengumpulkan makanan untuknya serta untuk Naomi, ibu mertuanya. Karena memungut sisa hasil tuaian di ladang milik Boas—seorang kerabat dekat suami Naomi—Rut dan Naomi pada akhirnya mendapat tempat tinggal dan perlindungan. Rut sehari-hari bekerja mengumpulkan makanan dari tepi ladang dengan cerdik dan tekun, dan Allah pun memberkatinya.

Semangat teman saya, Ruth, dan dedikasi tokoh Rut dalam Alkitab, menggugah saya untuk bersyukur kepada Allah atas pemeliharaan-Nya bagi orang yang miskin dan tertindas. Keduanya menginspirasi saya mencari cara-cara yang konkret untuk menolong orang lain di tengah komunitas saya, bahkan lebih luas lagi sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa syukur saya kepada Allah yang murah hati. Apakah yang bisa kamu lakukan dalam kemurahan hati kepada orang lain sebagai bentuk penyembahanmu kepada Allah? —Amy Boucher Pye

Tuhan Yesus, Engkau menghendaki agar tak seorang pun kelaparan. Bukalah mata kami agar dapat menolong mereka yang berkekurangan. Kami ingin membagikan kasih-Mu demi kemuliaan nama-Mu.

Allah peduli kepada orang-orang yang tak berdaya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 7-8; Efesus 2

Orang yang Murah Hati

Sabtu, 25 Agustus 2018

Orang yang Murah Hati

Baca: 1 Tawarikh 29:1-14

29:1 Berkatalah raja Daud kepada segenap jemaah itu: “Salomo, anakku yang satu-satunya dipilih Allah adalah masih muda dan kurang berpengalaman, sedang pekerjaan ini besar, sebab bukanlah untuk manusia bait itu, melainkan untuk TUHAN Allah.

29:2 Dengan segenap kemampuan aku telah mengadakan persediaan untuk rumah Allahku, yakni emas untuk barang-barang emas, perak untuk barang-barang perak, tembaga untuk barang-barang tembaga, besi untuk barang-barang besi, dan kayu untuk barang-barang kayu, batu permata syoham dan permata tatahan, batu hitam dan batu permata yang berwarna-warna, dan segala macam batu mahal-mahal dan sangat banyak pualam.

29:3 Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri

29:4 tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni untuk menyalut dinding ruangan,

29:5 yakni emas untuk barang-barang emas dan perak untuk barang-barang perak dan untuk segala yang dikerjakan oleh tukang-tukang. Maka siapakah pada hari ini yang rela memberikan persembahan kepada TUHAN?”

29:6 Lalu para kepala puak dan para kepala suku Israel dan para kepala pasukan seribu dan pasukan seratus dan para pemimpin pekerjaan untuk raja menyatakan kerelaannya.

29:7 Mereka menyerahkan untuk ibadah di rumah Allah lima ribu talenta emas dan sepuluh ribu dirham, sepuluh ribu talenta perak dan delapan belas ribu talenta tembaga serta seratus ribu talenta besi.

29:8 Siapa yang mempunyai batu permata menyerahkannya kepada Yehiel, orang Gerson itu, untuk perbendaharaan rumah TUHAN.

29:9 Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada TUHAN; juga raja Daud sangat bersukacita.

29:10 Lalu Daud memuji TUHAN di depan mata segenap jemaah itu. Berkatalah Daud: “Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya.

29:11 Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala.

29:12 Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya.

29:13 Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu.

29:14 Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu.

Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu. —1 Tawarikh 29:14

Orang yang Murah Hati

Setelah melihat semua yang pernah Allah lakukan di sepanjang sejarah gereja kami, para pemimpin mengusulkan kepada jemaat untuk membangun gedung olahraga baru yang bisa kami gunakan untuk melayani masyarakat luas. Mereka menyatakan akan menjadi pihak pertama yang berkomitmen mendanai pembangunan itu. Awalnya saya berdoa dengan hati yang egois, karena tak ingin memberikan persembahan lebih dari yang kami tekadkan sebelumnya. Meskipun demikian, saya dan suami setuju mendoakan proyek itu. Namun, saat mengingat kembali pemeliharaan Allah atas hidup kami, kami memutuskan untuk memberikan persembahan bulanan. Pada akhirnya, total persembahan jemaat kami pun cukup untuk membayar seluruh biaya yang dibutuhkan.

Saat bersyukur melihat bagaimana Allah memakai gedung itu untuk memberkati masyarakat sekitar, saya teringat kepada seseorang yang juga murah hati, yaitu Raja Daud. Meski Tuhan tidak memilihnya untuk membangun Bait Allah, Daud menginvestasikan semua sumber daya untuk proyek itu (1Taw. 29:1-5). Para pemimpin di bawah Daud dan orang-orang yang mereka layani juga memberi dengan murah hati (ay.6-9). Daud mengakui bahwa semua persembahan yang mereka berikan sesungguhnya telah mereka terima terlebih dahulu dari Allah—Pencipta, Pemelihara, dan Pemilik segala sesuatu (ay.10-16).

Ketika kita mengakui Allah sebagai pemilik segala sesuatu, kita dapat berkomitmen untuk memberi dengan penuh syukur, murah hati, dan setia demi memberkati orang lain. Kita pun dapat mempercayai bahwa Allah akan menyediakan yang kita butuhkan—bahkan mungkin menggerakkan orang lain untuk bermurah hati dan menolong kita di saat kita membutuhkan pertolongan. —Xochitl Dixon

Tuhan, tolonglah kami mengingat bahwa Engkaulah pemilik segalanya saat kami bertekad mempersembahkan seluruhnya kepada-Mu dengan rela dan tanpa pamrih.

Allah telah memberi kita terlebih dahulu, dan pemberian kita yang terbaik sekalipun takkan cukup untuk menyamai kemurahan hati-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 119:1-88; 1 Korintus 7:20-40

Waktu yang Diberikan

Senin, 13 Agustus 2018

Waktu yang Diberikan

Baca: Lukas 6:37-38

6:37 “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.

6:38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. —Amsal 11:25

Waktu yang Diberikan

Hari itu, saya sangat tergesa-gesa masuk ke kantor pos karena ada sejumlah hal yang hendak saya kerjakan. Namun, setelah masuk, saya merasa frustrasi karena melihat antrean yang mengular panjang sampai ke pintu. “Sudah cepat-cepat, tetapi masih harus menunggu,” gumam saya sambil melirik arloji dengan kesal.

Di saat tangan saya masih memegang pintu, seorang bapak tua yang tidak saya kenal mendekati saya. “Saya tak bisa menggunakan mesin fotokopi ini,” katanya sambil menunjuk mesin di belakang kami. “Uang saya terlanjur masuk ke mesin, dan saya tak tahu harus berbuat apa.” Saat itu, saya langsung tahu apa yang Tuhan mau untuk saya lakukan. Saya pun keluar dari antrean untuk membantunya dan berhasil menyelesaikan masalah itu dalam waktu sepuluh menit.

Orang tersebut mengucapkan terima kasih dan kemudian pergi. Lalu saat saya berbalik untuk antre lagi, antreannya sudah tidak ada! Saya bisa langsung berjalan ke depan loket pelayanan.

Pengalaman hari itu mengingatkan saya pada perkataan Yesus: “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Luk. 6:38).

Penantian saya terasa singkat karena Allah menyela sikap saya yang tergesa-gesa. Dengan mengalihkan perhatian saya pada kebutuhan orang lain dan memampukan saya untuk memberikan waktu saya, Allah pun memberi saya sebuah berkat. Pelajaran itulah yang ingin saya ingat manakala saya melirik arloji saya. —James Banks

Bapa Surgawi, seluruh waktu yang kupunya adalah pemberian-Mu. Tunjukkanlah bagaimana aku dapat memakai waktuku agar memuliakan dan menghormati-Mu.

Adakalanya kita perlu mengesampingkan tugas-tugas yang ingin kita kerjakan demi melakukan hal lain yang lebih mendesak.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 87-88; Roma 13

Sukacita Memberi

Senin, 6 Agustus 2018

Sukacita Memberi

Baca: 1 Tesalonika 5:12-24

5:12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu;

5:13 dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.

5:14 Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.

5:15 Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.

5:16 Bersukacitalah senantiasa.

5:17 Tetaplah berdoa.

5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

5:19 Janganlah padamkan Roh,

5:20 dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.

5:21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.

5:22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.

5:23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.

5:24 Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.

Tabahkan hati orang yang takut; tolonglah orang yang perlu ditolong dan sabarlah terhadap semua orang. —1 Tesalonika 5:14 BIS

Sukacita Memberi

Minggu itu terasa sangat menjemukan, entah mengapa saya merasa lesu dan tidak bersemangat.

Di penghujung minggu, saya mendapat kabar bahwa salah seorang bibi saya menderita sakit ginjal. Saya sadar saya harus mengunjunginya—tetapi terus terang, saya merasa enggan. Walaupun demikian, akhirnya saya pergi mengunjunginya. Di sana kami menikmati makan malam, mengobrol, dan berdoa bersama. Setelah satu jam, saya pun pulang dengan semangat baru, sesuatu yang tidak saya rasakan sepanjang minggu itu. Tindakan memperhatikan orang lain lebih daripada diri sendiri ternyata dapat memperbaiki suasana hati saya.

Para psikolog telah menemukan bahwa tindakan memberi dapat menghasilkan kepuasan dalam hati, yakni ketika sang pemberi melihat ucapan syukur dari sang penerima. Sejumlah pakar bahkan yakin bahwa manusia sebenarnya mempunyai kecenderungan untuk bermurah hati!

Mungkin untuk alasan itulah, dalam nasihat kepada jemaat di Tesalonika, Paulus mendorong mereka agar “[menolong] orang yang perlu ditolong” (1Tes. 5:14 bis). Sebelumnya, ia telah mengutip perkataan Yesus, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kis. 20:35). Walaupun nasihat itu diberikan dalam konteks pemberian finansial, tetapi berlaku juga dalam hal memberikan waktu dan tenaga.

Dengan memberi, kita memahami sedikit banyak apa yang Allah rasakan. Kita memahami mengapa Allah sangat senang memberikan kasih-Nya kepada kita, dan kita pun menikmati sukacita-Nya dan kepuasan dalam menjadi berkat bagi orang lain. Karena itulah, rasanya saya akan mengunjungi bibi saya lagi dalam waktu dekat. —Leslie Koh

Bapa, Engkau menghendaki aku untuk memberi kepada orang lain seperti Engkau telah memberi begitu banyak bagiku. Ajarlah aku untuk memberi agar aku dapat mencerminkan karakter-Mu dan menjadi makin serupa dengan-Mu hari ini.

Berkat terbesar diterima oleh mereka yang rela memberi.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 70-71; Roma 8:22-39

Ungkapan Kasih yang Melimpah

Jumat, 27 Juli 2018

Ungkapan Kasih yang Melimpah

Baca: 2 Korintus 9:6-15

9:6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.

9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.

9:9 Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.”

9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;

9:11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.

9:12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.

9:13 Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,

9:14 sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu.

9:15 Syukur kepada Allah karena karunia-Nya yang tak terkatakan itu!

Kalian akan serba cukup dalam segala hal sehingga kalian selalu dapat memberi dengan murah hati. —2 Korintus 9:11 bis

Ungkapan Kasih yang Melimpah

Setiap ulang tahun pernikahan kami, suami saya, Alan, memberi saya karangan bunga segar. Ketika ia kehilangan pekerjaannya, saya tidak mengharapkan ungkapan kasih yang berlimpah itu akan berlanjut. Namun, pada ulang tahun ke-19 pernikahan kami, saya menemukan bunga-bunga mekar berwarna-warni sedang menanti saya di atas meja makan. Karena Alan menganggap tradisi tahunan itu penting untuk dilanjutkan, ia pun menghemat sejumlah uang setiap bulan untuk memastikan bahwa ia memiliki cukup uang untuk mengungkapkan kasihnya dengan cara yang menyentuh itu.

Perencanaan suami saya yang cermat menunjukkan kemurahan hatinya yang luar biasa. Itu mirip dengan apa yang dipuji Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Sang rasul memuji jemaat tersebut atas persembahan yang mereka kumpulkan dengan terencana dan antusias (2Kor. 9:2,5), sambil mengingatkan mereka bahwa Allah berkenan kepada orang yang memberi dengan murah hati dan sukacita (ay.6-7). Lagipula, tidak ada yang memberi lebih daripada Allah, Pemelihara kita yang baik, yang selalu siap menyediakan semua yang kita butuhkan (ay.8-10).

Kita bisa selalu bermurah hati dan saling memperhatikan karena Tuhan memenuhi semua kebutuhan kita dari segi materi, emosi, dan rohani (ay.11). Ketika memberi, kita dapat mengungkapkan rasa syukur atas semua yang telah diberikan Allah kepada kita. Kita bahkan bisa memotivasi orang lain untuk memuji Tuhan dan rela memberi dari berkat yang telah diberikan Allah kepada mereka (ay.12-13). Memberi dengan murah hati sebagai ungkapan kasih dan syukur yang melimpah dapat menunjukkan keyakinan kita akan pemeliharaan Allah atas seluruh umat-Nya. —Xochitl Dixon

Tuhan, tolong kami mempercayai kasih dan kemurahan-Mu yang melimpah sehingga kami bisa memberi kepada sesama apa yang telah Engkau berikan kepada kami.

Memberi dengan murah hati menunjukkan keyakinan teguh akan pemeliharaan Allah yang penuh kasih dan setia.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 43-45; Kisah Para Rasul 27:27-44

Kebaikan Berlipat Ganda

Senin, 13 November 2017

Kebaikan Berlipat Ganda

Baca: 2 Korintus 8:1-9

8:1 Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.

8:2 Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.

8:3 Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.

8:4 Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.

8:5 Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.

8:6 Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya.

8:7 Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, —dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami—demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.

8:8 Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.

8:9 Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. —2 Korintus 8:7

Kebaikan Berlipat Ganda

Cheryl terkejut ketika ia menepi untuk mengantar pesanan pizza. Ia pikir yang ditujunya adalah sebuah rumah, tetapi sekarang ia justru berdiri di halaman depan sebuah gereja. Cheryl yang bingung membawa masuk pesanan pizza pepperoni itu dan kemudian ditemui oleh seorang pendeta.

“Benarkah kamu sedang mengalami banyak masalah dalam hidupmu?” tanya sang pendeta. Cheryl mengakui bahwa hidupnya sedang tidak berjalan mulus. Setelah itu sang pendeta mengeluarkan dua wadah persembahan yang telah diisi dengan uang dari jemaat gereja. Pendeta itu lalu memasukkan uang tunai sebesar 10 juta rupiah ke dalam tas Cheryl sebagai tip! Tanpa sepengetahuan Cheryl, pendeta itu telah meminta gerai pizza untuk mengirimkan pesanannya lewat petugas pengantaran mereka yang paling bergumul dalam hal keuangan. Cheryl terperangah. Dengan uang itu, sekarang ia dapat membayar tagihan-tagihannya yang menumpuk.

Ketika jemaat Kristen mula-mula di Yerusalem menghadapi masalah kemiskinan, ada jemaat lain yang segera turun tangan dan membantu mereka. Walaupun jemaat di Makedonia sebenarnya juga membutuhkan bantuan, mereka tetap memberi dengan rela, bahkan menganggapnya sebagai hak istimewa (2Kor. 8:1-4). Paulus menyebut kemurahan hati mereka sebagai teladan yang patut ditiru oleh jemaat di Korintus dan juga oleh kita. Ketika kita menggunakan kecukupan kita untuk memenuhi kebutuhan orang lain, kita mencerminkan Yesus, yang menyerahkan diri-Nya yang kaya untuk memenuhi kemiskinan jiwa kita (ay.9).

Cheryl menceritakan pada semua pelanggannya tentang kebaikan jemaat gereja itu. Ia pun meneladaninya dengan rela menyumbangkan sisa tip yang diterimanya hari itu kepada orang lain yang membutuhkan. Kebaikan pun berlipat ganda, dan Kristus dimuliakan. —Sheridan Voysey

Tuhan, adakalanya Engkau memenuhi kebutuhan kami melalui cara-cara yang mengejutkan. Pakailah kami untuk melakukan hal yang sama kepada sesama.

Kemurahan hati kita memenuhi kebutuhan sesama dan memuliakan Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: Ratapan 1-2; Ibrani 10:1-18