Posts

Dia Selalu Peduli

Rabu, 1 Februari 2017

Dia Selalu Peduli

Baca: Mazmur 32:1-11

32:1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!

32:2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

32:3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;

32:4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela

32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela

32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.

32:7 Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela

32:8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.

32:9 Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.

32:10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia.

32:11 Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!

Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. —Mazmur 32:8

Dia Selalu Peduli

Pada saat putri bungsu kami terbang dari Munich ke Barcelona, saya mengakses situs pelacak penerbangan untuk mengikuti perkembangan perjalanan putri kami. Setelah saya memasukkan nomor penerbangannya, layar komputer saya menunjukkan bahwa pesawatnya sudah melewati Austria dan kini sedang menyusuri bagian utara Italia. Dari sana, pesawat akan terbang di atas Laut Tengah, bagian selatan dari French Riviera menuju Spanyol, dan dijadwalkan untuk tiba tepat waktu. Mungkin satu-satunya hal yang tidak saya ketahui hanyalah menu makan siang yang disajikan para pramugari di atas pesawat itu!

Mengapa saya peduli pada keberadaan dan keadaan putri saya? Karena saya mengasihinya. Saya peduli kepada dirinya, apa yang sedang dikerjakannya, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya.

Dalam Mazmur 32, Daud mensyukuri betapa ajaibnya pengampunan, tuntunan, dan kepedulian Allah kepada kita. Tidak seperti ayah di bumi, Allah mengetahui setiap detail dari hidup kita dan kebutuhan terdalam dari hati kita. Tuhan berjanji kepada kita, “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu” (ay.8).

Apa pun keadaan kita hari ini, kita dapat percaya bahwa Allah selalu hadir dan peduli, karena “orang [yang] percaya kepada Tuhan dikelilingi-Nya dengan kasih setia” (ay.10). —David McCasland

Bapa Surgawi, terima kasih atas perhatian-Mu yang penuh kasih kepadaku dan tuntunan-Mu bagiku di sepanjang jalan-Mu hari ini.

Kita tidak pernah luput dari perhatian Allah dan tangan kasih-Nya yang memelihara kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 27-28; Matius 21:1-22

Artikel Terkait:

Pegangan Kita Setiap Waktu

Memperhatikan pengalaman hidup sehari-hari membuat Henry takjub akan cara Tuhan memelihara anak-anak-Nya. Bagaimana kamu sendiri mengalami pemeliharaan Tuhan setiap hari? Apakah firman Tuhan selalu menjadi pegangan hidupmu?

Baca pengalaman Henry selengkapnya di dalam artikel ini.

Wajah Kristus

Minggu, 22 Januari 2017

Wajah Kristus

Baca: 2 Korintus 4:4-15

4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

4:5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.

4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

4:8 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;

4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.

4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.

4:13 Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.

4:14 Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada diri-Nya.

4:15 Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah.

Sebab Allah . . . membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. —2 Korintus 4:6

Wajah Kristus

Sebagai penulis, sebagian besar masalah yang saya bahas adalah seputar penderitaan. Saya terus-menerus kembali ke pertanyaan-pertanyaan yang sama, seolah mengorek kembali luka lama yang tidak kunjung sembuh. Saya menerima kabar dari para pembaca buku saya dan kisah-kisah penderitaan yang mereka hadapi menunjukkan bahwa apa yang saya pertanyakan itu benar-benar terjadi. Saya teringat kepada seorang pembina kaum muda yang menelepon saya setelah istri dan bayinya terjangkit penyakit AIDS dari transfusi darah. Ia bertanya, “Bagaimana mungkin aku berkhotbah kepada pemuda-pemudi yang kulayani tentang Allah yang Mahakasih?”

Saya telah belajar untuk tidak lagi berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan “mengapa”, seperti: Mengapa harus istri pembina itu yang menerima sekantong darah yang telah terkontaminasi? Mengapa angin topan menghantam satu kota dan meluputkan kota lainnya? Mengapa ada doa memohon kesembuhan jasmani yang tidak dijawab?

Namun demikian, ada satu pertanyaan yang dahulu pernah mengusik saya tetapi kini tidak lagi, yaitu “Apakah Allah peduli?” Saya hanya tahu satu jawaban atas pertanyaan itu, dan jawabannya adalah Yesus. Kita melihat Allah pada wajah Yesus Kristus. Jika kamu bertanya-tanya bagaimana perasaan Allah terhadap penderitaan manusia di atas planet ini, pandanglah wajah Yesus Kristus.

“Apakah Allah peduli?” Kematian Anak-Nya untuk menggantikan kita telah menjawab pertanyaan tersebut. Kelak segala kesakitan, duka, penderitaan, dan kematian akan ditaklukkan untuk selama-lamanya. “Sebab Allah yang telah berfirman: ‘Dari dalam gelap akan terbit terang!‘, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2Kor. 4:6). —Philip Yancey

Selebar tangan Yesus yang terentang di kayu salib, demikianlah besarnya kasih Allah kepada kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 4-6; Matius 14:22-36

Artikel Terkait:

Tugasku: Menangis dengan Orang yang Menangis

Mewawancarai keluarga yang sedang berduka untuk menuliskan kisah tentang mereka adalah tugas Michele sebagai seorang jurnalis. Mendengar tugas itu saja sudah membuat kaki dan tangannya gemetar. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Baca kesaksian Michelle selengkapnya di dalam artikel ini.

Ingatlah Saatnya

Jumat, 13 Januari 2017

Ingatlah Saatnya

Baca: Mazmur 126

126:1 Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.

126:2 Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!”

126:3 TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.

126:4 Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!

126:5 Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.

126:6 Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. —Mazmur 126:3

Ingatlah Saatnya

Putra kami bergumul dengan kecanduan narkoba selama tujuh tahun, dan selama masa itu saya dan istri menjalani hari-hari yang sungguh sulit. Di saat kami berdoa dan menantikan pemulihannya, kami belajar mensyukuri kemenangan-kemenangan kecil yang terjadi. Jika tidak terjadi sesuatu yang buruk sepanjang 24 jam, kami akan saling mengatakan kepada satu sama lain, “Hari ini berlalu dengan baik.” Kalimat singkat itu mengingatkan kami untuk mensyukuri pertolongan Allah atas hal-hal yang sederhana.

Mazmur 126:3 jauh lebih baik dalam mengingatkan kita pada belas kasihan Allah dan betapa berartinya karya-Nya bagi kita: “Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.” Sungguh ayat yang sangat indah untuk kita renungkan sembari terus mengingat belas kasihan yang kita terima dari Tuhan Yesus yang tersalib! Segala kesusahan yang dialami tiap-tiap hari tidak dapat mengubah kebenaran ini: Apa pun yang kita alami, Tuhan telah menunjukkan kebaikan-Nya yang tak terselami kepada kita, dan “untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 136:1).

Ketika kita pernah menghadapi suatu situasi sulit dan mengalami sendiri bahwa Allah itu setia, ingatan pada pengalaman tersebut akan sangat menolong kita pada saat situasi sulit berikutnya melanda. Kita mungkin tidak tahu bagaimana cara Allah membawa kita melalui situasi-situasi tersebut, tetapi kebaikan-Nya di masa lalu memampukan kita untuk percaya bahwa Dia akan kembali menolong kita. —James Banks

Kasih setia-Mu berlimpah terus, ya Khalik, Pembela dan Kawan kudus. Robert Grant (Kidung Jemaat, No. 4)

Di saat kita tak bisa melihat tangan Allah, kita bisa mempercayai hati-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 31-32; Matius 9:18-38

Artikel Terkait:

Rencana Tuhan di Balik Retaknya Keluargaku

Sejalan dengan waktu, mama dan papa memutuskan untuk berpisah. Aku pun mengalami trauma dan dilema yang cukup besar. Aku merasa tidak bisa dekat dengan seseorang karena aku takut disakiti dalam sebuah relasi. Namun, melalui peristiwa ini, aku melihat bimbingan Tuhan yang ajaib.

Baca kesaksian Felicia selengkapnya di dalam artikel ini.

Tak Ada yang Tersembunyi

Kamis, 12 Januari 2017

Tak Ada yang Tersembunyi

Baca: Ibrani 4:12-16

4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

4:13 Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.

4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.

4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya. —Ibrani 4:13

Tak Ada yang Tersembunyi

Pada tahun 2015, sebuah perusahaan riset internasional menyatakan bahwa ada 245 juta kamera pengintai yang terpasang di seluruh dunia dan jumlahnya terus bertambah 15 persen setiap tahun. Selain itu, jutaan orang memotret begitu banyak gambar setiap hari dengan ponsel mereka, mulai dari pesta ulang tahun sampai peristiwa kejahatan. Dampaknya, kita bisa mensyukuri untuk meningkatnya keamanan atau justru semakin terusik karena berkurangnya privasi. Yang pasti, kita sekarang hidup dalam masyarakat global dengan kamera yang ada di mana saja.

Kitab Ibrani dalam Perjanjian Baru mengatakan bahwa dalam hubungan dengan Allah, diri kita terekspos dan dituntut pertanggungjawaban dalam kadar yang jauh lebih besar daripada apa pun yang dapat dilihat melalui kamera pengintai. Firman-Nya lebih tajam dari pedang bermata dua, menusuk hingga ke kedalaman diri kita. Firman itu “sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibr. 4:12-13).

Karena Yesus Kristus Juruselamat kita telah mengalami segala kelemahan dan pencobaan yang kita hadapi, tetapi tidak berbuat dosa, kita bisa “menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (ay.15-16). Kita tidak perlu takut untuk datang kepada-Nya, karena kita yakin akan menerima rahmat dan menemukan kasih karunia-Nya. —David McCasland

Tiada yang tersembunyi dari pandangan Allah. Tiada yang lebih besar daripada kasih Allah. Tiada yang lebih kuat daripada belas kasihan dan anugerah Allah. Tiada yang terlalu sulit bagi kuasa Allah.

Tak ada satu bagian pun dari hidup kita yang tersembunyi dari anugerah dan kuasa Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 29-30; Matius 9:1-17

Artikel Terkait:

Lebih dari Optimisme, Inilah yang Harus Kita Lakukan untuk Menghadapi Realita Kehidupan

“Seiring waktu, aku sadar bahwa akar dari ketidaksenangan kita—tidak peduli apakah kita seorang yang pesimis atau optimis—biasanya adalah hal yang sama: kita menginginkan sesuatu, tapi kita tidak mendapatkannya. Jadi bagaimana kita harus menyikapi akar masalah ini?”
Baca selengkapnya di dalam artikel ini.

Percakapan dengan Diri Sendiri

Jumat, 2 Desember 2016

Percakapan dengan Diri Sendiri

Baca: Mazmur 116:5-9

116:5 TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.

116:6 TUHAN memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku.

116:7 Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu.

116:8 Ya, Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, dan mataku dari pada air mata, dan kakiku dari pada tersandung.

116:9 Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN, di negeri orang-orang hidup.

Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! —Mazmur 103:2

Percakapan dengan Diri Sendiri

Pernahkah kamu berbicara dengan dirimu sendiri? Terkadang saat saya sedang mengerjakan sesuatu—biasanya ketika memperbaiki mobil—saya merasa terbantu dengan berpikir sambil berbicara selagi saya mencari tahu cara terbaik untuk melakukan perbaikan yang diperlukan. Namun tentu saya merasa malu apabila percakapan dengan diri sendiri itu didengar orang lain—walaupun berbicara dengan diri sendiri adalah hal yang dilakukan kebanyakan dari kita setiap hari.

Para pemazmur sering berbicara dengan diri mereka sendiri dalam kitab Mazmur, tidak terkecuali penulis Mazmur 116. Di ayat 7, ia menulis, “Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab Tuhan telah berbuat baik kepadamu.” Dengan mengingatkan dirinya sendiri pada kebaikan dan kesetiaan Allah di masa lampau, pemazmur menerima penghiburan dan pertolongan yang berguna baginya di masa kini. Kita sering melihat “percakapan” seperti itu di kitab Mazmur. Dalam Mazmur 103:1, Daud berkata kepada dirinya sendiri, “Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!” Dan dalam Mazmur 62:6, ia menegaskan, “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.”

Alangkah baiknya mengingatkan diri kita sendiri pada kesetiaan Allah dan pengharapan yang kita miliki di dalam Dia. Kita dapat mengikuti teladan pemazmur dan mengambil waktu untuk menyebutkan kebaikan-kebaikan Allah yang sudah kita terima dengan berlimpah. Tentulah kita akan semakin dikuatkan ketika kita melakukannya. Allah yang telah membuktikan kesetiaan-Nya di masa lampau akan terus mengasihi kita di masa yang akan datang. —James Banks

Ya Tuhan, tolonglah aku untuk tetap melekat dengan hati-Mu hari ini ketika aku mengingatkan diriku sendiri pada kasih dan kesetiaan-Mu.

Mengingatkan diri kita sendiri pada kebaikan Allah dapat menjaga hati kita terus dipenuhi oleh damai sejahtera-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 42-44; 1 Yohanes 1

Artikel Terkait:

3 Hal yang Kupelajari Saat Menulis Surat Kepada Diriku Sendiri

Pada hari terakhir di tahun 2014, dalam acara makan-makan bersama dengan teman-teman gereja, suamiku melempar ide untuk “menulis surat kepada dirimu di masa depan”. Ide itu sangat menarik untukku, jadi aku memutuskan untuk mencobanya. Baca cerita selengkapnya di dalam artikel ini.