Posts

Kebijaksanaan yang Tak Disengaja

Jumat, 25 Mei 2018

Kebijaksanaan yang Tak Disengaja

Baca: Filipi 4:4-9

4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

4:9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, . . . pikirkanlah semuanya itu. —Filipi 4:8

Kebijaksanaan yang Tak Disengaja

Beberapa tahun yang lalu, seorang wanita menceritakan kepada saya apa yang dilakukannya ketika melihat putranya yang masih beranjak remaja menonton liputan berita tentang suatu peristiwa kekerasan. Ia langsung meraih alat pengendali TV dan mengganti salurannya. “Jangan menonton hal-hal semacam itu,” kata ibu itu kepada anaknya dengan tegas. Mereka sempat berdebat, tetapi akhirnya ibu itu mengimbau putranya untuk mengisi pikirannya dengan “semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, . . . .” (Flp. 4:8). Kemudian, setelah makan malam, wanita itu dan suaminya sedang menonton berita saat tiba-tiba putri mereka yang berusia lima tahun memasuki ruangan dan mematikan TV. “Jangan menonton hal-hal semacam itu,” katanya dengan meniru suara dan gaya ibunya. “Kita harus mengisi pikiran dengan ayat-ayat Alkitab!”

Sebagai orang dewasa, kita dapat menyerap dan memproses berita lebih baik daripada anak-anak kita. Meski begitu, perilaku anak kecil yang menirukan perintah-perintah yang pernah diucapkan ibunya tersebut memang kocak sekaligus bijaksana. Bahkan orang dewasa yang matang pun masih dapat terkena dampak negatif dari tayangan-tayangan yang terus-menerus menampilkan sisi gelap dari kehidupan manusia. Ketika melihat kondisi di sekitar kita, adakalanya kita merasa begitu muram dan murung. Merenungkan hal-hal yang dicantumkan Paulus dalam Filipi 4:8 menjadi obat penawar yang kuat terhadap kesuraman yang kita rasakan itu.

Dengan mempertimbangkan masak-masak apa saja yang kita izinkan untuk masuk dan mengisi pikiran kita, kita sedang menghormati Allah sekaligus menjaga hati kita. —Randy Kilgore

Bapa, bukalah mata kami hari ini untuk melihat hal-hal yang indah. Ajarilah kami untuk merenungkan-Mu.

Apa yang mengisi pikiran kita akan membentuk jiwa kita.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 25-27; Yohanes 9:1-23

Wejangan Hikmat

Jumat, 27 April 2018

Wejangan Hikmat

Baca: Amsal 8:10-21

8:10 Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan.

8:11 Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya.

8:12 Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan.

8:13 Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.

8:14 Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan.

8:15 Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan.

8:16 Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi.

8:17 Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku.

8:18 Kekayaan dan kehormatan ada padaku, juga harta yang tetap dan keadilan.

8:19 Buahku lebih berharga dari pada emas, bahkan dari pada emas tua, hasilku lebih dari pada perak pilihan.

8:20 Aku berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan,

8:21 supaya kuwariskan harta kepada yang mengasihi aku, dan kuisi penuh perbendaharaan mereka.

Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya. —Amsal 8:11

Wejangan Hikmat

Malcolm Muggeridge adalah seorang wartawan dan kritikus sosial yang terkenal dari Inggris. Ia beriman kepada Kristus pada usia 60 tahun. Di ulang tahunnya yang ke-75, ia memberikan 25 butir hasil pengamatannya yang mendalam tentang kehidupan ini. Salah satunya adalah, “Saya tak pernah bertemu seorang kaya yang bahagia, tetapi saya sangat jarang bertemu orang miskin yang tidak ingin menjadi kaya.”

Kebanyakan dari kita tentu setuju bahwa uang tidak akan membuat kita bahagia. Namun menariknya, kita selalu ingin memiliki lebih banyak uang untuk memastikan pendapat kita itu.

Kekayaan bersih Raja Salomo konon berjumlah lebih dari dua triliun dolar AS. Meskipun sangat kaya, ia sadar bahwa uang memiliki banyak keterbatasan. Amsal 8 didasarkan pada pengalamannya dan berisi “Seruan Hikmat” yang ditujukan untuk semua orang. “Hai, umat manusia, kepadamu aku berseru; . . . Yang kukatakan, betul semua” (ay.4,7 bis). “Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan. Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apapun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya” (ay.10-11).

Hikmat berkata, “Buahku lebih berharga dari pada emas, bahkan dari pada emas tua, hasilku lebih dari pada perak pilihan. Aku berjalan pada jalan kebenaran, di tengah-tengah jalan keadilan, supaya kuwariskan harta kepada yang mengasihi aku, dan kuisi penuh perbendaharaan mereka” (ay.19-21).

Itulah kekayaan yang sejati! —David C. McCasland

Tuhan, terima kasih untuk kekayaan hikmat-Mu yang memandu langkah kami hari ini.

Allah memberikan hikmat sebagai kekayaan sejati bagi semua orang yang mencari dan mengikut Dia.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 1-2; Lukas 19:28-48

Surat Kiriman

Minggu, 18 Maret 2018

Surat Kiriman

Baca: Nehemia 8:6-13

8:6 Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri.

8:7 Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah.

8:8 Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya.

8:9 Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.

8:10 Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: “Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!”, karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.

8:11 Lalu berkatalah ia kepada mereka: “Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!”

8:12 Juga orang-orang Lewi menyuruh semua orang itu supaya diam dengan kata-kata: “Tenanglah! Hari ini adalah kudus. Jangan kamu bersusah hati!”

8:13 Maka pergilah semua orang itu untuk makan dan minum, untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria, karena mereka mengerti segala firman yang diberitahukan kepada mereka.

Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti. —Nehemia 8:9

Surat Kiriman

Jauh dari rumah dalam pelatihan dasar untuk menghadapi Perang Dunia II, para tentara tamtama Amerika Serikat menggunakan humor dan surat-menyurat untuk menghibur diri di tengah tantangan yang ada di depan mata. Dalam sepucuk surat yang dikirim ke kampung halamannya, seorang pemuda menggambarkan proses vaksinasi dengan kiasan yang lucu: “Dua petugas kesehatan mengejar kami dengan harpun (tombak untuk berburu, ujungnya menyerupai ujung anak panah). Mereka menangkap kami, menjepit kami di lantai, dan menancapkan harpun itu di tiap lengan.”

Namun, ada seorang prajurit yang menyadari bahwa humor hanya menghiburnya sesaat. Kemudian ia menerima Alkitab. “Saya sangat menyukainya dan membacanya setiap malam,” tulisnya. “Saya tak pernah menyangka dapat belajar begitu banyak hal dari Alkitab.”

Setelah bertahun-tahun menjadi budak di Babel, bangsa Yahudi kuno yang pulang ke tanah kelahiran mereka ternyata menemui banyak masalah baru. Dalam perjuangan membangun kembali tembok Yerusalem, mereka bergelut menghadapi perlawanan dari musuh, bencana kelaparan, dan dosa mereka sendiri. Di tengah-tengah masalah tersebut, mereka berpaling kepada firman Allah. Mereka dibuat takjub oleh apa yang mereka pelajari. Ketika para imam membacakan kitab Taurat Allah, semua orang menangis (Neh. 8:10). Namun, mereka juga memperoleh penghiburan. Nehemia, sang kepala daerah, mengatakan kepada mereka, “Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu!” (ay.11).

Jangan menunggu ada masalah, baru kita mau mendengar firman Allah. Saat ini juga kita dapat belajar mengenai karakter-Nya, pengampunan-Nya, dan penghiburan-Nya dari Alkitab. Saat membaca Alkitab, kita akan dibuat takjub oleh apa yang disingkapkan Roh Kudus kepada kita melalui setiap lembarannya. —Tim Gustafson

Alkitab menolong kita melihat diri kita apa adanya dan melihat betapa Allah sangat mengasihi kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 32-34; Markus 15:26-47

Pengingat yang Penting

Sabtu, 19 Maret 2016

Pengingat yang Penting

Baca: Filipi 1:27-30

1:27 Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil,

1:28 dengan tiada digentarkan sedikitpun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah.

1:29 Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,

1:30 dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku.

Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata bercahaya. —Mazmur 19:9

Pengingat yang Penting

Saya tidak tahu bagaimana mereka dapat mengetahui alamat saya, tetapi saya makin sering menerima selebaran melalui pos dari orang-orang yang mengundang saya untuk hadir dalam acara yang mengajarkan tentang program manfaat di masa pensiun. Semuanya berawal dari beberapa tahun yang lalu ketika saya menerima undangan untuk bergabung dengan sebuah lembaga yang melayani kebutuhan para pensiunan. Semua undangan itu menjadi semacam pengingat yang mengatakan: “Kamu sudah semakin tua. Bersiaplah!”

Selama ini saya bisa mengabaikan semua undangan tersebut. Namun dengan bertambahnya usia, saya pikir perlu juga datang ke salah satu acara mereka. Saya benar-benar perlu bertindak sesuai saran mereka.

Adakalanya saya menerima pengingat yang serupa dari Kitab Suci. Mungkin kita sadar bahwa apa yang dinyatakan oleh bagian Alkitab tertentu juga berlaku bagi kita, tetapi kita merasa belum siap untuk menaatinya. Mungkin ayat itu adalah Roma 14:13 yang berkata, “Janganlah kita saling menghakimi lagi!” Atau 2 Korintus 9:6 yang mengingatkan, “Orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” Atau pengingat dari Filipi 1, “[Hendaklah] kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, dengan tiada digentarkan sedikit pun” (ay.27-28).

Saat kita membaca firman Allah, kita diingatkan akan hal-hal yang sangat penting. Marilah dengan sungguh-sungguh kita memperhatikan semua pengingat yang diberikan oleh Bapa kita. Dia tahu apa yang memuliakan nama-Nya dan apa yang terbaik bagi kita. —Dave Branon

Terima kasih, Tuhan, untuk pengingat-Mu yang lembut. Kami tahu bahwa yang Engkau sampaikan dalam firman-Mu untuk kami lakukan adalah demi kebaikan kami dan untuk kemuliaan nama-Mu. Tolong kami untuk berani melangkah dan melakukan hal-hal yang memuliakan nama-Mu.

Kekudusan sesungguhnya berarti bahwa Kristus bekerja di dalam kita untuk menggenapi kehendak dan perintah Allah Bapa.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 1-3; Markus 16

Perkataan Orang Berhikmat

Senin, 2 November 2015

Perkataan Orang Berhikmat

Baca: Pengkhotbah 9:13-18

9:13 Hal ini juga kupandang sebagai hikmat di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku;

9:14 ada sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya;

9:15 di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu.

9:16 Kataku: “Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang.”

9:17 Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh.

9:18 Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.

Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik. —Pengkhotbah 9:17

Perkataan Orang Berhikmat

Baru-baru ini, suami dari keponakan saya menulis kata-kata berikut di akun media sosialnya: “Kalau bukan karena bisikan lembut yang mengingatkanku, pasti aku akan menulis lebih banyak lagi di sini. Sebagai seorang pengikut Yesus, mungkin kamu berpikir bisikan itu datang dari Roh Kudus. Bukan. Bisikan itu datang dari Heidi, istriku.”

Sambil tersenyum membaca tulisan itu, saya pun merenung sejenak. Memang, teguran dari seorang sahabat yang bijak dapat mencerminkan hikmat Allah. Pengkhotbah 9 berkata, “Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh” (ay.17).

Kitab Suci memperingatkan kita untuk tidak menganggap diri sendiri pandai atau bijaksana (Ams. 3:7; Yes. 5:21; Rm. 12:16). Dengan kata lain, janganlah kita menganggap bahwa kita tahu segalanya. Amsal 19:20 berkata, “Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.” Allah dapat memakai siapa saja, baik itu seorang teman, pasangan hidup, pendeta, atau rekan kerja, untuk mengajari kita agar lebih memahami hikmat-Nya.

“Hikmat tinggal di dalam hati orang yang berpengertian,” demikian dikatakan Amsal 14:33. Salah satu cara untuk memahami hikmat dari Roh Kudus adalah dengan mendengarkan nasihat orang lain dan belajar dari satu sama lain. —Cindy Hess Kasper

Ya Tuhan, terima kasih untuk firman-Mu yang mengajarku untuk mengasihi-Mu dan mengasihi sesamaku. Terima kasih juga untuk orang-orang yang telah Kau tempatkan dalam hidupku yang mengingatkanku pada kebenaran-Mu.

Hikmat sejati bersumber dari Allah saja.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 27-29; Titus 3

Tersimpan di dalam Hatiku

Senin, 26 Oktober 2015

Tersimpan di dalam Hatiku

Baca: Mazmur 119:9-16

119:9 Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.

119:10 Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.

119:11 Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.

119:12 Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

119:13 Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.

119:14 Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta.

119:15 Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu.

119:16 Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan.

Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu. —Mazmur 119:11

Tersimpan di dalam Hatiku

Saya mulai terbiasa membaca majalah-majalah digital. Saya juga merasa senang bahwa dengan itu saya ikut menyelamatkan lingkungan. Selain itu, saya tidak perlu lagi menunggu-nunggu kiriman majalah tersebut lewat pos. Meski demikian, ada rasa rindu juga untuk membaca versi cetaknya, karena saya sangat menikmati membuka halaman demi halaman untuk mencari, menggunting, dan mengoleksi resep favorit saya.

Saya juga memiliki Alkitab versi digital di perangkat baca elektronik saya. Akan tetapi saya masih menyimpan buku Alkitab favorit saya, yang isinya telah banyak saya garis bawahi dan baca berulang kali. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan media cetak, tetapi ada satu hal yang kita tahu pasti: Tempat terbaik untuk menyimpan firman Allah bukanlah di telepon genggam, di perangkat baca elektronik, atau di meja kerja kita.

Di Mazmur 119, kita membaca tentang cara mencintai Kitab Suci dengan sepenuh hati: “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu” (ay.11). Tak ada yang dapat menggantikan indahnya merenungkan firman Allah, mengenal Dia lebih dalam, dan menerapkan firman-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Tempat terbaik untuk menyimpan firman Allah terletak jauh di dalam lubuk hati kita.

Mungkin kita mempunyai banyak alasan untuk tidak membaca, merenungkan, atau menghafalkannya, tetapi kita sungguh-sungguh memerlukan firman Allah. Saya berdoa, kiranya Allah akan menolong kita untuk menyimpan firman-Nya di tempat yang terbaik, yaitu di dalam hati kita. —Keila Ochoa

Ya Tuhan, berikanlah aku kerinduan untuk membaca firman-Mu. Lalu tanamlah firman-Mu di dalam hati dan pikiranku, dan tolong aku menerapkannya dalam hidupku sehari-hari.

Hati kita adalah tempat terbaik untuk menyimpan firman Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 9-11; 1 Timotius 6