Posts

Fondasi yang Kuat

Rabu, 28 November 2018

Fondasi yang Kuat

Baca: Matius 7:24-27

7:24 “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

7:27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. —Matius 7:24

Fondasi yang Kuat

Musim panas yang lalu, saya dan suami mengunjungi Fallingwater, sebuah rumah di kawasan pedesaan Pennsylvania yang dirancang oleh arsitek Frank Lloyd Wright pada tahun 1935. Saya belum pernah melihat rumah seperti itu. Wright ingin menciptakan rumah yang tumbuh secara organik dari lanskap alam yang ada, seolah-olah rumah itu benar-benar tumbuh di tempat itu—dan ia berhasil melakukannya. Ia membangun rumah di sekitar air terjun alami dan gaya rumah itu menyerupai tebing batu di dekatnya. Pemandu wisata kami menjelaskan apa yang membuat bangunan itu aman: “Penyangga vertikal utama dari rumah itu bertumpu di atas batu karang.”

Mendengarkan penjelasannya membuat saya langsung teringat pada perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus mengatakan kepada mereka bahwa apa yang Dia ajarkan akan menjadi fondasi yang teguh bagi kehidupan mereka. Apabila mereka mendengarkan dan menerapkan perkataan-Nya, mereka akan dapat bertahan menghadapi badai apa pun. Sebaliknya, mereka yang mendengar, tetapi tidak taat, akan menjadi seperti rumah yang dibangun di atas pasir (Mat. 7:24-27). Kemudian, Paulus mengulang kembali pemikiran tersebut, dengan menyatakan bahwa Kristus adalah fondasi, dan kita harus membangun di atas fondasi itu suatu pekerjaan yang tahan uji (1Kor. 3:11).

Ketika kita mendengarkan perkataan Yesus dan menaatinya, kita sedang membangun hidup kita di atas fondasi sekuat batu karang. Kiranya hidup kita dapat menyerupai Fallingwater, indah dan kukuh bertahan karena dibangun di atas Batu Karang. —Amy Peterson

Ya Allah, tolonglah kami untuk mendengar dan menaati perkataan Yesus.

Apa yang menjadi fondasi hidupmu?

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 33-34; 1 Petrus 5

Dalam Kebenaran

Kamis, 7 Juni 2018

Dalam Kebenaran

Baca: Zefanya 1:1-6; 2:1-3

1:1 Firman TUHAN yang datang kepada Zefanya bin Kusyi bin Gedalya bin Amarya bin Hizkia dalam zaman Yosia bin Amon, raja Yehuda.

1:2 “Aku akan menyapu bersih segala-galanya dari atas muka bumi, demikianlah firman TUHAN.

1:3 Aku akan menyapu manusia dan hewan; Aku akan menyapu burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut. Aku akan merebahkan orang-orang fasik dan akan melenyapkan manusia dari atas muka bumi, demikianlah firman TUHAN.

1:4 Aku akan mengacungkan tangan-Ku terhadap Yehuda dan terhadap segenap penduduk Yerusalem. Aku akan melenyapkan dari tempat ini sisa-sisa Baal dan nama para imam berhala,

1:5 juga mereka yang sujud menyembah di atas sotoh kepada tentara langit dan mereka yang menyembah dengan bersumpah setia kepada TUHAN, namun di samping itu bersumpah demi Dewa Milkom,

1:6 serta mereka yang berbalik dari pada TUHAN, yang tidak mencari TUHAN dan tidak menanyakan petunjuk-Nya.”

2:1 Bersemangatlah dan berkumpullah, hai bangsa yang acuh tak acuh,

2:2 sebelum kamu dihalau seperti sekam yang tertiup, sebelum datang ke atasmu murka TUHAN yang bernyala-nyala itu, sebelum datang ke atasmu hari kemurkaan TUHAN.

2:3 Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya; carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN.

Ia membaharui Engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. —Zefanya 3:17

Dalam Kebenaran

Bertahun-tahun lalu, saya pernah menghadiri pernikahan dari sepasang mempelai yang berasal dari negara yang berbeda. Perpaduan budaya seperti itu memang indah, tetapi perayaan tersebut mencampur unsur tradisi Kristen dengan ritual-ritual dari sebuah kepercayaan lain yang menyembah dewa-dewa.

Zefanya mengutuk keras tindakan mencampur kepercayaan lain dengan iman kepada satu-satunya Allah yang sejati (biasa disebut sinkretisme). Bangsa Yehuda telah menyembah Allah sekaligus mengandalkan Dewa Milkom (Zef. 1:5). Zefanya menyebutkan bagaimana bangsa itu menyerap budaya yang tidak mengenal Allah (ay.8) sembari memperingatkan bahwa sebagai akibat dari perbuatan itu, Allah akan membuang mereka dari tanah air mereka.

Meski demikian, Allah tidak pernah berhenti mengasihi umat-Nya. Penghakiman-Nya dimaksudkan agar mereka menyadari kebutuhan mereka untuk berpaling kepada-Nya. Zefanya pun mendorong bangsa Yehuda untuk mencari keadilan dan kerendahan hati (2:3). Kemudian Tuhan berjanji akan memberi mereka pemulihan di masa mendatang: “Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu” (3:20).

Sinkretisme seperti yang terjadi pada pesta pernikahan yang saya hadiri itu memang sangat disesali. Namun pada kenyataannya, kita semua bisa dengan mudahnya mencampuradukkan kebenaran Allah dengan keyakinan-keyakinan lain dalam budaya kita. Kita membutuhkan tuntunan Roh Kudus untuk menguji keyakinan kita dengan kebenaran firman Allah dan memegang kebenaran itu dengan penuh keyakinan dan kasih. Allah Bapa kita menerima siapa saja yang menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran (lihat Yoh. 4:23-24). —Tim Gustafson

Saat ada dalam masalah, ke mana aku berpaling? Krisis menyingkapkan siapa yang sesungguhnya kuandalkan. Apakah aku beriman sepenuhnya kepada Allah? Pergumulan apa yang patut kuserahkan kepada-Nya hari ini?

Allah selalu siap mengampuni dan memulihkan umat-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 28-29; Yohanes 17

Tak Seperti yang Diperkirakan

Senin, 14 Mei 2018

Tak Seperti yang Diperkirakan

Baca: 2 Raja-Raja 19:29-37

19:29 Dan inilah yang akan menjadi tanda bagimu, hai Hizkia: Dalam tahun ini orang makan apa yang tumbuh sendiri, dan dalam tahun yang kedua, apa yang tumbuh dari tanaman yang pertama, tetapi dalam tahun yang ketiga, menaburlah kamu, menuai, membuat kebun anggur dan memakan buahnya.

19:30 Dan orang-orang yang terluput di antara kaum Yehuda, yaitu orang-orang yang masih tertinggal, akan berakar pula ke bawah dan menghasilkan buah ke atas.

19:31 Sebab dari Yerusalem akan keluar orang-orang yang tertinggal dan dari gunung Sion orang-orang yang terluput; giat cemburu TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

19:32 Sebab itu beginilah firman TUHAN mengenai raja Asyur: Ia tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan menembakkan panah ke sana; juga ia tidak akan mendatanginya dengan perisai dan tidak akan menimbun tanah menjadi tembok untuk mengepungnya.

19:33 Melalui jalan, dari mana ia datang, ia akan pulang, tetapi ke kota ini ia tidak akan masuk, demikianlah firman TUHAN.

19:34 Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku.”

19:35 Maka pada malam itu keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka!

19:36 Sebab itu berangkatlah Sanherib, raja Asyur, dan pulang, lalu tinggallah ia di Niniwe.

19:37 Pada suatu kali ketika ia sujud menyembah di dalam kuil Nisrokh, allahnya, maka Adramelekh dan Sarezer, anak-anaknya, membunuh dia dengan pedang, dan mereka meloloskan diri ke tanah Ararat. Kemudian Esarhadon, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.

Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah. —1 Yohanes 4:1

Tak Seperti yang Diperkirakan

“Dengar!” kata istri saya lewat telepon. “Ada monyet di halaman rumah kita!” Ia mengangkat teleponnya supaya saya bisa mendengar suara itu. Ya, memang seperti suara monyet. Aneh sekali, karena tempat monyet liar yang terdekat dari tempat tinggal kami berjarak lebih dari 3.200 km jauhnya.

Namun, ayah mertua saya menjawab keheranan kami, “Itu burung hantu,” tukasnya. Kenyataannya tak seperti yang kami perkirakan.

Ketika pasukan Asyur yang diperintah Raja Sanherib mengepung Hizkia, Raja Yehuda, di dalam kota Yerusalem, mereka mengira telah meraih kemenangan. Namun, kenyataan berbicara lain. Walaupun juru minuman Asyur bermulut manis dan mengaku berbicara bagi Allah, Tuhan tetap berada di pihak umat-Nya.

“Adakah di luar kehendak Tuhan aku maju melawan tempat ini untuk memusnahkannya?” tanya si juru minuman Asyur (2Raj. 18:25). Dalam usahanya membujuk Yerusalem agar menyerah, ia bahkan berkata, “Kalau kamu menuruti apa yang kuanjurkan kepadamu, kamu akan hidup, tidak mati” (ay.32 BIS).

Itu terdengar mirip dengan firman Tuhan. Namun, Nabi Yesaya memberitakan firman Tuhan yang sebenarnya kepada bangsa Israel. “[Sanherib] tidak akan masuk ke kota ini dan tidak akan menembakkan panah ke sana,” Allah berfirman. “Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya” (2Raj. 19:32-34; Yes. 37:35). Malam itu juga, “Malaikat Tuhan” menghancurkan pasukan Asyur (2Raj. 19:35).

Adakalanya kita menjumpai orang-orang bermulut manis yang sepertinya “menasihati” kita padahal sebenarnya mereka menyangkal kuasa Allah. Yakinlah, itu bukan suara Allah. Dia berbicara kepada kita melalui firman-Nya dan memandu kita dengan Roh-Nya. Tangan-Nya berada di pihak orang-orang yang mengikut-Nya, dan Dia takkan pernah meninggalkan kita. —Tim Gustafson

Tuhan, ajarlah kami untuk bisa mengenali suara-Mu.

Allah selalu dapat dipercaya.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 19-21; Yohanes 4:1-30

Menyenangkan Telinga Kita

Kamis, 5 April 2018

Menyenangkan Telinga Kita

Baca: 2 Tawarikh 18:5-27

18:5 Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: “Apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?” Jawab mereka: “Majulah! Allah akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.”

18:6 Tetapi Yosafat bertanya: “Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?”

18:7 Jawab raja Israel kepada Yosafat: “Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan selalu malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.” Kata Yosafat: “Janganlah raja berkata demikian.”

18:8 Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: “Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!”

18:9 Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka,

18:10 maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: “Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.”

18:11 Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: “Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.”

18:12 Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu berkata kepadanya: “Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.”

18:13 Tetapi Mikha menjawab: “Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan Allahku, itulah yang akan kukatakan.”

18:14 Setelah ia sampai kepada raja, bertanyalah raja kepadanya: “Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?” Jawabnya: “Majulah dan kamu akan beruntung, sebab mereka akan diserahkan ke dalam tanganmu!”

18:15 Tetapi raja berkata kepadanya: “Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran?”

18:16 Lalu jawabnya: “Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti kambing domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.”

18:17 Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: “Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?”

18:18 Kata Mikha: “Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya.

18:19 Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab, raja Israel, untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu.

18:20 Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa?

18:21 Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian!

18:22 Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut nabi-nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.”

18:23 Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana; ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: “Bagaimana mungkin Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?”

18:24 Tetapi Mikha menjawab: “Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.”

18:25 Berkatalah raja Israel: “Tangkaplah Mikha, bawa dia kembali kepada Amon, penguasa kota, dan kepada Yoas, anak raja,

18:26 dan katakan: Beginilah titah raja: Masukkan orang ini dalam penjara dan beri dia makan roti dan minum air serba sedikit sampai aku pulang dengan selamat.”

18:27 Tetapi jawab Mikha: “Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!” Lalu disambungnya: “Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!”

Aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan selalu malapetaka. —2 Tawarikh 18:7

Menyenangkan Telinga Kita

Sebagai manusia, kita cenderung mencari informasi yang mendukung pendapat kita. Riset menunjukkan bahwa kita sebenarnya berusaha dua kali lipat untuk mencari informasi yang mendukung posisi kita. Kita cenderung menjauhi pemikiran lain yang menentang pemikiran yang kita pegang dengan teguh.

Demikianlah yang terjadi di masa pemerintahan Raja Ahab di Israel. Ketika ia dan Yosafat, raja Yehuda, mempertimbangkan untuk berperang melawan Ramot-Gilead, Ahab mengumpulkan 400 nabi untuk menolongnya mengambil keputusan. Mereka adalah orang-orang yang ditunjuk Ahab sendiri menjadi nabi. Oleh karena itu, mereka selalu mengatakan apa yang menyenangkan telinga sang raja. Masing-masing dari nabi itu menjawab bahwa Ahab harus berperang, dengan mengatakan, “Allah akan menyerahkannya ke dalam tangan raja” (2Taw. 18:5). Yosafat bertanya apakah masih ada nabi lain yang telah dipilih Allah untuk memberikan petunjuk-Nya. Ahab menjawab dengan ogah-ogahan karena nabi Allah yang bernama Mikha “tidak pernah . . . menubuatkan yang baik tentang [dirinya], melainkan selalu malapetaka” (ay.7). Dan memang, Mikha pun menubuatkan bahwa mereka tidak akan menang, dan bangsa Israel akan “bercerai-berai di gunung-gunung” (ay.16).

Saat membaca kisah mereka, saya menyadari bahwa saya pun cenderung menghindari nasihat yang bijak apabila itu tidak menyenangkan telinga saya. Bagi Ahab, mendengarkan 400 nabi yang selalu mengatakan apa yang menyenangkan hatinya itu ternyata berakibat fatal (ay.34). Kiranya kita selalu rindu mencari dan mau mendengarkan suara kebenaran, firman Allah dalam Alkitab, walaupun suara itu bertentangan dengan kemauan dan pemikiran kita sendiri. —Kirsten Holmberg

Tuhan, tolonglah aku untuk mencari dan memperhatikan nasihat-Mu, sekalipun nasihat itu bertentangan dengan keinginanku atau pendapat umum.

Nasihat Allah sungguh bijaksana dan dapat dipercaya.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 1-3; Lukas 8:26-56

Pengaruh dari Teladan

Sabtu, 24 Maret 2018

Pengaruh dari Teladan

Baca: 2 Timotius 3:10-17

3:10 Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.

3:11 Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya.

3:12 Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,

3:13 sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.

3:14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.

3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

3:17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. —2 Timotius 3:16

Pengaruh dari Teladan

Usaha saya memperbaiki sesuatu di rumah biasanya berakhir dengan membayar orang lain untuk membenahi kerusakan yang justru saya timbulkan saat memperbaiki masalah awalnya. Namun, baru-baru ini saya berhasil memperbaiki sebuah perangkat rumah tangga dengan menonton video YouTube yang menampilkan seseorang yang menunjukkan cara perbaikannya langkah demi langkah.

Paulus menjadi teladan yang berpengaruh bagi Timotius muda, yang selama ini telah menemani dan menyaksikan sepak terjangnya. Dari penjara di Roma, Paulus menulis, “Engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita” (2Tim. 3:10-11). Ia mendorong Timotius untuk “tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajar-kannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci” (ay.14-15).

Kehidupan Paulus menunjukkan pentingnya membangun hidup kita di atas firman Allah sebagai dasar yang teguh. Ia mengingatkan Timotius bahwa Alkitab adalah sumber penuh kuasa yang diberikan Allah, yang kita perlukan untuk mengajar orang lain dan memberikan teladan kepada mereka yang ingin menjadi pengikut Kristus.

Sambil bersyukur atas mereka yang menolong kita bertumbuh dalam iman, kita juga ditantang untuk mengikuti teladan mereka yang hidup dalam kebenaran dengan mengajar dan menguatkan orang lain.

Itulah kuatnya pengaruh dari teladan. —David C. McCasland

Tuhan, sebagaimana orang-orang telah meneladankan kebenaran-Mu kepada kami, kiranya kami juga dapat meneladankan kebenaran itu kepada orang lain.

Kita dipanggil Allah untuk hidup dalam firman-Nya dengan mengajar dan menguatkan orang lain.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 16-18; Lukas 2:1-24

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Tora Tobing

Artikel Terkait:

Kata Dunia vs Firman Tuhan

Instruksi Langsung

Jumat, 9 Maret 2018

Instruksi Langsung

Baca: 1 Raja-Raja 13:11-22

13:11 Di Betel diam seorang nabi tua. Anak-anaknya datang menceritakan kepadanya segala perbuatan yang dilakukan abdi Allah pada hari itu di Betel. Mereka menceriterakan juga kepada ayah mereka perkataan yang dikatakannya kepada raja.

13:12 Kemudian ayah mereka bertanya: “Dari jalan manakah ia pergi?” Lalu anak-anaknya menunjukkan kepadanya jalan yang diambil abdi Allah yang datang dari Yehuda itu.

13:13 Ia berkata kepada anak-anaknya: “Pelanai keledai bagiku!” Mereka memelanai keledai baginya, lalu ia menunggangnya

13:14 dan pergi mengikuti abdi Allah itu dan mendapatinya duduk di bawah sebuah pohon besar. Ia bertanya kepadanya: “Engkaukah abdi Allah yang telah datang dari Yehuda?” Jawabnya: “Ya, akulah itu.”

13:15 Katanya kepadanya: “Marilah bersama-sama aku ke rumah untuk makan roti.”

13:16 Tetapi jawabnya: “Aku tidak dapat kembali bersama-sama engkau dan singgah kepadamu; aku tidak dapat makan roti atau minum air bersama-sama engkau di tempat ini,

13:17 sebab telah diperintahkan kepadaku atas firman TUHAN: Jangan makan roti atau minum air di sana. Jangan berjalan pulang melalui jalan yang telah kauambil itu.”

13:18 Lalu jawabnya kepadanya: “Akupun seorang nabi juga seperti engkau, dan atas perintah TUHAN seorang malaikat telah berkata kepadaku: Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum air.” Tetapi ia berbohong kepadanya.

13:19 Kemudian orang itu kembali bersama-sama dia, lalu makan roti dan minum air di rumahnya.

13:20 Sedang mereka duduk menghadapi meja, datanglah firman TUHAN kepada nabi yang telah membawa dia pulang.

13:21 Ia berseru kepada abdi Allah yang telah datang dari Yehuda: “Beginilah firman TUHAN: Karena engkau telah memberontak terhadap titah TUHAN dan tidak berpegang pada segala perintah yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu,

13:22 tetapi kembali dan makan roti dan minum air di tempat ini walaupun Ia telah berfirman kepadamu: Jangan makan roti atau minum air, —maka mayatmu tidak akan masuk ke dalam kubur nenek moyangmu.”

“Telah diperintahkan kepadaku atas firman Tuhan.” —1 Raja-Raja 13:17

Instruksi Langsung

Putri kedua saya, Britta, sangat ingin tidur di “tempat tidur anak besar” di kamar kakaknya. Setiap malam ketika menidurkan Britta, saya memberikan instruksi tegas agar ia tidak turun dari tempat tidur, dan memperingatkan bahwa jika ia turun, saya akan mengembalikannya ke ranjang bayi. Malam demi malam, saya menemukan Britta sedang ada di lorong dan saya terpaksa harus membawanya tidur di ranjang bayinya. Bertahun-tahun kemudian, saya baru tahu bahwa putri sulung saya ternyata tidak terlalu senang tidur sekamar dengan adiknya. Berulang kali ia memperdaya Britta dengan mengatakan bahwa ia mendengar saya memanggil-manggil nama adiknya. Britta percaya saja pada kata-kata kakaknya lalu pergi mencari saya. Itulah sebabnya saya sering menemukannya di lorong dan harus membuatnya tidur di ranjang bayi.

Mendengarkan suara yang salah memiliki dampak yang berbahaya bagi kita semua. Ketika Allah mengutus seorang abdi-Nya ke Betel untuk berbicara bagi-Nya, Allah memberikan instruksi yang jelas agar ia tidak makan atau minum selama berada di Betel dan tidak melalui jalan yang sama untuk pulang (1Raj. 13:9). Ketika Raja Yerobeam mengundangnya makan, abdi Allah itu menolaknya karena ia menaati perintah Allah. Ketika seorang nabi yang lebih tua mengundang abdi Allah itu untuk makan, pada awalnya ia menolak, tetapi akhirnya menerima juga undangan makan tersebut. Ia diperdaya oleh si nabi tua yang berkata bahwa seorang malaikat telah berbicara kepadanya untuk mengajak abdi Allah itu makan. Sama seperti saya sedih karena harus menghukum Britta yang tidak mendengarkan instruksi saya, saya membayangkan Allah juga sedih karena abdi-Nya tidak menuruti perintah-Nya.

Kita dapat mempercayai Allah sepenuhnya. Firman-Nya adalah jalan kita menuju kehidupan; alangkah bijaknya jika kita mendengarkan dan menaati-Nya. —Kirsten Holmberg

Tuhan, terima kasih karena Engkau berbicara kepadaku melalui firman-Mu. Tolonglah aku mengarahkan telingaku untuk mendengarkan suara-Mu dan menaatinya.

Firman Tuhan adalah perkataan yang terpenting.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 8-10; Markus 11:19-33

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Catherine Tedjasaputera

Agar Kita Mengerti

Selasa, 26 April 2016

Agar Kita Mengerti

Baca: Roma 15:1-6

15:1 Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.

15:2 Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.

15:3 Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: “Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai aku.”

15:4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.

15:5 Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus,

15:6 sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.

Segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita. —Roma 15:4

Agar Kita Mengerti

Saya senang mengunjungi museum seperti Galeri Nasional di London dan Galeri Negara Tretyakov di Moskow. Meskipun sebagian besar karya seni di dalamnya sangat mengagumkan, ada juga di antaranya yang membingungkan saya. Saya bisa melihat sesuatu yang tampak seperti percikan warna yang serampangan di atas kanvas dan menyadari bahwa saya sama sekali tidak mengerti apa yang sedang saya lihat, meskipun pelukisnya adalah ahli di bidangnya.

Kadang-kadang kita merasakan hal yang sama dengan Kitab Suci. Kita bertanya-tanya, Mungkinkah saya bisa mengerti isi Kitab Suci? Dari mana saya harus mulai? Barangkali nasihat Rasul Paulus dapat membantu kita: “Segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci” (Rm. 15:4).

Allah telah memberikan Kitab Suci kepada kita untuk mengajar dan menguatkan kita. Dia juga telah mengutus Roh Kudus untuk membantu kita mengerti maksud-maksud-Nya. Yesus berkata bahwa Dia mengutus Roh Kebenaran untuk “memimpin [kita] ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh. 16:13). Paulus menegaskan hal ini di 1 Korintus 2:12, “Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.”

Dengan pertolongan Roh Kudus, kita dapat membaca Alkitab dengan penuh keyakinan, karena kita mengetahui bahwa melalui lembaran-lembaran Alkitab, Allah menginginkan kita untuk mengenal Dia dan jalan-jalan-Nya. —Bill Crowder

Bapa, terima kasih untuk Anak-Mu yang telah Kauberikan untuk memulihkan hubungan kami dengan-Mu. Terima kasih untuk Kitab Suci yang Kauberikan sehingga kami bisa lebih mengenal-Mu. Terima kasih untuk Roh-Mu yang Kauberikan untuk membimbing kami kepada kebenaran yang perlu kami ketahui tentang Engkau dan kasih-Mu yang besar.

Bacalah Alkitab untuk mengenal Sang Penulisnya.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 23-24; Lukas 19:1-27

Sesuai dengan yang Ada Tertulis

Kamis, 19 November 2015

Sesuai dengan yang Ada Tertulis

Baca: Ezra 3:1-6

3:1 Ketika tiba bulan yang ketujuh, setelah orang Israel menetap di kota-kotanya, maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di Yerusalem.

3:2 Maka mulailah Yesua bin Yozadak beserta saudara-saudaranya, para imam itu, dan Zerubabel bin Sealtiel beserta saudara-saudaranya membangun mezbah Allah Israel untuk mempersembahkan korban bakaran di atasnya, sesuai dengan yang ada tertulis dalam kitab Taurat Musa, abdi Allah.

3:3 Mereka mendirikan mezbah itu di tempatnya semula, sungguhpun mereka ketakutan terhadap penduduk negeri, lalu mereka mempersembahkan di atasnya korban bakaran kepada TUHAN, korban bakaran waktu pagi dan waktu petang.

3:4 Mereka juga mengadakan hari raya Pondok Daun, sesuai dengan yang ada tertulis, dan mempersembahkan korban bakaran hari demi hari menurut jumlah yang sesuai dengan peraturan, yakni setiap hari menurut yang ditetapkan untuk hari itu.

3:5 Dan sejak itu diadakanlah korban bakaran yang tetap, juga korban bakaran pada bulan baru dan pada setiap hari raya yang kudus bagi TUHAN, dan setiap kali orang mempersembahkan persembahan sukarela kepada TUHAN.

3:6 Sejak hari pertama bulan yang ketujuh mereka mulai mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, namun dasar bait suci TUHAN belum juga diletakkan.

[Mereka] membangun mezbah . . . untuk mempersembahkan korban bakaran di atasnya, sesuai dengan yang ada tertulis. —Ezra 3:2

Sesuai dengan yang Ada Tertulis

Dalam merakit suatu barang, entah itu barang elektronik, perabot rumah, dan yang sejenisnya, saya memiliki cara yang berbeda dengan Steve, anak saya. Steve cenderung berpikir secara mekanis, jadi biasanya ia tidak memerlukan buku petunjuk dan langsung merakit. Sementara ia sudah merakit setengah jalan, saya masih saja membaca dengan perlahan buku petunjuk tentang cara merakit barang tersebut.

Adakalanya kita berhasil tanpa perlu petunjuk. Namun demikian, untuk mengatur kehidupan yang mencerminkan kebaikan dan hikmat Allah, kita tidak boleh mengabaikan arahan yang Dia berikan kepada kita di dalam Alkitab.

Umat Israel yang telah kembali ke tanah kediaman mereka setelah pengasingan di Babel menjadi contoh yang baik untuk hal itu. Ketika mulai membangun kembali tata ibadah mereka, mereka melakukannya “sesuai dengan yang ada tertulis dalam kitab Taurat Musa” (Ezr. 3:2). Dengan membangun mezbah yang benar dan merayakan hari raya Pondok Daun seperti yang ditetapkan Allah dalam Imamat 23:33-43, mereka melakukannya tepat seperti yang Allah perintahkan.

Kristus juga memberikan arahan pada para pengikut-Nya. Dia berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Dan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:37,39). Saat kita percaya dan datang kepada-Nya, Dia akan menunjukkan kepada kita jalan hidup yang benar. Sebagai pribadi yang menciptakan kita, Allah jauh lebih tahu daripada kita tentang jalan hidup yang benar itu. —Dave Branon

Ingatkan kami, ya Tuhan, saat kami memulai hari, Engkau telah menunjukkan kepada kami teladan-Mu dalam menjalani hidup sebagaimana seharusnya. Tolong kami untuk membaca firman-Mu dan mengikuti arahan yang Engkau berikan bagi kami oleh kasih-Mu.

Jika kita ingin Allah memimpin kita, kita harus rela mengikut Dia.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 11-13; Yakobus 1

Kompas Allah

Selasa, 15 September 2015

Kompas Allah

Baca: Mazmur 119:105-112

119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

119:106 Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum-hukum-Mu yang adil.

119:107 Aku sangat tertindas, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu.

119:108 Kiranya persembahan sukarela yang berupa puji-pujian berkenan kepada-Mu, ya TUHAN, dan ajarkanlah hukum-hukum-Mu kepadaku.

119:109 Aku selalu mempertaruhkan nyawaku, namun Taurat-Mu tidak kulupakan.

119:110 Orang-orang fasik telah memasang jerat terhadap aku, tetapi aku tidak sesat dari titah-titah-Mu.

119:111 Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku.

119:112 Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapan-Mu, untuk selama-lamanya, sampai saat terakhir.

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. —Mazmur 119:105

Kompas Allah

Selama Perang Dunia II, kompas-kompas berukuran kecil telah menyelamatkan hidup dari 27 pelaut yang berada kira-kira 500 km jauhnya dari pantai North Carolina. Waldemar Semenov, seorang pensiunan pedagang yang menjadi pelaut, sedang berdinas sebagai insinyur junior dalam kapal SS Alcoa Guide ketika sebuah kapal selam Jerman muncul dan menembaki kapalnya. Kapal SS Alcoa Guide terkena tembakan, terbakar, dan mulai tenggelam. Semenov dan awak kapalnya segera menurunkan sekoci-sekoci yang dilengkapi kompas dan menggunakan kompas-kompas tersebut untuk memandu mereka menuju ke jalur pelayaran yang terdekat dengan pantai. Akhirnya, setelah tiga hari, mereka berhasil diselamatkan.

Pemazmur mengingatkan umat Allah bahwa firman-Nya adalah “kompas” yang dapat dipercaya. Ia menyamakannya dengan pelita. Pada masa itu, seorang pelancong biasanya membawa pelita berbahan bakar minyak zaitun dan sinarnya yang kerlap-kerlip hanya cukup untuk menerangi jalannya selangkah demi selangkah. Bagi sang pemazmur, firman Allah bagaikan pelita yang memberikan cahaya yang cukup untuk menerangi jalan setiap orang yang mencari Allah (Mzm. 119:105). Saat sang pemazmur mengembara di tengah gelapnya jalan kehidupan yang tidak menentu, ia percaya bahwa Allah, melalui bimbingan firman-Nya, akan memberikan panduan baginya.

Saat kita kehilangan arah dalam hidup, kita dapat mempercayai Allah kita yang memberikan firman-Nya untuk diandalkan sebagai kompas. Kita dapat menggunakan firman Allah untuk memandu kita menuju ke suatu persekutuan yang lebih erat dengan-Nya. —Marvin Williams

Bapa Surgawi, sungguh sulit bagiku untuk mengendalikan kehidupan ini. Ada kalanya aku terombang-ambing, tetapi aku akan tetap mempercayai-Mu. Pimpin dan bimbinglah aku dengan firman-Mu yang setia dan tepercaya.

Allah telah memberi kita firman-Nya agar kita dapat mengenal dan mengikut Dia.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 22-24; 2 Korintus 8