Part time doctor & part time letterer. Hidup itu tidak ada guideline dan tidak ada yang pasti. Yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri. Namun semua naik-turunnya hidup yang seperti EKG itulah yang membuat kita menjadi manusia yang sungguh “hidup”.

Posts

Lockscreen 1 Yohanes 3:3

“Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1 Yohanes 3:3).

Yuk download dan gunakan lock screen ini di HP kamu.
Klik di sini untuk melihat koleksi lock screen WarungSaTeKaMu.

Lockscreen ini dibuat oleh Elizabeth Rachel Soetopo untuk sobat di WarungSaTeKaMu.

Apakah Kamu Mengandalkan Kekayaanmu?

Hari ke-26 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Apakah Kamu Mengandalkan Kekayaanmu?

Baca: Yakobus 5:1-6

5:1 Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!

5:2 Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!

5:3 Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.

5:4 Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.

5:5 Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.

5:6 Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.

Apakah Kamu Mengandalkan Kekayaanmu?

Sejak zaman pacaran, aku dan suamiku sudah berpikir untuk pindah kembali ke negara asalku. Kami sangat menyukai masyarakat dan budayanya, tetapi yang lebih penting lagi, kami melihat kesempatan untuk memberitakan Injil di sana—banyak orang mulai lebih terbuka untuk menerima Injil karena perubahan iklim politik yang ada.

Atas pemeliharaan Tuhan, tabungan kami perlahan terus bertambah. Akhirnya, kami punya cadangan dana untuk kebutuhan hidup selama beberapa bulan. Tampaknya sudah tiba waktunya untuk pindah. Namun, entah bagaimana kami mulai berpikir ulang. Apakah tabungan kami ini benar sudah cukup? Haruskah kami menunggu sebentar lagi? Kami mulai tergoda untuk tetap tinggal dan terus menambah kekayaan kami. Pekerjaan yang sudah mapan menjanjikan kestabilan finansial bagi keluarga kami. Sudah tentu kami dapat memberitakan Injil tanpa pindah negara, kami mencoba membenarkan pikiran kami. Jika harus meninggalkan semuanya dan pindah ke belahan dunia yang lain, bagaimana hidup kami nanti? Mungkin butuh bertahun-tahun lamanya untuk kami bisa menabung lagi sebanyak ini.

Alkitab berbicara sangat jelas tentang bagaimana kekayaan dapat menghalangi kita mendekat kepada Tuhan. Yesus berkata, “Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Markus 10:25). Aku dan suami bukanlah orang yang benar-benar kaya-raya, tetapi kami tahu bagaimana rasanya tergoda untuk mengandalkan kekayaan materi lebih dari Tuhan.

Dalam suratnya, Yakobus memberikan peringatan keras terkait dosa-dosa yang secara spesifik mudah menjatuhkan orang yang kaya. Nada kemarahan Yakobus menunjukkan betapa seriusnya dosa-dosa tersebut. Kita diingatkan untuk tidak menoleransi dosa keserakahan (mengumpulkan kekayaan demi memuaskan hasrat diri sendiri) dan dosa ketidakadilan (memakai kekayaan untuk menekan orang lain) di dalam diri kita.

Dalam ayat 2, 3, dan 5, Yakobus menegur mereka yang “telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir” dan memperingatkan pembacanya untuk tidak hidup “berfoya-foya di bumi”. Dengan ilustrasi yang kuat seperti, “kekayaanmu sudah busuk”, “pakaianmu telah dimakan ngengat” (ayat 2), Yakobus memperingatkan bahwa kekayaan tidak akan bertahan selamanya, dan kita akan dihakimi menurut cara kita hidup.

Perkataan Yakobus menggemakan perkataan Yesus yang mengajar kita, “…kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:20-21).

Meskipun kita harus bekerja dengan rajin (Kolose 3:23), tujuan kita seharusnya bukan untuk menimbun kenyamanan dan kesenangan diri sendiri. Aku dan suamiku terus diingatkan bahwa tak peduli berapa banyak uang yang kami tabung—pada akhirnya tidak berarti sama sekali dibandingkan dengan kekekalan. Namun, bila kami bisa memakainya untuk memberitakan Injil, kekayaan itu dapat menghasilkan buah-buah yang kekal.

Teguran kedua Yakobus ditujukan kepada mereka yang mengambil keuntungan dari orang-orang miskin. Yakobus mengecam mereka yang menahan upah para pekerja dan juga mereka yang membunuh sesamanya (ayat 4-6). Menurut banyak penafsir Alkitab, kata “membunuh” di sini kemungkinan menunjukkan tindakan para tuan tanah kaya yang memakai pengadilan untuk merampas rumah orang-orang miskin—mereka yang tidak berdaya untuk melawan hukum.

Di zaman sekarang ini orang pun mudah memanfaatkan sesamanya yang tidak mampu demi keuntungan pribadi. Adakalanya para pekerja terlalu dituntut bekerja lebih atau dibayar terlalu rendah. Yakobus mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam mata pencaharian kita, pastikan kita tidak mengambil hak sesama dalam prosesnya.

Di Perjanjian Lama, Tuhan memerintahkan orang Israel memperhatikan kebutuhan orang-orang miskin dan tidak hanya sibuk dengan kepentingan pribadi (Ulangan 24:19-22). Hukum itu diberikan Tuhan sendiri: “Haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di Mesir dan engkau ditebus TUHAN, Allahmu, dari sana; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini” (Ulangan 24:18).

Sama seperti Tuhan menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, Tuhan juga telah menyelamatkan kita dari perbudakan dosa. Bagaimana bisa kita terus memperbudak orang lain dengan mengambil keuntungan dari mereka? Marilah kita menyatakan kasih kepada sesama melalui penggunaan harta milik kita—karena Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi kita. —Christine Emmert, Amerika Serikat

Handlettering oleh Oei Kristina

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Pernahkah kamu terlalu mengandalkan kekayaanmu?

2. Pernahkah kamu mengambil keuntungan dari seseorang yang lebih kurang beruntung darimu, dalam cara kamu mendapatkan atau menggunakan uang?

3. Bagaimana cara kamu bisa memakai harta milikmu untuk tujuan-tujuan Tuhan?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Christine Emmert | Christine adalah seorang pengikut Kristus, pecinta buku dan makanan. Hidup ini indah, katanya, dan setiap hembusan nafas adalah pengingat bahwa di dalam segala keadaan Tuhan itu selalu baik. Dia dan suaminya sedang membangun sebuah keluarga yang mencari Kristus dan menjadi terang dan garam di antara bangsa-bangsa. Ezra 7:10 adalah ayat favoritnya.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus

Berbahagia dalam Pencobaan

Hari ke-1 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Berbahagia dalam Pencobaan

Baca: Yakobus 1:1:4

1:1 Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan.

1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,

1:3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

1:4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

Berbahagia dalam Pencobaan

Bayangkanlah kamu baru saja mengalami pencobaan bertubi-tubi. Baru saja satu masalah selesai, sudah datang masalah lainnya. Hidup terasa sangat berat. Lalu seorang teman baikmu datang dan berkata, “Baguslah kalau kamu mengalami masalah. Kamu harus sadar bahwa kamu itu diberkati!” Tidakkah kamu akan merasa sangat jengkel dan ingin menamparnya?

Namun, itulah inti pesan yang disampaikan juga oleh Yakobus dalam bagian Alkitab yang kita baca hari ini: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan” (ayat 2). Pesan yang mungkin membuat matamu terbelalak! Mungkin terdengar menggelikan, tetapi pesannya tidaklah keliru.

Penting untuk dipahami, Yakobus tidak mengundang kita bergembira karena kita menderita, tetapi pada saat kita menderita. Pencobaan memang bukanlah hal yang baik, tetapi itu dapat membangun karakter yang baik. “…ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun” (ayat 3-4). Melalui berbagai-bagai pencobaan kita dapat dibentuk menjadi sempurna (dewasa) dan utuh, menjadi seseorang yang penuh kasih, sukacita, dan iman di dalam Yesus sampai akhir—hasil akhir yang sungguh layak kita perjuangkan!

Aku pernah duduk dengan seorang teman yang menurutku sangat rohani dan aku mendengarkan berbagai pencobaan yang ia alami. Rasanya semua pencobaan di dunia ini sudah pernah ia lewati. Ia pernah mengalami bagaimana rasanya punya pacar yang brutal, orangtua yang tidak perhatian, teman-teman yang sulit, dan nilai yang jelek. Namun, raut wajahnya bersinar saat ia berkata, “Kamu tahu? Tuhan sangat baik kepadaku.”

Itulah kebahagiaan yang dibicarakan Yakobus.

Masalah dalam masyarakat kita di abad 21 ini adalah: kita tidak mau susah. Salah satu berhala di generasi ini adalah kenyamanan. Kita menghabiskan begitu banyak uang, berusaha untuk menciptakan dan mengamankan kenyamanan dalam dunia kita sendiri. Namun, Yesus menentang hidup yang demikian.

Dunia berkata: “Angkatlah gelasmu dan santai sajalah.”
Kristus berkata, “Pikullah salibmu dan ikutlah Aku.”

Yakobus menyebutkan, “apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan”. Jika kamu hidup cukup lama di dunia ini, sudah pasti kamu akan melewati sejumlah penderitaan. Namun, sebagai orang Kristen, kamu dapat merasa tenang karena semua itu bukanlah tanpa tujuan; Tuhan sedang membentuk dan memangkas hal-hal yang tidak perlu dalam hidupmu.

Perhatikan bagaimana Yakobus memperkenalkan diri di awal suratnya: “hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus” (ayat 1). Saudara tiri Yesus ini menuliskan suratnya dengan niat untuk membantu; ia ingin melayani Yesus dan umat-Nya. Perhatikan juga bahwa ia menulis “kepada kedua belas suku di perantauan”. Surat yang ditulis pada abad pertama ini ditujukan kepada umat percaya yang umumnya berlatar belakang Yahudi, tetapi pesannya juga berlaku bagi umat percaya di zaman sekarang. Inilah pesan yang dibutuhkan oleh kita semua.

Ketika kamu menderita, kamu mungkin tergoda untuk berpikir bahwa Tuhan itu kejam. Namun, Yakobus mengakhiri ayat ke-4 dengan berkata bahwa kamu tidak akan “kekurangan suatu apapun”. Tuhan bukan pribadi yang suka menindas; Dia bekerja dengan penuh kuasa untuk mendewasakan dan memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya. Jika kamu sedang melewati pencobaan, sesulit apapun, ketahuilah bahwa Roh Tuhan sedang bekerja di dalammu untuk membentukmu menjadi pribadi yang tak bercacat dan penuh sukacita di hadapan takhta Kristus. Kamu tidak diabaikan Tuhan. Kamu tidak sendirian. Dalam segala hal, dalam segala situasi, Tuhan sedang membentuk dan menyempurnakanmu. Kamu tidak kekurangan sesuatu apapun. —James Bunyan, Inggris

Handlettering oleh Oei Kristina

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Kesan seperti apa yang kamu berikan ketika berbicara tentang imanmu kepada orang lain—apakah imanmu terkesan sebagai sebuah kewajiban atau sebuah kesukaan?

2. Siapa orang-orang paling rohani yang kamu kenal? Bagaimana Tuhan bekerja dalam hidup mereka?

3. Pergumulan apa yang sedang kamu alami saat ini? Perspektif seperti apa yang diharapkan Yakobus untuk kamu miliki tentang situasi tersebut?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

James Bunyan, Inggris | James Bunyan adalah seorang yang tidak bisa diam; dia suka pergi traveling, menulis, dan berolahraga apapun kecuali bermain fresbee. James tinggal di Twickenham (London), di mana dia juga bekerja sebagai staf untuk The Christian Union, sebuah gerakan misi untuk mahasiswa. James menikah dengan sahabat karibnya, Lois.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus