Iman yang Tetap Maju Meskipun Hal Baik (Secara Manusia) Tidak Terjadi
Oleh Claudia Tanubrata, Bandung
Sedari bayi, aku telah bolak-balik menemui dokter dan mengunjungi rumah sakit untuk urusan kesehatan. Memang kondisi kesehatanku tak sebaik orang pada umumnya. Aku didiagnosa pneumonia dan asma… dan nyaris mati karena sudah membiru pada usia tiga bulan. Larut malam menjelang subuh, aku dibawa ke klinik mandiri dokter anak dan segera dibawa ke rumah sakit dan masuk ruang ICU khusus anak.
Seperti yang diketahui, penyakit paru-paru yang diderita tidak dapat sembuh, hanya dapat dikontrol, dan segera harus ditangani jika batuk pilek, karena dapat berakibat fatal. Dari saat itu, aku sering bolak-balik dokter. Rumah sakit, ICU, ruang isolasi, sampai ruang rawat inap seolah menjadi rumah keduaku. Dokterku sebagai orang tua kedua, dan para perawat menjadi teman untuk ngobrol.
Menjelang akhir tahun 2019, aku didiagnosa diabetes oleh dokter penyakit dalamku. Memasuki tahun 2020, seperti yang diketahui, COVID-19 melanda seluruh dunia. Semenjak tahun 2020 sampai menjelang akhir 2023 aku tiga kali kena COVID-19 dan sempat kritis, didiagnosa gangguan irama jantung, dan asma serta pneumonia. Di samping itu, aku sempat kecelakaan motor dan adanya lateral meniscus tear yang sedang dalam tahap evaluasi dan menuju tahap bedah. Sederhananya, aku mengalami cedera pada tulang rawan lutut yang berupa luka atau robek pada area tersebut. Akibatnya, aku kesakitan dan kesulitan bergerak karena lututku bengkak dan kaku.
Omongan sekitar termasuk orang terdekat kerap kali mengatakan kalau kamu beriman pada Tuhan dan memiliki iman biji sesawi, kamu harus beriman bahwa kamu akan dilepaskan dari bedah dan semua diagnosa dokter yang telah berjalan sedari kamu kecil. Kamu tidak perlu rutin berobat ke dokter, kamu tidak perlu minum obat rutin, bahkan kamu tidak perlu bedah atas kecelakaan motor yang dialami. Sudah cukup banyak kesaksian dari orang-orang yang beriman dan mereka sembuh. Jadi kamu tidak perlu lagi berurusan dengan dokter, rumah sakit, obat, dan sederet hal lainnya yang menyangkut dengan medis.
Sebagai manusia, aku cukup down mendengar omongan orang yang masuk. Meskipun aku bisa saja tidak perlu mendengar omongan itu, tetapi omongan itu cukup mendominasi apa yang aku dengar, sampai pada titik aku mau meninggalkan semua jalan dan panggilan Tuhan. Meskipun aku tidak meminta pendapat mereka, justru mereka datang padaku dan memberi masukkan tentang iman menurut pandangan mereka. Sampai pada titik aku mau meninggalkan semua jalan dan panggilan Tuhan. Sampai pada satu titik, aku mempertanyakan kembali apa itu iman? Apa itu iman? Apakah iman itu meminta Tuhan menjawab keinginan sekaligus kebutuhan manusia? Bukankan iman itu kita sebagai manusia yang harus menyelaraskan keinginan dan mengikuti kehendak agung Tuhan?
Sulit bagiku untuk menemui rekan bertukar pikiran untuk topik mendasar yang filosofis seperti penderitaan, penyakit, dan iman. Aku meminta arahan Tuhan untuk menunjukkan pada siapa aku harus bertemu dan kapan harus menemuinya. Akhirnya aku menemui dosen konseling dan dosen Bahasa Ibrani di tempatku menempuh sekolah Alkitab. Pembahasan cukup panjang dengan sekian kali pertemuan dengan kedua dosenku.
Iman yang Tetap Maju Meskipun Hal Baik Tidak Terjadi
Tanpa janjian, kedua dosenku kembali bertanya padaku, coba sebutkan satu tokoh saja di Alkitab yang hidupnya baik-baik saja dan tidak pernah mengalami pencobaan? Aku terdiam, karena memang tidak ada satu tokoh dalam Alkitab yang hidupnya mulus dan tidak mengalami proses sepanjang hidupnya. Bahkan sebagian lagi prosesnya tidak ada ujungnya sampai yang bersangkutan pun mati. Ditambah dengan banyak kisah pribadi dari kedua dosenku yang diceritakan saat mengalami masa sulit dan proses dari Tuhan, dan sebagian memang tidak terjawab mengapa hal itu terjadi. Kesaksian-kesaksian yang penuh misteri itu menjadi sumber kekuatan bagi aku karena bukan aku satu-satunya yang mengalami ini.
Lalu, apakah iman itu? Iman yang benar adalah iman yang meskipun, walaupun, sekalipun itu (harapan, hal baik, doa) tidak terjadi, aku akan tetap maju dan berada di jalan Tuhan serta di panggilan Tuhan. Aku tidak akan mengumpat pada Tuhan. Dijawab atau tidak itu hak prerogatif Tuhan dan bukan milik kita sebagai manusia ciptaan.
Alkitab menulis tentang iman yang meskipun, walaupun, sekalipun itu terjadi dan kita sebagai umatnya untuk tetap bertahan dan maju.
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Habakuk 3: 17-18).
Habakuk mengetahui bahwa keagungan dan kekuasaan Tuhan ini tidak berkurang karena manusia menghadapi cobaan yang sulit. Habakuk mengetahui bahwa Tuhan adalah Tuhan yang kuat dan perkasa, dan jika kita berada dalam keadaan yang menyedihkan, itu karena kita pantas mendapatkannya.
Aku akan tetap memuji Engkau, dan bahkan bergembira karena Engkau.
Bersukacitalah karena TUHAN. Bersukacitalah karena Allah yang menyelamatkanku.
Dalam keadaan yang sunyi seperti yang baru saja digambarkannya, Habakuk tidak dapat menemukan kegembiraan pada pohon ara, pada tanaman merambat, atau pada ladang atau kawanan domba; namun Tuhan tidak berubah. Dia masih bisa bergembira karena TUHAN tidak berubah.
Habakuk tidak hanya mempraktikkan pemikiran positif dan menolak gagasan tentang pohon ara yang tandus dan kandang ternak yang kosong. Sebaliknya, dia melihat masalah-masalah tersebut sebagaimana adanya dan ingat bahwa Tuhan lebih besar dari semuanya.
Secara sempit dan dalam masa kini, doa Habakuk dapat diambil maknanya bagi kita semua. Pertama, dalam masa kesulitan. Saat seseorang mengalami masa-masa sulit dalam hidup, seperti kehilangan pekerjaan atau penyakit serius, sebagai pengingat untuk tetap mempercayai Tuhan dan menjaga semangat. Mereka bisa berkata, “Walaupun segala sesuatu tampak suram dan penuh penderitaan, aku akan bersukacita dalam Tuhan, karena Dia adalah kekuatanku.” Kedua, dalam proses pembelajaran. Ayat-ayat ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengajar orang percaya tentang pentingnya bersyukur dalam segala situasi. Mereka dapat diajarkan untuk melihat berkat-berkat kecil dalam kehidupan mereka dan tetap bersyukur kepada Tuhan, bahkan ketika mereka menghadapi rintangan.
Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥