Posts

Minggu Palma: Menantikan Pemulihan Dunia dalam Doa

Oleh Chintya Napitupulu, Bekasi

Minggu Palma selalu identik dengan peringatan disambutnya Tuhan Yesus saat Ia memasuki Yerusalem dengan menunggang keledai. Beberapa Gereja—salah satunya Gereja Katolik—juga tidak lupa membawa daun-daun palma dalam liturgi ibadah. Akan tetapi, tidak semua orang menyadari bahwa Minggu Palma juga merupakan bayang-bayang akan penggenapan kedatangan kedua Yesus Kristus dan berdirinya Kerajaan Allah di Bumi seperti di Surga.

Dalam tulisan ini, aku ingin mengajakmu menikmati kelimpahan Firman Tuhan melalui Yohanes 12:12—19. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberi judul perikop ini sebagai Yesus Dielu-elukan di Yerusalem. Namun, perikop ini diberi judul berbeda oleh Alkitab Bahasa Inggris versi ESV. Mereka memberi judul The Triumphal Entry yang jika kita alihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia, kira-kira menjadi Dimulainya Kemenangan. Kalau kita perhatikan, suasana yang tergambar dalam Yohanes 12:12-19 memiliki kemiripan dengan apa yang tertulis di dalam Wahyu 7:9-10, yang menggambarkan orang-orang memuji Tuhan di hadapan takhta-Nya seraya melambai-lambaikan daun palma.

Daun palma sendiri merupakan simbol yang menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah penggenapan nubuat Daud mengenai Raja yang akan datang (Mazmur 118:26). Sayangnya, umat Israel zaman itu begitu ngotot menjadikan Kristus sebagai Raja yang membebaskan mereka dari penjajahan Kekasiran Romawi. Padahal, Kerajaan Kristus adalah kerajaan yang bertakhta bukan hanya untuk orang Israel, tetapi juga untuk orang-orang Batak, Jawa, Manado, dan setiap suku bangsa, oleh karena itu kita diperintahkan untuk memuridkan semua suku bangsa (Matius 28:18-20). Kita menyebut perintah ini dengan Amanat Agung. Sesuai dengan namanya, inilah perintah utama yang Tuhan amanatkan bagi tiap-tiap orang percaya—termasuk kamu dan aku. Bahkan Tuhan menjanjikan bahwa seluruh suku bangsa akan terlebih dulu mendengar Injil sebelum Tuhan Yesus datang dalam kemuliaan kelak (Matius 24:14).

Kedegilan hati Israel membuat mereka menolak kebenaran Firman Tuhan. Orang-orang Israel dalam perikop ini sebenarnya adalah representasi dari kita semua. Pasti pernah ada masa ketika kita menolak kebenaran Firman Tuhan dan memilih bersandar kepada standar kebenaran yang kita buat sendiri. Betapa kacau balau hidup ini jika kita tidak mau bersandar di dalam Tuhan dan Firman-Nya.

Janji-Janji Tuhan Mendasari Kita Berdoa

Seorang pengkhotbah bernama Voddie Baucham pernah mengatakan bahwa tidak mungkin keadilan di dunia dapat terwujud sampai Kristus bertakhta dalam kemuliaan. Hanya Kristus yang dapat mewujudkan keadilan. Mengharapkan manusia—yang naturnya sudah rusak oleh dosa—untuk mewujudkan keadilan adalah kemustahilan.

Aku ingat ketika Daniel menemukan janji Tuhan atas pemulihan Israel dalam kurun waktu 70 tahun, Daniel segera menghitung waktu yang tersisa menuju penggenapan janji tersebut. Ia mendapati bahwa waktunya telah sangat dekat, dan ia berdoa agar Tuhan segera menepati janji-Nya. Tuhan memang tidak perlu diingatkan, tetapi kita perlu mendoakan janji Tuhan. Hal ini adalah cara kita menunjukkan kepada Tuhan bahwa kita percaya penuh akan janji-janji-Nya (Daniel 9). Terlebih dahulu Daniel memohon pengampunan Tuhan dan belas kasihan-Nya kepada Israel, kemudian memohon agar Tuhan tidak membinasakan mereka. Menarik bahwa berikutnya, malaikat Gabriel memghampiri Daniel dan menyatakan bahwa Tuhan bukan hanya menyelamatkan kehidupan Israel seperti yang telah dijanjikan-Nya, tetapi juga mengutarakan janji lahirnya Mesias, yaitu Yesus Kristus, yang kelak akan menjadi Raja segala raja dan memulihkan segala sesuatu (Daniel 9:25-27)

Seperti Daniel, kita juga dapat mendoakan janji-janji Tuhan mengenai pemulihan dunia dan dipenuhinya seluruh dunia oleh kemuliaan Tuhan. Kita mungkin telah menemukan begitu banyak ketidakadilan yang menimpa umat manusia sepanjang zaman. Ketidakadilan membuat sulitnya akses terhadap pendidikan yang lebih baik, kualitas hidup yang lebih layak, fasilitas kesehatan yang memadai, dan perlakukan yang lebih manusiawi kepada para pekerja—entah itu pekerja kerah putih maupun kerah biru. Aku sendiri merasa lelah dengan berbagai berita mengenai ketidakadilan di mana-mana. Berita-berita itu terus mengalir dengan tidak henti-hentinya. Rasanya aku pun tidak tahan lagi dengan semua berita itu.

Janji kedatangan Kristus kedua kalinya bukan hanya bicara soal penghukuman atas orang-orang jahat, tetapi juga pemulihan dunia. Dunia yang telah rusak karena kejahatan akan dipulihkan menjadi dunia yang penuh damai sejahtera, kita menyebutnya Yerusalem yang baru (Wahyu 21:2). Di tempat inilah kita dapat merasakan kesempurnaan menikmati Allah. Bukankah setiap kita begitu merindukan hal-hal ini terjadi?

Mengingat janji-janji Tuhan akan pemulihan dunia yang rusak seharusnya membuat kita tidak jemu-jemu berdoa. Justru karena kita percaya Tuhan akan memulihkan dunia, kita tidak boleh berhenti menantikannya dengan cara mendoakan janji-janji pemulihan-Nya.

Di tengah dunia yang penuh sengsara, kedatangan kedua Kristus seharusnya menjadi sesuatu yang paling dinanti. Hanya Kristus yang sanggup memulihkan dunia. Berdoa atas janji-janji pemulihan dunia adalah bukti bahwa kita percaya penuh akan janji itu—bahkan janji-janji itulah yang mendasari kita untuk tidak berhenti berharap.

Kelak akan datang masanya, ketika dunia penuh damai sejahtera dan kita dapat menikmati persekutuan dengan Tuhan secara sempurna.


Kamu diberkati oleh artikel ini?

Yuk, jadi berkat dengan mendukung pelayanan WarungSateKaMu!


Baca Juga:

Renungan untuk Kaum Rebahan

Kala libur, paling asyik itu rebahan! Bangun pagi, berjalan ke meja untuk bersaat teduh, lalu kembali lagi ke kasur menikmati dinginnya udara pagi yang menempel di seluruh bagian kasur dan bantal. Ah nikmatnya!

Memaknai Sengsara Kristus

Ilustrasi oleh: Betsymorla Arifin (@betsymorla)

MINGGU PALEM

“Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!” (Markus 11:9-10).

Warga Yerusalem begitu antusias menyambut Yesus yang masuk ke kota sambil menunggangi keledai. Mereka menyebarkan ranting-ranting hijau bahkan menghamparkan pakaiannya sebagai jalan buat Yesus.

Minggu palem yang kita rayakan hari ini menjadi sebuah pengingat akan minggu sengsara yang akan dilalui Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Golgota. Kiranya hari ini kita tak hanya mengingat, melainkan membuka hati kita untuk menyambut Sang Raja yang bersedia menanggung derita agar kita beroleh pengampunan dan penebusan.

KAMIS PUTIH

Di malam sebelum Yesus ditangkap, Ia duduk bersama para murid-Nya untuk memecahkan roti, menuangkan anggur, dan bahkan membasuh kaki murid-murid-Nya (Lukas 22:19-20, Yohanes 13).

Yesus, yang adalah Raja, yang disambut secara luar biasa saat Dia memasuki Yerusalem, kini merendahkan diri-Nya untuk membasuh kaki para murid. Yesus hendak memberi kita teladan bahwa pemimpin yang sejati bukanlah pihak yang dilayani, melainkan yang melayani.

Yesus telah melayani kita terlebih dahulu, siapkah kita untuk melayani-Nya dengan melayani sesama kita?

JUMAT AGUNG

Yesus tiba di Taman Getsemani dan Dia meminta agar murid-murid-Nya berjaga-jaga sementara Dia berdoa. Yesus takut akan penderitaan yang akan Dia lalui, namun Dia memilih taat kepada Bapa (Matius 26:36-46). Para prajurit pun menangkap Yesus dan menggiring-Nya ke pengadilan. Yesus sendirian, murid-murid-Nya tak lagi bersama-Nya. Bahkan, Petrus, murid yang paling berani pun menyangkal-Nya.

Hari ini bukanlah sekadar hari yang biasa berlalu, sebuah sejarah besar yang mengubah kehidupan terjadi. Ketika Yesus mati, Dia telah menuntaskan janji penebusan-Nya. Kematian-Nya memberi jalan pendamaian bagi kita.

Sebagaimana Kristus yang telah mati di atas kayu salib, sudahkah kita juga menyalibkan dosa-dosa dan keinginan daging kita?

SABTU SUNYI

Yesus dibaringkan di dalam kubur yang dijaga oleh prajurit. Murid-murid-Nya berkumpul di tempat yang tersembunyi, mereka didera ketakutan karena Yesus telah mati. Meski begitu, Yesus akan membuktikan bahwa janji-Nya adalah benar, Dia akan bangkit pada hari yang ketiga dan mengalahkan maut (Lukas 24:46).

Dalam kehidupan kita, mungkin ada kalanya kita merasa takut seperti murid-murid. Pun Tuhan terasa seperti diam. Namun, sejatinya Tuhan tidak pernah berdiam diri. Tuhan selalu berkarya bahkan di saat-saat kita seolah tidak merasakan kehadiran-Nya sekalipun.

MINGGU PASKAH

Hari ini, Yesus membuktikan janji-Nya. Yesus bangkit dari kematian dan mengalahkan maut. Haleluya!

Kebangkitan inilah yang menjadi tonggak iman kita. Maut tak lagi berkuasa atas kita, kita telah ditebus-Nya dari dosa, dan kini kita dapat mengisi kehidupan dengan sukacita penuh bahwa Yesus telah memberi kita keselamatan dan hidup yang kekal. Tugas kita adalah bertekun dalam iman hingga waktu kedatangan Yesus yang kedua tiba.

Karunia Allah bagi Kita


Dari Minggu Palem sampai Minggu Paskah, kita menelusuri jejak perjalanan Yesus yang membawa-Nya ke atas kayu salib. Kita mungkin sudah sering mendengar kisah ini berulang kali, namun kisah ini sesungguhnya adalah kisah yang sangat penting. Ini adalah kisah yang berbicara tentang kasih Allah yang luar biasa bagi umat-Nya dan betapa besar pengorbanan-Nya demi menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Biarlah kita tidak menganggap ini sebagai kisah yang klise. Lihatlah momen terpenting dalam sejarah ini dengan cara pandang yang baru. Mari kita berfokus pada yang terutama, yaitu Yesus, karunia Allah bagi kita.

MINGGU PALEM: Persiapkan jalan bagi Tuhan

“Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!” (Markus 11:9-10)

Seminggu sebelum Minggu Paskah, Yesus disambut masuk ke dalam kota Yerusalem dengan daun-daun palem dan pakaian yang mereka hamparkan di jalan. Mereka merayakan Yesus sebagai Juruselamat dan Raja. Kiranya kisah ini mengingatkan kita juga untuk membuka hati kita dan bersujud di hadapan Yesus, Juruselamat dan Raja kita.

KAMIS PUTIH: Lakukan ini untuk mengingat akan Aku

Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.” (Lukas 22:19-20)

Pada malam Dia dikhianati, Yesus memecahkan roti, menuangkan anggur, dan membasuh kaki murid-murid-Nya, sebagai tanda bahwa tubuh-Nya diremukkan, darah-Nya dicurahkan, dan kasih pengorbanan-Nya dinyatakan bagi kita. Kini, kita mengambil bagian dalam perjamuan kudus, menyatakan kematian-Nya dan mengingat pengorbanan-Nya yang amat mahal bagi kita di kayu salib. Apakah hati kita dipenuhi dengan ucapan syukur dan pujian kepada Pribadi yang memberi hidup-Nya agar kita dapat hidup?

JUMAT AGUNG: Melalui Kristus, kita mempunyai akses kepada Allah

Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. (Roma 5:2)

Segera setelah Yesus menghembuskan napas terakhirnya dan menyerahkan roh-Nya di kayu salib, tirai bait suci robek menjadi dua, dari atas ke bawah. Kematian-Nya membayar lunas segala utang dosa kita, dan memberi kita akses langsung untuk datang kepada Allah. Hanya melalui Yesus, ada jalan bagi kita untuk bertemu Bapa, untuk dipersatukan kembali dengan-Nya. Oleh karena itu, marilah kita mengingatnya setiap kali kita mengaku dosa, memuji Tuhan, dan memohonkan doa-doa kita.

SABTU SUNYI: Mahkota Duri

Yesus rela menanggung rasa sakit, malu, dan ejekan bagi kita. Dia mengenakan mahkota duri yang tidak pantas diterima-Nya. Untuk semua yang telah Dia lakukan, maukah kamu bertekun dalam menghadapi penganiayaan bagi-Nya dan berdiri tanpa malu untuk Injil?

SABTU SUNYI: Paku

Dosa kitalah yang membuat-Nya terpaku di kayu salib. Namun, lubang di tangan dan kakinya membuat kita menjadi utuh. Dosa apa yang ingin kamu pakukan di kayu salib sehingga kamu dapat dipulihkan untuk menjalani kehidupan yang berkelimpahan seperti yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang taat kepada-Nya?

SABTU SUNYI: Tulisan

“Raja Orang Yahudi”: Itu adalah tanda yang dibuat untuk mengejek-Nya. Meski ironis, tetapi sesungguhnya itu adalah kebenaran yang tepat. Hari ini, Yesus bukan hanya raja orang Yahudi, tetapi juga Raja atas orang-orang bukan Yahudi, yaitu kita semua. Sudahkah kamu memberi Dia tempat yang layak di hatimu sebagai Raja?

SABTU SUNYI: Salib

Dulunya salib adalah metode untuk menghukum para penjahat, tetapi sekarang menjadi simbol penebusan dan anugerah. Karena Kristus, arti salib telah berubah selamanya. Dengan mengetahui bahwa penebusan melalui pengorbanan Putra-Nya itu telah Allah rencanakan sejak kejatuhan manusia, bagaimana tidak kita menanggapinya dalam penyembahan dan pemujaan kepada-Nya?

MINGGU PASKAH: Tanpa kebangkitan-Nya, iman kita adalah percuma.

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Petrus 1:3).

Ini bukan lelucon April Mop bahwa Yesus hidup hari ini! Kekalahan-Nya dari kematian membuktikan siapa diri-Nya yang Dia klaim: Tuhan. Kebangkitan-Nya membuktikan kuasa Allah yang luar biasa. Kemenangan-Nya membuktikan bahwa Dia menyatakan apa yang dijanjikan-Nya. Dan Dia telah berjanji untuk datang ke dunia ini untuk kedua kalinya. Janji harapan yang mulia ini layak menjadi dasar hidup kita. Mari kita melayani Dia dalam kasih dan ketaatan sambil menunggu dengan penuh pengharapan akan kedatangan-Nya kembali.