Posts

Mematahkan Belenggu

Senin, 30 April 2018

Mematahkan Belenggu

Baca: Efesus 1:3-14

1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.

1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,

1:6 supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.

1:7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya,

1:8 yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.

1:9 Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus

1:10 sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.

1:11 Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan—kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya—

1:12 supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.

1:13 Di dalam Dia kamu juga—karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu—di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.

1:14 Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.

Di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa. —Efesus 1:7

Mematahkan Belenggu

Kami merasakan kunjungan ke Christ Church Cathedral di Stone Town, Zanzibar, begitu menyentuh hati. Itu karena bangunan katedral tersebut tepat berada di lokasi yang sebelumnya merupakan pasar budak terbesar di Afrika Timur. Para perancang katedral itu ingin menunjukkan melalui simbol-simbol fisik bagaimana Injil telah mematahkan belenggu perbudakan. Lokasi tersebut tidak lagi menjadi lambang dari kekejaman dan kejahatan yang mengerikan, melainkan lambang dari anugerah Allah yang menjadi nyata.

Mereka yang membangun katedral tersebut ingin mengekspresikan bagaimana kematian Yesus di kayu salib memberikan kebebasan dari dosa. Itulah yang disampaikan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, “Di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan” (Ef. 1:7). Dalam ayat tersebut, kata penebusan mengacu pada gagasan di Perjanjian Lama tentang tempat jual-beli, ketika orang membeli kembali seseorang atau suatu barang. Yesus membeli kembali manusia dari hidupnya yang diperbudak dosa dan kesalahan.

Dalam kata-kata pembuka Paulus di dalam suratnya tersebut (ay.3-14), kita membaca bagaimana ia begitu melimpah dengan sukacita saat memikirkan kemerdekaannya di dalam Kristus. Dalam pujian demi pujian, Paulus merujuk kepada karya anugerah Allah bagi kita melalui kematian Yesus, yang telah membebaskan kita dari belenggu dosa. Kita tidak perlu lagi diperbudak oleh dosa, karena kita telah dimerdekakan untuk hidup bagi Allah dan demi kemuliaan-Nya. —Amy Boucher Pye

Allah Bapa, melalui kematian Anak-Mu, Engkau telah memberi kami hidup kekal. Tolong kami untuk membagikan karunia tersebut kepada seseorang hari ini.

Yesus telah menebus kita dari perbudakan dosa.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 8-9; Lukas 21:1-19

Rahasia dari Damai Sejahtera

Senin, 23 April 2018

Rahasia dari Damai Sejahtera

Baca: 2 Tesalonika 3:16-18

3:16 Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian.

3:17 Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku.

3:18 Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian!

Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. —2 Tesalonika 3:16

Rahasia dari Damai Sejahtera

Grace adalah wanita yang sangat istimewa. Satu kata terlintas dalam benak saya saat memikirkan tentang dirinya: damai sejahtera. Ekspresi yang tenang dan teduh pada wajahnya sangat jarang berubah sepanjang enam bulan saya mengenalnya, walaupun suaminya didiagnosis mengidap penyakit langka dan kemudian dirawat di rumah sakit.

Saat saya bertanya kepada Grace apa rahasia dari damai sejahteranya, ia menjawab, “Itu bukan sebuah rahasia, tetapi seorang Pribadi. Yesus hidup di dalamku. Tidak ada alasan lain yang bisa menjelaskan ketenangan yang saya alami di tengah pergumulan ini.”

Rahasia dari damai sejahtera terletak pada hubungan kita dengan Yesus Kristus. Dialah damai sejahtera kita. Ketika Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamat kita, dan saat kita diubah menjadi semakin serupa dengan-Nya, damai sejahtera itu menjadi nyata. Hal-hal seperti penyakit, kesulitan keuangan, atau bahaya lainnya mungkin saja kita alami, tetapi damai sejahtera meyakinkan kita bahwa Allah memegang hidup kita di tangan-Nya (Dan. 5:23). Kita percaya bahwa Dia bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan.

Pernahkah kamu mengalami damai sejahtera yang melampaui akal dan pemahaman manusia itu? Apakah kamu memiliki keyakinan iman bahwa Allah yang memegang kendali atas segala sesuatu? Saya berharap agar hari ini kita semua mengumandangkan kata-kata yang pernah ditulis Rasul Paulus: “Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya.” Dan kiranya kita merasakan damai sejahtera itu “terus-menerus, dalam segala hal” (2Tes. 3:16). —Keila Ochoa

Tuhan terkasih, berilah kami damai sejahtera-Mu di setiap waktu dan dalam setiap keadaan.

Mempercayai Yesus berarti menerima damai sejahtera.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 16-18; Lukas 17:20-37

Dihina karena Semua Dosa Kita

Minggu, 1 April 2018

Dihina karena Semua Dosa Kita

Baca: Yesaya 53:3-12

53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

53:4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.

53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

53:8 Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.

53:9 Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.

53:10 Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.

53:11 Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.

53:12 Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak. —Yesaya 53:12

Dihina karena Semua Dosa Kita

Susannah Cibber dikenal luas pada abad ke-18 karena bakatnya sebagai penyanyi. Namun, ia juga terkenal karena masalah-masalah dalam pernikahannya. Itulah sebabnya ketika oratorio karya Handel yang berjudul Messiah (Mesias) pertama kali ditampilkan di Dublin pada April 1742, banyak penonton mengecam keterlibatan Cibber sebagai solois dalam pertunjukan tersebut.

Dalam pertunjukan perdananya, Cibber bernyanyi tentang Sang Mesias: “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan” (Yes. 53:3). Kata-kata tersebut begitu menyentuh hati Pdt. Patrick Delany hingga ia langsung berdiri dan berkata, “Ibu, karena semua itu dosa-dosamu dapat diampuni!”

Hubungan antara Susannah Cibber dan tema dari Messiah karya Handel itu sangat jelas. “Seorang yang penuh kesengsaraan”—Yesus, Sang Mesias—“dihina dan dihindari orang” karena dosa. Nabi Yesaya berkata, “Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul” (ay.11).

Hubungan antara Sang Mesias dan kita juga sama jelasnya. Baik kita berada di pihak Susannah Cibber atau di pihak para penonton yang mengecamnya, bagaimanapun keadaan kita, kita semua perlu bertobat dan menerima pengampunan Allah. Melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya, Yesus telah memulihkan hubungan kita dengan Allah Bapa.

Karena semua itu—karena semua yang telah Yesus lakukan, seluruh dosa kita dapat diampuni. —Tim Gustafson

Bapa di surga, kami semua membutuhkan pengampunan-Mu. Kami sungguh mengagumi Anak-Mu, Yesus, yang telah dihina dan dihindari karena dosa-dosa kami. Terima kasih karena Tuhan Yesus telah datang ke dunia 2.000 tahun yang lalu sehingga kami dapat mengenal-Mu sekarang.

Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. —Wahyu 19:6

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 13-15; Lukas 6:27-49

Mahkota Raja

Sabtu, 31 Maret 2018

Mahkota Raja

Baca: Matius 27:27-31

27:27 Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus.

27:28 Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya.

27:29 Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: “Salam, hai Raja orang Yahudi!”

27:30 Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.

27:31 Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan.

Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. —Matius 27:29

Mahkota Raja

Kami duduk mengelilingi sebuah meja dan setiap dari kami menancapkan tusuk gigi pada lembaran gabus di depan kami. Pada saat makan malam, di minggu-minggu menjelang Paskah, kami bersama-sama membuat mahkota duri. Setiap tusuk gigi melambangkan perbuatan kami di hari itu yang kami sesali dan yang telah ditanggung Kristus lewat pengorbanan-Nya. Malam demi malam, aktivitas tersebut menyadarkan kami betapa kami sungguh bersalah atas dosa-dosa kami dan betapa kami membutuhkan Juruselamat. Kami pun menyadari kembali bahwa Tuhan Yesus telah membebaskan kami melalui kematian-Nya di kayu salib.

Mahkota duri yang dikenakan di atas kepada Yesus merupakan bagian dari permainan kejam yang dilakukan para tentara Romawi sebelum Yesus disalibkan. Mereka juga mengenakan jubah kerajaan kepada-Nya dan memberi-Nya tongkat sebagai simbol tongkat seorang raja, yang kemudian mereka pakai untuk memukul-Nya. Mereka mencemooh Yesus dengan menyebut-Nya sebagai “Raja orang Yahudi” (Mat. 27:29), tanpa menyadari bahwa tindakan mereka akan terus diingat hingga ribuan tahun kemudian. Yesus bukanlah raja biasa. Dialah Raja segala raja yang memberikan kepada kita hidup kekal melalui kematian dan juga kebangkitan-Nya.

Pada hari Paskah tahun itu, kami merayakan anugerah pengampunan dan hidup baru dari Allah dengan mengganti tusuk gigi yang kami tancapkan sebelumnya dengan bunga. Kami sungguh bersukacita karena menyadari bahwa Allah telah menghapus dosa-dosa kami dan memberikan kami kemerdekaan serta hidup yang kekal di dalam Dia! —Amy Boucher Pye

Tuhan Yesus Kristus, hatiku pedih mengingat rasa sakit dan derita yang Engkau terima demi diriku. Aku bersyukur atas anugerah kasih-Mu yang telah membebaskanku.

Mahkota duri telah diubah Allah menjadi mahkota kehidupan.

Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 11-12; Lukas 6:1-26

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Septianto Nugroho

Dasar yang Teguh

Minggu, 25 Februari 2018

Dasar yang Teguh

Baca: Yesaya 33:2-6

33:2 TUHAN, kasihanilah kami, Engkau kami nanti-nantikan! Lindungilah kami setiap pagi dengan tangan-Mu, ya, selamatkanlah kami di waktu kesesakan!

33:3 Waktu mendengar suara gemuruh ketika Engkau bangkit, larilah bangsa-bangsa dan berceraiberailah suku-suku bangsa.

33:4 Orang mengumpulkan jarahan seperti belalang pelahap menelan makanannya; mereka menyerbunya seperti serbuan kawanan belalang.

33:5 TUHAN tinggi luhur, sebab Ia tinggal di tempat tinggi; Ia membuat Sion penuh keadilan dan kebenaran.

33:6 Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion.

[Tuhan] memberi keamanan kepada umat-Nya. Harta yang menyelamatkan mereka adalah kebijaksanaan dan pengetahuan serta hormat kepada Tuhan. —Yesaya 33:6 BIS

Dasar yang Teguh

Selama bertahun-tahun, penduduk di kota kami telah membangun dan membeli rumah di wilayah-wilayah yang rawan longsor. Banyak di antara mereka tahu risiko tinggal di atas tanah yang tidak stabil, sementara yang lainnya tidak diberi tahu. “Selama 40 tahun para ahli geologi telah memberikan peringatan dan peraturan tata kota telah disusun untuk memastikan pembangunan rumah di tempat yang aman” tetapi semua itu tidak pernah diterangkan, bahkan diabaikan (Harian The Gazette, Colorado Springs, 27 April 2016). Memang pemandangan dari rumah-rumah di sana sangat indah, tetapi tanah di bawah rumah-rumah itu mengandung ancaman bencana yang sangat besar.

Bangsa Israel kuno telah mengabaikan peringatan Allah untuk meninggalkan penyembahan berhala dan mencari Dia, Allah yang benar dan yang hidup. Perjanjian Lama mencatat akibat yang menyedihkan dari ketidaktaatan mereka. Namun, sekalipun hidup mereka telah hancur, Allah masih senantiasa memanggil kembali umat-Nya dengan pesan pengampunan dan pengharapan, apabila mereka mau berpaling kepada-Nya dan mengikuti jalan-Nya.

Nabi Yesaya mengatakan, “[Tuhan] memberi keamanan kepada umat-Nya. Harta yang menyelamatkan mereka adalah kebijaksanaan dan pengetahuan serta hormat kepada Tuhan” (Yes. 33:6 bis).

Hari ini, seperti pada Perjanjian Lama, Allah memberi kita pilihan: dasar apa yang akan digunakan untuk membangun hidup kita. Kita dapat mengikuti keinginan sendiri, atau sebaliknya, menerima prinsip-prinsip kekal dari Allah yang dinyatakan di dalam Alkitab dan di dalam diri Yesus Kristus. “Pada Kristus Batu karang ‘ku berdiri tegak teguh, landasan lain hancur luluh” (Edward Mote, KPPK no. 389). —David C. McCasland

Bapa kami di surga, kami mengakui bahwa Engkaulah dasar kami yang teguh. Engkaulah perlindungan dan pengharapan kami yang sejati.

Tuhanlah dasar yang kuat bagi hidup kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 12-14; Markus 5:21-43

Pengharapan Besar

Kamis, 1 Februari 2018

Pengharapan Besar

Baca: Matius 21:12-16

21:12 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati

21:13 dan berkata kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

21:14 Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya.

21:15 Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: “Hosana bagi Anak Daud!” hati mereka sangat jengkel,

21:16 lalu mereka berkata kepada-Nya: “Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?”

Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi! —Matius 21:9

Pengharapan Besar

Ketika pemasang iklan merekayasa foto patung marmer karya Michelangelo yang menggambarkan tokoh Daud dari Alkitab, pemerintah Italia dan pengurus museum di sana menyatakan keberatan. Menurut mereka, gambaran Daud menyandang sebilah bedil (bukan umban seperti di Alkitab) merupakan pelanggaran—“sama saja dengan menghancurkan patung itu memakai palu, atau bahkan lebih buruk dari itu,” kata seorang pejabat urusan kebudayaan.

Pada abad pertama di Yerusalem, Daud dikenang sebagai gembala, penyair, pahlawan, sekaligus raja Israel yang harum namanya. Nama Daud juga membawa pengharapan besar bagi Israel dan para nabi menubuatkan bahwa keturunan Daudlah yang akhirnya akan mengalahkan musuh-musuh Israel. Oleh karena itu, berabad-abad kemudian, saat orang banyak menyambut Yesus sebagai Anak Daud (Mat. 21:6-9), mereka berharap Yesuslah yang akan memimpin pemberontakan untuk mengusir penjajah Romawi. Namun, Yesus justru menjungkirbalikkan meja-meja penukaran uang di Bait Allah untuk mengembalikan rumah Bapa-Nya itu sebagai rumah doa bagi semua bangsa. Para pemimpin Israel pun geram. Yesus bukanlah Mesias dan Anak Daud yang mereka nantikan. Maka tanpa menyadari apa yang mereka perbuat, mereka membiarkan para algojo Romawi untuk memakukan tangan dan kaki Sang Raja Israel yang sejati.

Alih-alih menghentikan mereka, Yesus merelakan diri digantung pada salib yang hina—direndahkan dan dicela. Namun lewat kebangkitan-Nya, kita tahu bahwa Anak Daud yang sejati telah mengalahkan musuh-musuh-Nya dengan kasih dan memanggil anak-anak-Nya dari segala bangsa untuk memberitakan kabar kemenangan-Nya. —Mart DeHaan

Bapa di surga, meski sulit bagi kami untuk mengakuinya, tetapi memang kami sering merasa bimbang. Kami berusaha mempertahankan pencitraan diri yang kami sukai daripada memuliakan kasih-Mu yang tak ternilai.

Yesus menunjukkan bahwa Allah selalu lebih baik daripada segala bayangan dan harapan kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 27-28; Matius 21:1-22

Satu Nama

Minggu, 7 Januari 2018

Satu Nama

Baca: Filipi 2:5-11

2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. —Filipi 2:10

Satu Nama

Cleopatra, Galileo, Shakespeare, Elvis, Pelé. Mereka begitu terkenal sehingga satu kata dari nama mereka sudah cukup untuk mengenali mereka. Tokoh-tokoh tersebut menjadi terkenal karena diri mereka dan apa yang mereka lakukan. Namun, ada satu nama lain yang jauh lebih unggul daripada mereka atau nama-nama lain di dunia!

Sebelum Anak Allah lahir ke dunia, malaikat mengatakan kepada Maria dan Yusuf untuk menamakan bayi mereka Yesus, karena “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat. 1:21), dan “Ia . . . akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi” (Luk. 1:32). Yesus tidak datang untuk menjadi orang yang tersohor melainkan menjadi hamba yang merendahkan diri dan mati di kayu salib agar setiap orang yang menerima-Nya dapat diampuni dan dilepaskan dari kuasa dosa.

Rasul Paulus menulis, “Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp. 2:9-11).

Di masa-masa penuh sukacita maupun di saat-saat yang tersulit, kita dapat menyerukan nama Yesus. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita, dan kasih-Nya tidak akan pernah berkesudahan. —David C. McCasland

Yesus, nama-Mu lebih besar daripada segala nama, Juruselamat dan Tuhan kami. Kami memuji nama-Mu dengan mensyukuri kehadiran dan kuasa-Mu dalam hidup kami hari ini.

Kita gagal memuliakan Yesus Kristus apabila kita tidak memuliakan Dia lebih daripada segala sesuatu. —Agustinus

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 18–19; Matius 6:1-18

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Grace Syiariel

Apa yang Dikatakan Para Ahli?

Kamis, 4 Januari 2018

Apa yang Dikatakan Para Ahli?

Baca: Yohanes 5:31-40

5:31 Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar;

5:32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar.

5:33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran;

5:34 tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan.

5:35 Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.

5:36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.

5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,

5:38 dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya.

5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,

5:40 namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. —Yohanes 5:39-40

Apa yang Dikatakan Para Ahli?

Kolumnis surat kabar Boston Globe, Jeff Jacoby, pernah menulis tentang “kepercayaan diri para ahli yang bisa salah besar dan sangat fatal dalam memprediksi sesuatu”. Jika melihat perjalanan sejarah dari abad ke abad, kita bisa membenarkan tulisan Jacoby. Misalnya saja, penemu hebat Thomas Edison pernah menyatakan bahwa film bersuara tidak akan pernah menggantikan keberadaan film bisu. Lalu pada tahun 1928, Henry Ford menyatakan, “Manusia sudah terlalu cerdas untuk kembali masuk ke dalam peperangan.” Tak terhitung jumlah prediksi dari para “ahli” yang akhirnya melenceng jauh. Ternyata kecerdasan pun ada batasnya.

Hanya satu Pribadi yang dapat dipercaya sepenuhnya, dan Dia pernah menegur keras sejumlah orang yang menyebut diri mereka ahli. Para pemimpin agama pada zaman Yesus mengaku telah mengetahui kebenaran. Para ahli Taurat dan pemuka agama itu mengira bahwa mereka tahu seperti apakah Mesias yang dijanjikan Allah pada saat Dia datang.

Tuhan Yesus memperingatkan mereka, “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu” (Yoh. 5:39-40).

Di awal tahun yang baru, kita tentu mendengar banyak prediksi, mulai dari yang menakutkan hingga yang sangat optimis. Sebagian besar prediksi itu dinyatakan dengan penuh keyakinan dan otoritas. Janganlah kita menjadi khawatir, melainkan tetaplah percaya kepada Pribadi yang menjadi pusat dari Kitab Suci. Allah Mahakuasa yang menopang kita juga berkuasa memegang hari esok. —Tim Gustafson

Bapa, kapan pun kami merasa takut atau khawatir, tolonglah kami untuk mencari-Mu. Kami menyerahkan kepada-Mu tahun yang baru dan semua yang akan terjadi kelak.

Hari esok serba tidak pasti, tetapi kepastian kita peroleh ketika kita mengenal satu-satunya Pribadi yang memegang hari esok.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 10–12; Matius 4

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Robby Kurniawan

Natal dan Tradisi

Senin, 25 Desember 2017

Natal dan Tradisi

Baca: Lukas 2:1-10

2:1 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.

2:2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.

2:3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.

2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, —karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud—

2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.

2:6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,

2:7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

2:8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.

2:9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.

2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:

Sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat. —Lukas 2:10-11

Natal dan Tradisi

Jika kamu menikmati sebatang candy cane (permen berbentuk tongkat bergaris-garis merah dan putih dengan rasa mint), kamu patut mengucapkan “danke schön” (terima kasih) kepada bangsa Jerman, sebab merekalah yang pertama kalinya menciptakan permen itu di kota Cologne. Saat kamu mengagumi tanaman poinsettia, ucapkan “gracias” kepada bangsa Meksiko, tempat asal tanaman itu. Kamu juga bisa mengucapkan “merci beaucoup” kepada bangsa Prancis untuk istilah noel, dan ucapkan “cheers” kepada bangsa Inggris untuk tanaman mistletoe. Semua itu adalah bagian dari tradisi dalam perayaan Natal, terutama di dunia Barat.

Akan tetapi, di saat kita menikmati tradisi dan kemeriahan Natal di mana pun kita berada di dunia ini, marilah kita juga dengan tulus mengucapkan “terima kasih” kepada Allah kita yang Mahabaik, Mahakasih, dan Maha Pemurah. Karena Dialah, kita mempunyai alasan untuk merayakan Natal—pemberian-Nya dalam rupa seorang bayi yang lahir di palungan Yudea lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Malaikat mengumumkan kedatangan dari pemberian Allah bagi manusia itu dengan mengatakan, “Sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat” (Luk. 2:10-11).

Mungkin pada Natal kali ini kamu merasa senang melihat pohon Natal yang terang dan menerima beragam hadiah yang indah. Namun, ingatlah bahwa sukacita sejati kita alami ketika kita mengarahkan perhatian kita kepada sang Bayi bernama Yesus, yang datang untuk “menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat. 1:21). Kiranya itu menjadi fokus utama kita sembari kita bersyukur kepada Allah atas pemberian Natal dari-Nya yang luar biasa. —Dave Branon

Tuhan, terima kasih karena Engkau telah datang ke dunia ini di Natal yang pertama. Di tengah segala tradisi dan perayaan kami, tolonglah kami tetap mengutamakan-Mu.

Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu. —Roma 15:13

Bacaan Alkitab Setahun: Zefanya 1-3 dan Wahyu 16