Yesus Sayang Semua, Aku Masih Berusaha, Kamu?
Oleh Ari Setiawan, Yogyakarta
Yesus cinta semua anak, semua anak di dunia
Kuning, putih dan hitam, semua dicinta Tuhan
Yesus cinta semua anak di dunia
Siapa nih yang baca tulisan di atas sambil menyanyi atau bersenandung? Sebagian dari kita mungkin tahu judul lagu di atas saat kita berada di sekolah Minggu, yaitu “Yesus Cinta Semua Anak” atau judul aslinya, “Jesus Loves The Little Children”. Kita tentu setuju kalau lagu di atas mencerminkan iman kita bahwa Yesus mencintai kita semua. Penebusan-Nya diberikan pada semua manusia, bahkan pada seluruh ciptaan-Nya, sebagaimana tertulis dalam Galatia 3:13, “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”
Ketika kita menerima kasih Allah melalui penebusan Kristus, kita juga dituntut agar menjadi serupa dengan-Nya. Injil Matius 5:48 dengan jelas menyatakan, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Pada perikop tersebut, Yesus menyatakan pentingnya hidup kudus, mengampuni dan juga mengasihi musuh kita.
Mudahkah melakukan itu semua?
Sepanjang sejarah kekristenan,dari masa lalu sampai masa kini, meneladani teladan kasih Yesus bukanlah hal mudah. Ada banyak peristiwa kelam yang terjadi, seperti Perang Salib demi merebut ‘Tanah Suci’ Yerusalem, konflik berdarah pasca reformasi Protestan di abad 16, hingga semangat 3G: Gold, Glory, Gospel yang menjadi salah satu faktor penjajahan bangsa Eropa atas bangsa lain. Pertanyaannya, apakah orang-orang Kristen di masa lampau benar-benar menghidupi kasih Kristus?
“Itu kan masa lalu, kekristenan sudah berubah,” mungkin ada yang mengatakan begitu. Apakah benar umat Kristen sekarang sudah menjadi lebih baik?
Mungkin kita perl sama-sama berefleksi pada pengalaman kita sebagai orang Kristen di Indonesia. Secara statistik, kita adalah golongan kecil dibandingkan dengan penganut agama lain. Pun, tak jarang kita menerima ancaman maupun persekusi dari pihak lain. Kita ingat pada Mei 2018 silam terjadi peledakan bom di tiga gereja di Surabaya. Ketika pelaku ataupun sindikat dari kekerasan dan kejahatan tersebut tertangkap, apakah kita berpikir, “mati saja orang itu!”? Atau, ketika kita mendapati orang-orang yang menghina iman kita ternyata menghadapi musibah atau terciduk oleh aparat, apakah yang terlintas di pikiran kita? Apakah kita berkata, “Sukurin, rasakan hukuman Tuhan”? Atau, dari setiap peristiwa buruk tersebut, apakah kita sanggup dan berani merespons dengan memaafkan dan mendoakan mereka?
Bagiku, sangat susah untuk menjadi serupa dengan Kristus yang sayang pada semua orang, tapi susah bukan berarti tidak bisa. Kita lupa bahwa ada Roh Kudus yang sejatinya memampukan kita untuk melakukan hal-hal yang kita anggap terlampau sulit. Yesus berkata dalam Yohanes 16:13, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitkan kepadamu hal-hal yang akan datang. Dengan meminta pertolongan Allah melalui Roh Kudus, kita akan terus menerus diberdayakan untuk menjadi serupa dengan Yesus untuk mengasihi sesama.
Yesus sayang semua dan Ia ingin kita juga melakukan hal yang sama. Jika saat ini kita masih belum bisa, masih memiliki dendam kepada orang lain, maka bukan berarti kita telah gagal. Kita masih bisa kok untuk mengasihi mereka. Menjadi sempurna bukan sepraktis memasak mie instan. Ada proses yang harus kita lalui bersama Roh Kudus. Dengan meminta tuntunan Roh Kudus terus menerus terus menerus, kita akan diingatkan bahwa kita lebih dahulu dikasihi Tuhan dan kita dimampukan mengasihi orang yang bersalah pada kita.
Menutup tulisan ini, sebuah lagu dari Barasuara berjudul Hagia kiranya dapat menjadi pengingat kita akan salah satu frasa dari “Doa Bapa Kami”.
Baca juga artikel lainnya terkait topik ini di sini.
Bahasa Cinta: Lebih dari Sekadar Kata
Sobat muda, tahukah kamu bahwa memahami bahasa cinta dapat menolong kita mengasihi orang lain dengan lebih baik?
Yuk baca artikel Dorkas berikut ini.