Posts

Apa yang Kau Kejar dalam Hidupmu?

Hari ke-4 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 1:19-26

1:19 karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus.

1:20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. 1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.

1:22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.

1:23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus–itu memang jauh lebih baik;

1:24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. 1:25 Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman,

1:26 sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.

Berlari, aku sedang berlari

Untuk mendapatkan segalanya.

Cepat, ayo cepatlah,

Aku perlu meraih

Satu hal lagi

Aku menulis puisi ini lebih dari 10 tahun yang lalu. Beberapa tahun sebelumnya, aku hampir kehilangan ibuku karena kanker, tak lama setelah aku menjadi seorang Kristen. Kematian memiliki kesan baru bagiku: rasa sakit yang ditinggalkannya benar-benar nyata. Aku merasa kesal, takut, dan kebingungan. Aku mulai mengejar hal-hal seperti harta, pencapaian dan keluarga yang harmonis, untuk menghilangkan rasa sakit dan sedih.

Sementara itu, aku tetap melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan orang Kristen: pergi ke gereja, memberi persembahan, berdoa, menyanyikan beberapa lagu, dan membaca Alkitab. Semua hal ini baik dan penting untuk perjalananku bersama Tuhan, namun aku kehilangan hati untuk berelasi dengan-Nya. Kekristenan hanyalah suatu hal yang kutambahkan ke dalam daftar hal-hal yang membuatku aman, sebuah jaminan untuk memperoleh puncak kebahagiaan—kehidupan abadi. Bagiku, hidup berarti bahagia, dan mati adalah sebuah tragedi.

Yang belum kumengerti adalah berelasi dengan Allah berarti menjadikan segalanya tentang Yesus. Termasuk menjadikan kerinduan dan misi-Nya—menjadikan segala bangsa murid-Nya (Matius 28:19)—menjadi kerinduan dan misiku. Inilah bagaimana Paulus menjalani hidupnya.

Surat Paulus kepada jemaat Filipi banyak berisi hasrat terdalam dan harapannya: bahwa Kristus dimuliakan di dalamnya baik dalam hidup maupun matinya. Cara pandang Paulus sangat bertentangan denganku—karena baginya, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (ayat 21).

Seluruh kehidupan Paulus adalah tentang Kristus. Ketika ia menuliskan deklarasinya yang indah mengenai kesetiaannya pada Kristus, ia sedang berada di dalam penjara yang dijaga oleh tentara Romawi. Deklarasi tersebut bukanlah kata-kata kosong belaka, namun sebuah pernyataan yang berasal dari kepercayaan diri. Paulus siap menanggung segala konsekuensi dari menjalani hidup bagi Kristus—bahkan kematian.

Kematian bukanlah tamu yang tidak diundang bagi Paulus, karena mati berarti pulang untuk bersama dengan Kristus, yang baginya adalah jauh lebih baik daripada hidup (ayat 23)—sebuah keuntungan terbesar bagi orang yang alasan keberadaannya dalam hidup adalah Kristus. Namun bahkan dalam pemikirannya mengenai apakah ia lebih memilih untuk hidup atau mati, Paulus memilih apa yang lebih mendatangkan kebaikan bagi orang lain dibanding bagi dirinya sendiri (ayat 24-25). Ia menuntun orang lain untuk semakin bersukacita di dalam Kristus (ayat 26).

Pilihan Paulus adalah sebuah contoh yang indah mengenai pengosongan diri demi orang lain dan demi Kristus. Pilihan itu adalah sebuah jenis pilihan yang dapat dengan mudah tersingkirkan ketika kita berfokus pada kebahagiaan dan keuntungan diri kita sendiri. Paulus tidak berpegang erat pada apapun, kecuali Kristus. Ia menyambut apapun yang terjadi demi Kristus.

Teladan Paulus mengubah tujuan pribadiku dalam hidup. Alih-alih mengejar hal-hal duniawi, kini kerinduanku adalah untuk mengenal Yesus lebih lagi dan mengarahkan orang-orang pada-Nya—meskipun itu berarti beranjak dari zona nyamanku dan membagikan Injil dengan orang-orang di sekitarku.

Aku berdoa untuk semua orang percaya di seluruh dunia, termasuk diriku, supaya memiliki visi yang sama yang dimiliki Paulus—sebuah kerinduan untuk menjalani hidup kita bagi Kristus di atas segalanya, dan sebuah sikap yang tidak takut pada kematian karena itu berarti kita akan “bersama-sama dengan Kristus” (ayat 23). Mari kita terus mengevaluasi apa yang kita kejar dalam hidup, mengarahkan kembali prioritas kita dengan prioritas Allah, dan membuat keputusan yang akan mengarahkan orang lain pada Kristus.

Aku berdoa agar seperti Paulus, mengenal, mengejar, dan hidup bagi Kristus adalah satu-satunya hal yang berarti bagi kita.—Kezia Lewis, Filipina

Handlettering oleh Elizabeth Rachel Soetopo

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Renungkan apa yang Paulus tulis dalam Filipi 1:19-26 dan minta Tuhan untuk menunjukkan isi hatimu. Apa tujuan hidupmu? Hal apa yang deminya kamu rela mati?

2. Dalam hal apa cara pandangmu mengenai kehidupan dan kematian sama atau berbeda dengan cara pandang Paulus?

3. Bagaimana teladan Paulus dapat mendorongmu untuk menjalani hidupmu dengan berbeda hari ini?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Kezia Lewis, Filipina | Tiada hal yang lebih menyenangkan bagi Kezia selain naik mobil selama dua jam bersama suaminya, sembari mendengarkan rekaman khotbah. Tapi, menikmati hujan ditemani secangkir kopi juga merupakan waktu yang berkualitas buatnya.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi