Posts

Mendengar Sebuah Pesan

Selasa, 18 September 2012

Mendengar Sebuah Pesan

Baca: 1 Samuel 3:1-10

Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar. —1 Samuel 3:10

Anda sedang duduk di suatu teater yang gelap dan menikmati sebuah konser, pertunjukan, atau film. Tiba-tiba layar sebuah telepon genggam menyala terang karena pemiliknya sedang membaca pesan yang masuk dan membutuhkan waktu cukup lama untuk membalasnya. Dalam bukunya The Shallows: What the Internet Is Doing to Our Brains (Berpikir Dangkal: Pengaruh Internet terhadap Otak Kita), Nicholas Carr berkata bahwa di tengah dunia yang serba terhubung ini, ada satu perasaan yang semakin sulit untuk ditolak, yaitu “perasaan bahwa di luar sana mungkin ada suatu pesan untuk kita.”

Samuel masih remaja ketika ia mendengar sebuah suara memanggil namanya dan berpikir bahwa itu adalah suara Eli, imam yang bertugas di bait tempat ia melayani Allah (1 Sam. 3:1-7). Ketika Eli sadar bahwa Allahlah yang memanggil Samuel, ia memberi tahu anak muda itu bagaimana menjawab panggilan tersebut. Ketika Allah memanggil nama Samuel untuk ketiga kalinya, “Samuel menjawab: ‘Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar’” (ay.10). Kepekaan Samuel akan suara Allah menjadi pola dalam hidupnya ketika “[Tuhan] menyatakan diri di Silo kepada Samuel dengan perantaraan firman-Nya” (ay.21).

Apakah kita mendengarkan suara Allah dalam kehidupan kita sekarang? Apakah kita lebih peka terhadap getaran telepon genggam daripada suara Tuhan yang lembut dan teduh, yang datang melalui firman dan Roh-Nya?

Kiranya kita, seperti Samuel, belajar untuk peka terhadap suara Allah dan berkata, “Berbicaralah, Tuhan. Hamba-Mu ini mendengar.” —DCM

Kiranya kami mendengarkan Engkau, Tuhan
Saat Engkau berbicara kepada kami hari ini
Melalui Roh Kudus dan firman-Mu—
Tolong kami untuk taat dan mengikut-Mu. —Sper

Jangan biarkan kebisingan dunia menghalangi Anda untuk mendengar suara Tuhan.

Menyimak

Kamis, 6 September 2012

Menyimak

Baca: Yohanes 10:1-10

Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. —Yohanes 10:4

Saya tidak tahu apakah hal ini terjadi di setiap pernikahan, tetapi entah bagaimana saya punya kecenderungan untuk mengabaikan segala sesuatu di sekitar saya dan berfokus hanya pada isi pikiran saya sendiri. Hal ini membuat istri saya, Martie, merasa sangat frustrasi ketika sedang berbicara kepada saya tentang sesuatu yang penting. Ketika Martie menyadari mata saya sedang menerawang jauh, ia sering berkata, “Apa kau menyimak apa yang baru saja kukatakan?”

Mendengarkan adalah unsur penting dari setiap hubungan, terlebih lagi hubungan kita dengan Kristus. Jika kita adalah milik-Nya, kita memiliki hak istimewa untuk bersekutu dengan-Nya melalui firman-Nya dan melalui karya Roh Kudus dalam hati kita. Kita tahu bahwa kita menyimak Sang Gembala Sejati ketika suara-Nya memimpin kita pada kasih, kebenaran, anugerah, dan segala sesuatu yang sesuai dengan karakter dan kehendak-Nya. Seperti yang dijelaskan Yesus ketika menyebut diri-Nya sebagai “Gembala yang baik” dalam Yohanes 10, barangsiapa yang dengan tekun mendengarkan-Nya akan menjadi pengikut-Nya yang setia (ay.4) dan yang terus-menerus diubahkan menjadi serupa dengan Dia.

Sama seperti sikap mendengarkan pasangan atau teman Anda dengan penuh perhatian menunjukkan bahwa kita menghormati dan menghargainya, menyimak suara Yesus dengan saksama adalah satu cara untuk menegaskan nilai penting Yesus dalam hidup Anda. Jadi, marilah kita singkirkan gangguan-gangguan dalam hidup ini dan dengarkan suara-Nya, lalu berdoa memohon agar kita dimampukan untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya. —JMS

Aku hendak tetap menaikkan doa
dalam dunia yang sibuk dan cemar;
Aku hendak berpaut pada Allah
dan Kristuslah teladan yang benar. —Walter
(Nyanyikanlah Kidung Baru, No. 193)

Mendengarkan Yesus adalah langkah pertama dalam mengikut Dia.