Mengapa Harus Patuh?
Oleh: Abyasat Tandirura
Tersebutlah empat orang pemuda yang harus bekerja di bawah sebuah pemerintahan yang bukan saja tidak takut akan Tuhan, tetapi juga telah menjajah (dan akhirnya menghancurkan) negeri mereka. Sangat wajar seandainya mereka mengeluh dan benci pada pemerintah. Sangat bisa dimengerti seandainya mereka menjadi pahit hati dan menyalahkan Tuhan karena mengizinkan orang-orang yang telah menangkapi (atau mungkin juga membunuh) kerabat dan sahabat mereka itu berkuasa. Orang pun akan maklum seandainya mereka diam-diam berniat korupsi atau membangun kekuatan untuk melawan pemerintah. Namun, menariknya, mereka ternyata malah bersedia mengabdikan keahlian-keahlian mereka di dalam pemerintahan. Perilaku dan prestasi mereka tampaknya sangat baik sehingga mereka kemudian dipercaya dengan jabatan-jabatan penting.
Kalau kamu rajin baca Alkitab, kamu mungkin langsung tahu siapa yang aku maksudkan. Yep, Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya (tiga teman Daniel ini dikenal juga sebagai Sadrakh, Mesakh, dan Abednego). Alkitab mencatat bagaimana di tengah situasi sulit yang dialami, mereka tetap percaya penuh kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya sebagai sumber segala hikmat (Daniel 2:18-23). Mereka tahu bahwa situasi mereka adalah konsekuensi yang harus ditanggung karena bangsa mereka telah berdosa kepada Tuhan (Daniel 9:11). Meski pemimpin mereka kini jauh dari sosok pemimpin yang ideal, mereka menghormati dan mematuhinya, bahkan menunjukkan integritas tinggi dalam pekerjaan yang ia berikan kepada mereka. Pemerintah yang tidak ideal bukan alasan bagi mereka untuk hidup sembarangan. Musuh-musuh Daniel bahkan tidak bisa menemukan kesalahan untuk menjatuhkannya (Daniel 6:5-6).
Friends, seperti mereka, kita juga enggak bisa menjamin bahwa pemerintah adalah orang-orang yang sesuai dengan harapan kita. Namun, Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa yang memegang kendali adalah Tuhan; tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Tuhan (Roma 13:1b). Kalau tidak diizinkan Tuhan, ya tidak ada orang yang bisa memegang kekuasaan. Konsekuensinya, kita yang mengaku percaya pada Tuhan, seharusnya menghargai dan menghormati mereka yang telah ditetapkan Tuhan sebagai para pemimpin. Kita mematuhi aturan-aturan yang mereka buat, karena kita mengamini bahwa pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan kita, untuk menertibkan mereka yang berbuat jahat (Roma 13:4). Pemerintah mendapatkan kepercayaan dan tanggung jawab dari Tuhan untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa yang mereka pimpin. Kita mematuhi pemerintah, bukan karena takut dihukum, tetapi karena kita menghormati dan mau taat kepada Tuhan sendiri.
T’rus, gimana dong kalo pemerintahnya bikin peraturan yang gak bener? Atau, malah menyalahgunakan kedudukan mereka, korupsi, menunjukkan hidup yang gak bermoral. Apa kita masih harus mematuhi mereka?
Well, kalo memang pemerintahan membuat aturan yang bertentangan dengan Firman Tuhan, tentu saja kita harus berani menyuarakan kebenaran. Pengalaman Daniel dan teman-temannya bisa menginspirasi kita. Meski merupakan kaum minoritas, mereka berani menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan aturan pemerintah yang merendahkan Tuhan (baca Daniel pasal 3 dan 6). Tidak dengan membuat kerusuhan atau menjelek-jelekkan pemimpin, tetapi dengan menyampaikan pendirian mereka secara santun, jelas dan tegas. Mereka berani mengambil risiko kehilangan jabatan bahkan nyawa mereka, karena ketaatan mereka pada pemerintah bukan sekadar upaya pencitraan, tetapi bersumber dari ketaatan pada Tuhan sendiri. Ketaatan mereka membawa pucuk pemerintahan mengakui keberadaan dan kebesaran Tuhan, dan bahkan memerintahkan segenap rakyat untuk menghormati Tuhan yang mereka sembah (Daniel 3:18-29; 6:26-28).
Bisa saja kita patuh pada pemerintah karena punya kepentingan, bukan karena menghormati Tuhan. Kita tidak ingin dipersulit, kita ingin dipandang baik, kita ingin segala urusan kita menjadi mudah. Naahh, kalo tujuannya hanya itu, bisa jadi kita hanya patuh kalau ada petugas yang mengawasi. Di belakang mereka, kita melanggar dan mencela. Kita tidak sungguh-sungguh ingin mendukung pemerintah sebagai hamba-hamba Allah untuk menegakkan kebenaran. Kita juga akan cenderung mendukung dan mematuhi kebijakan pemerintah yang menguntungkan kita saja, tidak peduli dampaknya bagi rakyat banyak. Kita akan malas menyuarakan kebenaran saat pemerintah mulai menyimpang, selama hidup kita lancar-lancar saja dan tidak dirugikan.
Friends, sebagai generasi muda Kristen, mari kita menunjukkan betapa Tuhan yang kita sembah sungguh patut dihormati dan ditaati, melalui kasih dan kepatuhan kita kepada pemerintah yang telah ditetapkan-Nya. Lebih dari sekadar warga negara Indonesia, kita juga adalah warga kerajaan-Nya. Mari kita melakukan kewajiban-kewajiban kita sebagai warga negara yang baik, agar pemerintah leluasa melakukan pembangunan dan mensejahterakan negeri ini. Bukan hanya dengan retorika, tetapi dengan tindakan yang konkret. Misalnya saja yang sederhana: tertib berlalu lintas, buang sampah pada tempatnya, juga membayar pajak. Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya, “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Markus 12:17).
Mari kita mendukung pemerintah kita sebagai hamba-hamba Allah untuk menegakkan kebenaran, melalui peran aktif kita; berkata YA pada apa yang benar dan TIDAK pada apa yang salah. Mari menyuarakan kebenaran dengan cara-cara yang membawa damai dan pencerahan pikiran, tidak dengan cara-cara yang negatif dan merusak. Mari proaktif menjadi teladan di tengah lingkungan tempat kita tinggal, studi, atau bekerja. Mari kita memberi diri dipimpin, mengerjakan bagian kita sebaik-baiknya, hidup dengan penuh integritas. Doa kita bersama, melalui pemerintah yang ada, bangsa ini dapat mengalami kebaikan Tuhan dan hidup dalam kebenaran-Nya.
Selamat mematuhi pemerintah! =)