Posts

Panggilan Terakhir

Senin, 28 Mei 2018

Panggilan Terakhir

Baca: 2 Samuel 1:17-27

1:17 Daud menyanyikan nyanyian ratapan ini karena Saul dan Yonatan, anaknya,

1:18 dan ia memberi perintah untuk mengajarkan nyanyian ini kepada bani Yehuda; itu ada tertulis dalam Kitab Orang Jujur.

1:19 Kepermaianmu, hai Israel, mati terbunuh di bukit-bukitmu! Betapa gugur para pahlawan!

1:20 Janganlah kabarkan itu di Gat, janganlah beritakan itu di lorong-lorong Askelon, supaya jangan bersukacita anak-anak perempuan orang Filistin, supaya jangan beria-ria anak-anak perempuan orang-orang yang tidak bersunat!

1:21 Hai gunung-gunung di Gilboa! jangan ada embun, jangan ada hujan di atas kamu, hai padang-padang pembawa kematian! Sebab di sanalah perisai para pahlawan dilumuri, perisai Saul yang tidak diurapi dengan minyak.

1:22 Tanpa darah orang-orang yang mati terbunuh dan tanpa lemak para pahlawan panah Yonatan tidak pernah berpaling pulang, dan pedang Saul tidak kembali dengan hampa.

1:23 Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa.

1:24 Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul, yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu.

1:25 Betapa gugur para pahlawan di tengah-tengah pertempuran! Yonatan mati terbunuh di bukit-bukitmu.

1:26 Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan.

1:27 Betapa gugur para pahlawan dan musnah senjata-senjata perang!

Telah gugur para pahlawan bangsa. —2 Samuel 1:27 BIS

Panggilan Terakhir

Setelah mengabdi bagi negaranya selama dua dekade sebagai pilot helikopter, James pulang ke kotanya untuk mengabdi sebagai guru. Namun, karena masih rindu menerbangkan helikopter, ia pun bekerja sebagai tenaga evakuasi medis melalui udara bagi rumah sakit setempat. Ia melakukan tugas itu sampai akhir hidupnya.

Sekarang, tiba saatnya untuk mengucap-kan perpisahan terakhir kepada James. Ketika teman-teman, keluarga, dan rekan kerjanya dalam seragam hadir di sekitar makam almarhum, seorang rekan melakukan panggilan via radio untuk satu misi terakhir. Segera setelah itu, terdengar suara khas baling-baling yang membelah udara. Sebuah helikopter terbang mengelilingi kompleks pemakaman, melayang sebentar memberikan penghormatan terakhir, lalu terbang kembali ke rumah sakit. Semua yang hadir di pemakaman, bahkan anggota militer sekalipun, tak bisa menahan air mata mereka.

Ketika Raja Saul dan putranya, Yonatan, terbunuh dalam pertempuran, Daud menuliskan sebuah elegi (syair dukacita) yang disebut sebagai “nyanyian ratapan” (2Sam. 1:17). “Israel, di bukit-bukitmu, nun di sana gugurlah pahlawan, para putra negara, runtuhlah mereka sebagai bunga bangsa” (ay.19 BIS). Yonatan adalah sahabat sekaligus saudara bagi Daud. Meskipun Daud dan Saul bermusuhan, Daud tetap menghormati Saul dan anaknya. “Ratapilah Saul,” tulis Daud. “Yonatan, hai saudaraku, hatiku pilu” (ay.24,26 BIS).

Mengucapkan salam perpisahan tentu tidak mudah. Namun, bagi mereka yang percaya kepada Tuhan, kenangan itu terasa jauh lebih indah daripada menyedihkan, karena perpisahan tidak akan berlangsung selamanya. Alangkah baiknya bila kita dapat menghormati mereka yang telah melayani sesamanya! —Tim Gustafson

Tuhan, kami berterima kasih kepada-Mu untuk orang-orang yang melayani komunitas mereka di garis depan. Kami memohon kiranya Engkau senantiasa menjaga keselamatan mereka.

Kita menghormati Allah Sang Pencipta ketika kita mengenang jasa-jasa orang yang diciptakan-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 4-6; Yohanes 10:24-42

Perwujudan Allah

Minggu, 27 Mei 2018

Perwujudan Allah

Baca: Roma 12:9-18

12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.

12:10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.

12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

12:13 Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!

12:14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!

12:15 Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

12:16 Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!

12:17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!

12:18 Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!

Tolonglah mencukupi kebutuhan orang-orang Kristen lain dan sambutlah saudara-saudara seiman yang tidak Saudara kenal, dengan senang hati di dalam rumahmu. —Roma 12:13 BIS

Perwujudan Allah

Suami saya mendapat tugas yang mengharuskannya pergi selama sebulan penuh. Saya pun langsung kewalahan menghadapi tugas-tugas untuk mengurus pekerjaan saya, rumah kami, dan anak-anak kami. Ada tenggat penulisan yang semakin dekat. Ada alat pemotong rumput yang rusak. Ada anak-anak yang sedang libur sekolah dan butuh hiburan. Bagaimana saya bisa mengerjakan semua tugas itu seorang diri?

Namun, saya segera menyadari bahwa saya tidak benar-benar seorang diri. Teman-teman dari gereja datang untuk membantu. Josh datang untuk memperbaiki alat pemotong rumput. John membawakan saya makan siang. Cassidy mengurus cucian. Abi mengajak anak-anak saya bermain bersamanya sehingga saya dapat menyelesaikan pekerjaan saya. Allah bekerja melalui setiap dari mereka untuk mencukupi kebutuhan saya. Mereka adalah wujud nyata dari suatu komunitas yang digambarkan Paulus dalam Roma 12. Mereka mengasihi dengan tulus (ay.9), mengutamakan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan mereka (ay.10), memberikan bantuan saat saya sedang membutuhkannya, dan menunjukkan keramahtamahan (ay.13).

Karena kasih yang ditunjukkan teman-teman itu, saya dapat tetap bersukacita “dalam pengharapan” dan bersabar “dalam kesesakan” (ay.12), bahkan saat saya mengasuh sendiri anak-anak selama sebulan. Saudara-saudari dalam Kristus itu telah menjadi perwujudan Allah bagi saya. Mereka menunjukkan ketulusan kasih yang sepatutnya dibagikan kepada setiap orang, terutama kepada yang seiman dengan kita (Gal. 6:10). Saya berharap dapat semakin meniru teladan mereka. —Amy Peterson

Ya Allah, terima kasih karena Engkau menempatkan kami dalam beragam komunitas. Tolong kami untuk melihat kebutuhan orang lain dan siap sedia menolongnya.

Kepada siapa saya perlu menjadi perwujudan Allah yang nyata hari ini?

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 1-3; Yohanes 10:1-23

Meluangkan Waktu

Sabtu, 12 Mei 2018

Meluangkan Waktu

Baca: Lukas 19:1-10

19:1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.

19:2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.

19:3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.

19:4 Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.

19:5 Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”

19:6 Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.

19:7 Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: “Ia menumpang di rumah orang berdosa.”

19:8 Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

19:9 Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.

19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”

Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu. —Lukas 19:5

Meluangkan Waktu

Rima, seorang wanita asal Suriah yang baru-baru ini pindah ke Amerika Serikat, menggunakan gerakan tangan dan bahasa Inggris yang terbatas untuk menjelaskan kekecewaannya kepada tutornya. Air mata mengalir di pipinya saat ia mengangkat sepiring besar fatayer (semacam roti berisi daging, keju, dan bayam) yang telah dibuat dan ditatanya dengan indah. Lalu ia berkata, “Satu orang,” sembari menunjuk pintu rumah ke ruang tamu lalu kembali ke pintu. Tutor itu lalu teringat bahwa ada beberapa orang dari gereja dekat sana yang seharusnya datang mengunjungi Rima dan keluarganya serta membawa sejumlah hadiah untuk mereka. Namun, ternyata hanya satu orang yang datang. Orang itu pun buru-buru masuk, menaruh sekotak barang-barang, lalu keluar begitu saja. Ia sibuk menjalankan tanggung jawabnya, sementara Rima dan keluarganya merasa kesepian dan merindukan suatu komunitas tempat mereka bisa berbagi fatayer dengan teman-teman barunya.

Yesus senang meluangkan waktu-Nya dengan siapa saja. Dia menghadiri perjamuan makan malam, mengajar orang banyak, dan memberikan waktu untuk berinteraksi secara pribadi dengan sejumlah orang. Dia bahkan memutuskan untuk berkunjung ke rumah seorang bernama Zakheus. Si pemungut cukai itu telah memanjat pohon agar dapat melihat Yesus, dan ketika Yesus melihat ke atas, Dia berkata, “Segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu” (Luk. 19:1-9). Hidup Zakheus pun diubahkan selamanya.

Mungkin kita tak selalu bisa meluangkan waktu karena adanya kewajiban-kewajiban lain. Namun ketika dapat melakukannya, kita mendapat kesempatan istimewa untuk menjalin kebersamaan dengan orang lain dan melihat karya Tuhan melalui diri kita. —Anne Cetas

Bagaimana orang lain meluangkan waktunya bersamamu? Bagaimana kamu dapat menunjukkan kasih Yesus kepada seseorang dalam minggu ini?

Mungkin, hadiah terbaik yang dapat kamu berikan kepada orang lain adalah waktumu.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 15-16; Yohanes 3:1-18

Sidik Jari Allah

Senin, 7 Mei 2018

Sidik Jari Allah

Baca: Efesus 2:1-10

2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.

2:3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

2:4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,

2:5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita—oleh kasih karunia kamu diselamatkan—

2:6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,

2:7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.

2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

2:9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. —Efesus 2:10

Sidik Jari Allah

Lygon Stevens suka sekali mendaki gunung bersama saudaranya, Nick. Mereka berdua adalah pendaki yang berpengalaman dan sama-sama pernah mencapai Puncak Denali di Gunung McKinley, puncak gunung tertinggi di Amerika Utara. Namun pada bulan Januari 2008, longsoran salju pada sebuah gunung di Colorado membuat Nick terluka dan menewaskan Lygon yang masih berusia 20 tahun. Ketika suatu hari Nick menemukan catatan harian Lygon di salah satu tasnya, ia sangat terhibur oleh isinya. Catatan harian adik perempuannya itu dipenuhi dengan perenungan, doa, dan pujian kepada Allah. Salah satu tulisannya adalah sebagai berikut: “Aku adalah karya seni buatan Allah. Akan tetapi, Dia belum selesai; bahkan Dia baru saja memulai karyanya. . . . Sidik jari Allah membekas di setiap bagian hidupku. Takkan pernah ada orang lain yang sama seperti diriku . . . dalam hidup ini, aku mendapat tugas yang harus kulakukan dan tugas itu tak bisa dilakukan oleh orang lain.”

Meskipun Lygon sudah meninggalkan dunia ini, melalui teladan dan catatan hariannya, ia masih memberikan inspirasi sekaligus tantangan kepada orang-orang yang masih hidup.

Karena kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26), setiap manusia adalah “karya seni buatan Allah”. Itulah yang dikatakan Rasul Paulus, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Ef. 2:10).

Bersyukur kepada Allah karena Dia memakai setiap dari kita, sesuai waktu dan cara-Nya, untuk menolong satu sama lain. —Dennis Fisher

Bagaimana Engkau akan memakai diriku, Tuhan? Aku siap dan rela dipakai oleh-Mu.

Setiap manusia merupakan karya unik dari rancangan kasih Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 1-3; Lukas 24:1-35

Dipakai oleh Allah

Sabtu, 28 April 2018

Dipakai oleh Allah

Baca: 2 Timotius 1:6-14

1:6 Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.

1:7 Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

1:8 Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.

1:9 Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman

1:10 dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.

1:11 Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.

1:12 Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.

1:13 Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.

1:14 Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.

Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. —2 Timotius 1:11

Dipakai oleh Allah

Ketika guru sekolah anak saya meminta saya untuk melayani sebagai pendamping dalam sebuah kamp, saya merasa ragu. Bagaimana saya bisa menjadi panutan bagi anak-anak dengan banyaknya kesalahan saya di masa lalu dan saya pun masih bergumul dengan kebiasaan-kebiasaan lama saya yang tidak baik? Allah memang menolong saya untuk mengasihi dan membesarkan anak saya, tetapi saya ragu Dia dapat memakai saya untuk melayani anak lain.

Saya masih sering gagal menyadari bahwa Allah—satu-satunya Pribadi yang sempurna dan yang sanggup mengubah hati dan hidup seseorang—terus mengubah kita seiring berjalannya waktu. Roh Kudus mengingatkan saya bagaimana Paulus menguatkan Timotius untuk menerima pelayanannya, bertekun dalam iman, dan memakai karunia yang telah diterimanya dari Allah (2Tim. 1:6). Timotius bisa berani karena Allah, Sumber kekuatannya, akan menolongnya untuk mengasihi dan menguasai diri sambil ia terus bertumbuh dan melayani mereka yang dipercayakan kepadanya (ay.7).

Kristus menyelamatkan dan memampukan kita untuk memuliakan-Nya dengan hidup kita, bukan karena kita memenuhi syarat tertentu, tetapi karena kita adalah anggota keluarga-Nya yang berharga (ay.9).

Kita dapat bertekun dengan penuh keyakinan ketika kita tahu bahwa kita dipanggil untuk mengasihi Allah dan sesama. Kristus menyelamatkan dan memberi kita suatu tujuan yang lebih luas daripada pandangan kita yang terbatas tentang dunia. Ketika kita mengikut Yesus hari demi hari, Dia mengubah sekaligus memakai kita untuk menguatkan sesama dengan membagikan kasih dan kebenaran-Nya ke mana pun Dia mengutus kita. —Xochitl Dixon

Tuhan, terima kasih karena Engkau meyakinkan kami untuk bergantung kepada-Mu sepenuhnya ketika kami menceritakan tentang Engkau dengan penuh sukacita, keyakinan, dan keberanian kepada orang lain.

Mengenal Sumber kekuatan kita secara pribadi akan memberi kita keyakinan diri dalam menjalani peran kita sebagai hamba Sang Raja.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 3-5; Lukas 20:1-26

Iman, Kasih, dan Pengharapan

Kamis, 12 April 2018

Iman, Kasih, dan Pengharapan

Baca: 1 Tesalonika 1:1-3

1:1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.

1:2 Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami.

1:3 Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.

Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua. —1 Tesalonika 1:2

Iman, Kasih, dan Pengharapan

Selama 10 tahun, bibi saya, Kathy, merawat ayahnya (kakek saya) di rumahnya. Ia sudah biasa memasak dan membersihkan rumah saat kakek masih sehat, dan kemudian menjadi perawat bagi kakek saat kesehatan kakek menurun.

Pelayanan bibi saya merupakan salah satu contoh di masa kini dari perkataan Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Ia menulis bahwa ia mengucap syukur kepada Allah atas “pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita” (1Tes. 1:3).

Bibi saya memberikan pelayanannya dalam iman dan dengan kasih. Perhatiannya yang konsisten setiap hari merupakan buah dari keyakinannya bahwa Allah memanggilnya untuk melakukan pekerjaan yang penting itu. Jerih payah yang ia berikan terlahir dari kasihnya kepada Allah dan ayahnya.

Bibi saya juga bertahan dalam pengharapan. Kakek adalah seorang yang baik hati, tetapi tidaklah mudah melihat kondisinya yang semakin menurun. Bibi harus merelakan waktunya bersama keluarga dan teman-teman, dan membatasi perjalanannya demi merawat kakek. Ia sanggup bertahan karena mempunyai pengharapan bahwa Allah akan menguatkannya hari demi hari, bersama dengan pengharapan akan surga yang menanti kakek saya.

Baik merawat kerabat, menolong tetangga, atau memberikan waktumu secara sukarela, kiranya kamu dikuatkan dalam melakukan pekerjaan yang dipercayakan Allah kepadamu. Jerih payahmu dapat menjadi kesaksian yang luar biasa tentang iman, pengharapan, dan kasih di dalam Tuhan. —Lisa Samra

Tuhan, kiranya hari ini aku melihat kebutuhan sesamaku, menerima petunjuk dari-Mu bagaimana aku dapat menolongnya, dan dimampukan oleh Roh untuk taat. Kiranya aku hidup dalam iman, kasih, dan pengharapan yang Engkau berikan kepadaku.

Keindahan hidup ini dialami ketika kita mengasihi, bukan dikasihi; memberi, bukan diberi; melayani, bukan dilayani.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 19-21; Lukas 11:29-54

Rumput atau Rahmat

Senin, 5 Maret 2018

Rumput atau Rahmat

Baca: Kejadian 13:1-18

13:1 Maka pergilah Abram dari Mesir ke Tanah Negeb dengan isterinya dan segala kepunyaannya, dan Lotpun bersama-sama dengan dia.

13:2 Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya.

13:3 Ia berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, dari Tanah Negeb sampai dekat Betel, di mana kemahnya mula-mula berdiri, antara Betel dan Ai,

13:4 ke tempat mezbah yang dibuatnya dahulu di sana; di situlah Abram memanggil nama TUHAN.

13:5 Juga Lot, yang ikut bersama-sama dengan Abram, mempunyai domba dan lembu dan kemah.

13:6 Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama.

13:7 Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu.

13:8 Maka berkatalah Abram kepada Lot: “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat.

13:9 Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.”

13:10 Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. —Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. —

13:11 Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah.

13:12 Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom.

13:13 Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN.

13:14 Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan,

13:15 sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.

13:16 Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga.

13:17 Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu.”

13:18 Sesudah itu Abram memindahkan kemahnya dan menetap di dekat pohon-pohon tarbantin di Mamre, dekat Hebron, lalu didirikannyalah mezbah di situ bagi TUHAN.

Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu. —Kejadian 13:11

Rumput atau Rahmat

Teman saya, Archie, pulang dari liburan dan mendapati tetangga-nya telah mendirikan pagar kayu yang mengambil sekitar 1,5 meter lahan miliknya. Selama beberapa minggu, Archie berusaha membujuk tetangganya untuk memindahkan pagar itu. Ia bahkan bersedia menanggung sebagian biayanya, tetapi semua usahanya sia-sia. Archie bisa saja membawa persoalan itu kepada pihak berwenang, tetapi ia memilih untuk mengesampingkan haknya dalam masalah itu dan membiarkan pagar itu tetap berdiri pada tempatnya. Ia berharap tetangganya itu akan mengalami rahmat Allah lewat sikapnya.

Mungkin ada yang menganggap Archie sebagai orang yang lemah. Tidak. Justru ia seorang pria yang kuat, tetapi ia memilih untuk menunjukkan rahmat Allah daripada memperebutkan sepetak rumput.

Saya terpikir akan Abraham dan Lot yang menghadapi konflik karena ternak dan gembala mereka memenuhi lahan yang sangat terbatas. “Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu” (Kej. 13:7). Orang Kanaan dan Feris bukanlah orang-orang yang beriman. Lot memilih bagian lahan yang terbaik, tetapi ia kehilangan semua itu pada akhirnya. Abraham mengambil lahan yang tersisa dan ternyata memperoleh tanah yang dijanjikan Allah (ay.12-17).

Kita memang memiliki hak dan kita boleh menuntut hak itu, terutama ketika orang lain sepertinya melanggar hak kita. Adakalanya kita memang harus menuntut agar hak kita dipenuhi. Paulus melakukannya ketika Mahkamah Agama memperlakukannya dengan tidak adil (baca Kis. 23:1-3). Namun, kita dapat memilih untuk mengesampingkan hak kita demi menunjukkan kepada sesama kita suatu jalan yang lebih baik. Itu yang disebut Alkitab sebagai “kelemahlembutan”—bukan kelemahan. Itulah kekuatan yang dimampukan oleh Allah. —David H. Roper

Tuhan, aku suka mengutamakan diri sendiri, tetapi beri aku hikmat untuk tahu kapan harus mengesampingkan hakku agar aku menunjukkan rahmat-Mu kepada sesamaku.

Hidup kita memberikan gambaran tentang Allah kepada sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 34-36; Markus 9:30-50

Desain gambar oleh WarungSaTeKaMu & Elizabeth Rachel

Ia yang Melayani

Minggu, 3 Mei 2015

Ia yang Melayani

Baca: Lukas 22:24-27

22:24 Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.

22:25 Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.

22:26 Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.

22:27 Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.

Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. —Lukas 22:27

Ia yang Melayani

Aku ini bukan pembantu!” teriak saya. Pagi itu saya begitu kalut dengan banyaknya urusan rumah tangga. Selain berusaha untuk menemukan dasi biru milik suami, saya juga sedang menyuapi bayi yang terus-terusan menangis sekaligus mencari mainan milik anak kami, yang berusia 2 tahun, yang masuk ke kolong tempat tidur.

Beberapa waktu kemudian pada hari itu juga, saat saya sedang membaca Alkitab, saya menemukan ayat ini: “Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan” (Luk. 22:27).

Yesus tidak harus membasuh kaki murid-murid-Nya, tetapi Dia tetap melakukannya (Yoh. 13:5). Pekerjaan itu bisa saja dikerjakan oleh para pelayan yang ada, tetapi Yesus memilih untuk melakukannya sendiri. Masyarakat dewasa ini menuntut kita untuk menjadi “seseorang”. Kita menginginkan pekerjaan dengan gaji terbaik, posisi tertinggi dalam perusahaan, pemimpin tertinggi dalam gereja. Namun demikian, apa pun posisi kita, kita dapat belajar dari Juruselamat kita tentang pelayanan.

Masing-masing dari kita mengemban peran yang berbeda-beda, baik sebagai orangtua, anak, teman, pekerja, pemimpin, atau pelajar. Pertanyaannya adalah: Apakah kita melaksanakan peran tersebut dengan sikap rela melayani? Sekalipun kesibukan rutin saya terkadang melelahkan, saya bersyukur Tuhan menolong saya karena saya ingin mengikuti teladan-Nya dan rela melayani sesama.

Kiranya Allah menolong kita melakukannya tiap hari. —Keila Ochoa

Tuhanku, aku tahu Engkau datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Terkadang aku gagal memikirkan tentang sesama, tetapi aku ingin menjadi seperti Engkau. Berikanlah kepadaku hati seperti hati-Mu.

Kita perlu memiliki sikap seorang hamba untuk menjadi serupa Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 14-15; Lukas 22:21-46

Photo credit: jazbeck / Foter / CC BY

Berikan Semua

Sabtu, 25 April 2015

Berikan Semua

Baca: Roma 12:1-8

12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.

12:4 Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,

12:5 demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

12:6 Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.

12:7 Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;

12:8 jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.

[Persembahkanlah] tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. —Roma 12:1

Berikan Semua

Dalam satu-satunya pidato pelantikannya sebagai Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy menyampaikan tantangan berikut kepada orang Amerika: “Jangan bertanya apa yang dapat negaramu perbuat untukmu; bertanyalah apa yang dapat kamu perbuat untuk negaramu.” Tantangan itu merupakan seruan ulang pada seluruh warga negara untuk menyerahkan hidup mereka dalam pengorbanan dan pelayanan kepada sesama. Kata-kata tersebut begitu mengilhami putra-putri warga negara yang dahulu pernah melayani negara mereka dalam kancah peperangan.

Makna pernyataannya itu jelas: Apa yang telah diperoleh orangtua mereka, dan seringkali dengan pengorbanan nyawa, sekarang harus dipelihara dengan cara-cara yang damai. Sekelompok besar sukarelawan pun bangkit untuk menjawab seruan itu, dan dari dekade ke dekade mereka telah berhasil menunaikan karya-karya kemanusiaan yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh dunia.

Berabad-abad sebelumnya, Rasul Paulus menyampaikan seruan serupa kepada orang Kristen dalam ayat pembuka dari Roma 12. Ia mendorong kita supaya mempersembahkan tubuh kita sebagai “persembahan yang hidup” dalam pelayanan kepada Kristus yang telah mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus kita dari dosa. Pengorbanan rohani itu haruslah lebih dari sekadar kata-kata; hal itu haruslah berupa penyerahan diri kita demi kesejahteraan fisik, emosi, dan rohani sesama.

Yang luar biasa, kita dapat melayani di mana pun kita ditempatkan saat ini! —Randy Kilgore

Bapa, tunjukkanlah kepadaku hari ini bagaimana aku dapat menyerahkan hidupku ini kepada-Mu, dan beriku kekuatan untuk mulai berbuat sesuatu.

Jangan selalu bertanya apa yang dapat Yesus perbuat bagimu; bertanyalah kepada Yesus apa yang dapat kamu perbuat bagi-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 21-22; Lukas 18:24-43

Photo credit: hang_in_there / Foter / CC BY